About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Wednesday, December 29, 2010

[CURHAT] TERTIPU TEMAN SE KAMPUNG HALAMAN




Keki juga kalo inget pas ketipu dan gimana usaha kita buat dapetin balik hak kita yang sudah tertipu si Ular berbisa. Tapi demi BMI, kuceritakan semuanya. Agar nggak ada teman lain, terutama Buruh Migran Indonesia (BMI) yang ketipu oleh temannya sesama BMI. Apalagi yang se kampung halaman… Inget aja… Meski se kampung halaman, bukan berarti bisa dipercaya.

Tahun-tahun awal aku di Singapura. Aku kenal sama yang namanya Eni. Anak wonosobo juga. Dari desa Andongsili. Suaminya bernama Imsoni, seorang sopir angkot. Bahkan bapaknya adalah teman bapakku juga. Sebagai teman se kampong halaman, jelas aja kami langsung akrab satu sama lain. Udah kayak sodara. Ada cerita apa aja selalu kami bagi. Jadi kami mengerti kesulitan kami satu sama lain.

Suatu ketika Eni bercerita padaku tentang kakaknya, Edwin, yang sedang butuh uang untuk biaya pemberangkatannya ke Malaysia, “Ness… aku belum gajian. Kalo kamu ada, pinjami dulu $300 aku kirim ke Edwin. Kasian Edwin… Nanti sebulan juga dia udah bisa balikin.” Kata Eni. “Insyaallah, sebelum bulan puasa udah kubalikin.”

Tanpa pikir panjang, terdorong rasa persaudaraan ku dengan Eni, aku meminjami uang gajiku yg saat itu sebenarnya aku juga butuh. Karena mendekati lebaran, siapa sih yang nggak butuh uang?? Tapi karena dijanjikan segera dipulangin. Aku pun tak mau dibilang tak setia kawan.

Saat akhirnya bulan puasa tiba, ku tega-tegakan untuk menagih. Karena serius, aku juga butuh dikirim untuk berlebaran orang rumah.

“Aku sudah suruh Imsoni, kirim ke BCA mu kok… Cek aja.” Jawab Eni.

Tapi anehnya, berkali-kali aku mengecek klikBCA ku tak ada laporan uang masuk sama sekali. Berkali-kali pula aku pertanyakan lagi pada Eni. Selalu dijawabnya dia akan menanyakannya pada suaminya.

Dalamnya rasa percaya membuatku tenang-tenang saja. Sampai beberapa bulan kemudian tiba-tiba Eni menghilang tanpa jejak. Nomer hapenya tak bisa dihubungi. Kawan-kawan yang rumahnya dekat dengan Eni juga tak tahu keberadaannya. Malah, beberapa dari mereka juga tertipu ratusan dolar. Termasuk majikan Eni yang kehilangan uang dan barang-barang berharga mereka.

Sebagai BMI yang terkurung di tempat kerja, aku tak bisa mencari Eni dengan leluasa. Jadi terpaksa, aku menyuruh suami untuk datang ke rumah Eni saja untuk mengambil bukti transfer.

Tapi tak disangka, suami Eni ternyata tak tahu menahu tentang hal ini. “Sumpah Demi Allah, Mas… Istri saya tak ngirim uang untuk nyarutang kok…” Katanya pada suamiku. Bahkan berkali-kali suamiku menemuinya tetap saja Imsoni menjawab dengan sumpah yang sama. Eni belum/tidak kirim.

Suami yang kecelik dan malu setengah mati jadi kebingungan. Dia marah-marah. “Jangan lagi pinjam-pinjamkan uang pada teman kamu! Teman kamu penipu.” Kata Suami berang.

Aku, hanya bisa mengedikan bahu. Apa boleh buat… Namanya juga teman se kampong halaman yang sama-sama merantau di negri orang. Prinsip kami ‘Siapa punya, pake dulu’. Kalo ada teman butuh kok nggak dikasih pinjam… Takutnya, waktu aku butuh, tak ada teman yang mau kasih pinjaman. Kenyataan.

Dan sampai kini, bertahun-tahun setelah aku meminjaminya uang. Eni masih menghilang. Aku di sini gigit jari. Siapa yang menipu kami? Eni? Imsoni? Atau kong kalikong sepasang suami-istri ini?

Meski teman se kampung halaman ternyata tak berarti bisa dipercaya. Yang jelas, lain kali… Sory, Jek… Aku tak akan tertipu lagi.

***



aq n eny

Tuesday, December 28, 2010

[ARTIKEL] NESSA KARTIKA ON BERITA 21





Nessa Kartika

Penulis Antologi Sastra-Berjuang Untuk Kaum Buruh Migran Indonesia di Luar Negeri


Nessa Kartika, seniman yang juga aktivis Buruh Migran Indonesia (BMI) terus berjuang memberikan kesadaran kepada kaumnya, melalui antologi tulisan-tulisan kritisnya yang ia buat sampai saat ini dan dia sekarang ini bermukim di Singapura, untuk terus berkarya bersama sahabat penanya Karin Malulana meretas jalan kebahagiaan bagi kehidupan TKI di luar negeri.Nessa Kartika, seniman yang juga aktivis Buruh Migran Indonesia (BMI) terus berjuang memberikan kesadaran kepada kaumnya, melalui antologi tulisan-tulisan kritisnya yang ia buat sampai saat ini dan dia sekarang ini bermukim di Singapura, untuk terus berkarya bersama sahabat penanya Karin Maulana meretas jalan kebahagiaan bagi kehidupan TKI di luar negeri.

Terlahir dengan nama Anissa Hanifa, 27 Mei 1983 di Kota Wonosobo, Jawa Tengah. Putri sulung dari pasangan M. Hatru, dan Siti Mariam ini, sedari kecil telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya karena bercerai. Saat dirinya menginjak sekolah lanjutan pertama, dan kini ibunya menjalankan bisnis kuliner ‘UD MARI’ di Wonosobo.

Saat ia bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 1 Wonosobo, dan SLTP Muhammadiyah 1 Wonosobo selalu terpilih untuk mewakili sekolah dalam lomba-lomba mengarang dan beberapa kali berhasil meraih juara. Dia pun pernah masuk Pondok Pesantren Modern Assalam Temanggung namun terpaksa ‘DO’ (drop out). Saat itu, ia mengalami kecelakaan lalu lintas saat berboncengan motor dengan seorang kawannya di Jalan. S. Parman, Wonosobo. Ketika dalam perjalanan pulang dari Wonosobo kembali ke Asrama PPMA Assalam Temanggung, Jawa Tengah, yang membuat tangannya cedera patah.

Setahun berikutnya, 1999, ia masuk SMK Negeri 1 Wonosobo. Yang kemudian jatuh cinta pada kakak kelasnya, yang kemudian menjadi inspirasi dalam tulis menulis. Karya-karyanya, kemudian sering dimuat di beberapa media. Ia menjadi penulis cerpen tetap untuk majalah sekolah. Selain aktif di dunia sastra, ia pun aktif sebagai penggiat lingkungan dan kecintaan nya dengan alam bersama sahabat-sahabtnya di Bhajiro Kosongloro.

Selanjutnya selepas sekolah, ia sempat berkerja di Pabrik Garmen di Bandung, Jawa Barat hingga ia memutuskan untuk berkerja ke Hongkong. Nessa memberanikan diri berkerja ke luar negeri menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ke Hongkong. Namun di Hongkong, ia tak bernasib baik. Justru dia menjadi korban kekerasan dari majikannya, yang kerap kali memukul dan memberi beban kerja yang terlampau berat, untuk ukurannya sebagai seorang wanita. Beruntung ia berhasil kabur ke agensi dan pulang ke tanah air dengan selamat.

Meski sempat tertahan di Terminal Tiga Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta selama sehari semalam. Karena dianggap sebagai BMI atau TKI bermasalah. Oleh sebab, dia tidak memiliki dokumen kepulangan maupun penjemputan.

Sehingga dia tidak tahu bagaimana caranya menghubungi PJTKI, perusahaan yang telah mengirimkannya menjadi TKI ke Hongkong saat dia berada di Jakarta. Dengan terpaksa, Nessa pun memanggil bapak kandungnya, M. Hatru, yang kebetulan tinggal di Jakarta.

Anehnya, ketidak miripan wajahnya dengan M. Hatru, Bapak Kandungnya ini juga, yang menjadi alasan petugas bandara untuk menahan Nessa di Terminal 3 Soekarno-Hatta. Berkat negoisiasi yang sangat alot antara bapak kandungnya dengan salah seorang oknum petugas di bandara. Akhirnya proses dokumen dan ijin pulang bisa dikeluarkan oleh pihak Bandara Soekarno-Hatta. Dan, Nessa berhasil keluar dari penjara Terminal 3, dan dibawa pulang ke kota asalnya.

Sejak itu, tidak lama berselang diambilnya kesempatan berkerja di sebuah stasiun radio swasta di tempat asalnya di Wonosobo, Kantor Radio Nawa Kartika FM di bagian administrasi. Dengan nama udaranya yang baru, Nessa Kartika. Nama yang dipakainya hingga sekarang. Tahun 2004, ia menikahi Wahidun dan tahun berikutnya melahirkan seorang putra, bernama Muhammad Axl Satriaji Wahid.
Lalu kembali memutuskan untuk berkerja ke luar negeri, kali ini ia ke Singapura. Di Singapura, inilah dia berkerja untuk Keluarga Ang dan Keluarga Lim, yang mendukungnya berkreasi di dunia maya. Hingga tahun 2010, salah satu puisinya terpilih dan masuk dalam ‘Antologi Puasa Pengembara Migran Indonesia’ berupa kumpulan satu buku oleh beberapa penulis yang dia bukukan sekaligus sebagai ruang media komunikasi, antara dirinya dengan para Buruh Migran Indonesia di luar negeri.
Tulisan-tulisan yang pernah dibukukannya, diantaranya adalah buku kumpulan pengalaman saat berpuasa oleh para imigran asal Indonesia di Hong Kong, Korea, Taiwan, Singapura, Malaysia, USA, Belanda, dan Finlandia.

Sahabat penanya dia kenal di dunia maya, Karin Maulana. Karin, salah seorang Buruh Migran Indonesia asal Blitar, Jawa Timur ini, di Hongkong yang dikenal Nessa, melalui situs jejaring sosial, Facebook. Mereka berdua bercita-cita untuk berjuang membuka kesadaran para buruh migran di perantauan hingga kini.

Adapun buku-buku karya Nessa Kartika, diantaranya :

1. LUKA TANAH PRIOK (Dragon Family Publisher, Hongkong. 2010). Buku pertama yang memuat karya Nessa Kartika. Buku ini merupakan kumpulan puisi persembahan untuk BMI (Buruh Migran Indonesia) di Hongkong, Taiwan, dan Singapura untuk Tragedi Priok, Koja, Jakarta Utara, Kamis, 15 April 2010. Karya Nessa, berupa sebuah puisi berjudul “Ada Apa”.


2. 30 HARI DALAM CINTA-NYA, (Dragon Family Publisher, Hongkong. 2010). Buku ini, menyajikan berbagai pengalaman Warga Negara Indonesia (WNI) beragama Islam yang melewatkan bulan suci Ramadhan di luar negeri, yakni Hong Kong, Korea, Taiwan, Malaysia, Singapura, Jepang, Belanda, USA, dan Finlandia. Ada yang berada di luar negeri karena studi, ada pula yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Buruh Migran Indonesia (BMI). Karya Nessa berjudul, “Ramadhan Ke Empat Ku di Negeri Singa”.

3. KARENINA : SINGA BAUHINIA, (Dragon Family Publisher, Hongkong. 2010). Buku ini adalah buku kumpulan cerita pendek dan puisi tentang kisah-kisah wanita Buruh Migran Indonesia di Hongkong dan Singapura. Buku ini adalah proyek bersama Nessa Kartika dengan sahabat penanya di dunia maya, Karin Maulana. Seluruhnya berisi 13 buah cerita pendek, diantaranya 6 cerpen dan 3 puisi karya Nessa Kartika, serta sebuah novellet, yang merupakan karya bersama kolaborasi Karin Maulana dan Nessa.
Kisah Cinta, Kekejaman, Kekerasan, Kisah Suka dan Duka, serta beberapa kisah lainnya yang terjadi di seputar kehidupan Buruh Migran Indonesia, yang selalu terjadi di sekitar kita. Buku ini mendapat pujian dari pengamat sastra dan pemerhati BMI, Sakban Rosidi, Dosen Filsafat Program Paska Sarjana, IKIP Budi Utomo Malang, Jawa Timur, Indonesia. Sebagai sebuah karya yang “Meretas Jalan Kebangkitan Genre Baru Sastra Remaja”.

4. TIGABIRUSEGI, (HASFA Publisher, 2010). Buku Antologi Puisi Kasih: Tanah, Air, Udara oleh 50 orang penulis. Sebagai antologi, keberagaman menjadi dimensi yang menguatkan buku ini, yang didedikasikan sepenuhnya untuk bencana yang tidak hanya sampai pada simpati. Tetapi ingin menjadi saksi, bahwa puisi menjadi kasih yang nyata, dalam kata dan tindakan. Karya Nessa, berupa puisi religi berjudul “Hidup Tak Terbatas Disini”.

5. BICARALAH PEREMPUAN!!! (Leutika Prio Publisher. 2010). Bicaralah Perempuan, merupakan sebuah ajang untuk menyuarakan berbagai Kekerasan terhadap Perempuan. Buku ini, meski banyak berbicara soal Luka, Penghiatanan, dan Air Mata. Tetapi tidak hendak mengajak anda berlarut-larut dalam duka. Berharap ini akan menjadi halilintar, yang membangunkan banyak orang dari mimpi panjang. Kekerasan terhadap Perempuan begitu nyata, sangat dekat, dan menuntut partisipasi tanpa harus berfikir lambat.

Dalam semangat itulah, buku ini hendak dilahirkan. Dari rahim Gerakan Serikat Buruh di Serang, Banten. Dalam spirit dan bagian tidak terpisahkan dari ‘Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan’ yang sudah dilaksanakan bersama-sama Komnas Perempuan. Dalam sebuah diskusi di Hotel Le Dian, Serang.

Bahkan buku ini, diharapkan akan menjadi tonggak kebangkitan Kaum Perempuan Indonesia; untuk lebih peduli, berbagi daya, dan bergandengan tangan dalam hangatnya kebersamaan. Ini adalah murni proyek sosial. Sebuah lentera, untuk berbagi cahaya.

Hasil penjualan buku ini, nantinya akan disumbangkan untuk kegiatan-kegiatan Biro Perempuan Forum Solidaritas Buruh Serang (FSBS) untuk melakukan penguatan dan advokasi kepada para perempuan korban kekerasan.

Karya Nessa berjudul ‘Bicaralah Perempuan’ terangkum menjadi satu bersama 15 orang penulis lainnya.

Afrizal/B21


http://berita21.com/2010/12/28/penulis-antologi-sastra-berjuang-untuk-kaum-buruh-migran-indonesia-di-luar-negeri/?sms_ss=facebook&at_xt=4d1e1830f817187d%2C0

Monday, December 27, 2010

[Buku] BE STRONG, INDONESIA!



Buku #writers4Indonesia
17 books, 8 days, 45000 for each book, and 300 writers

Semua keuntungan penjualan buku-buku di project ini akan disumbangkan untuk Korban Bencana di Indonesia, 100%!!!

‘Be Strong, Indonesia! #tiga’:

* ‘Cinta Kakak Tiri’, penulis: Lia Sirait
* ‘Kisah Klasik Sebuah Negeri’, penulis: Jodhi Pramuji
* ‘Pada Purnama’, penulis: Ambu Dian
* ‘Pelangi Harapan’, penulis: Nastiti Sandryanto
* ‘Secercah Harapan’, penulis: Prima Dika
* ‘Jangan Menangis Sobat’, penulis: Aswary Agansya
* ‘Rindu Rindu Lagi’, penulis: Unge Mutiara
* ‘Waras’, penulis: Dian Nafi
* ‘Mirip’, penulis: Ria Tumimomor
* ‘Senja Yang Mencintai Hujan’, penulis: Joe Andri
* ‘Do’a’, penulis: Aditia Yudis
* ‘Love is Not Impossible’, penulis: Nessa Kartika
* ‘Merindukanmu’, penulis: Dreamyhollic Santi
* ‘Ibu itu Indonesia’, penulis: Chandra Puspita Sari
* ‘My Name is Jono’, penulis: Yunus BS
* ‘Mengenal Malam’, penulis: Lara Ahmad
* ‘Bulan dalam Labirin’, penulis: Clara Canceriana
* ‘Bapak’, penulis: Novi Kuspriyandari
* ‘Adik Paling Keren’, penulis: Renata Aprianti

Cara Beli buku #writers4indonesia adalah: email ke: writers4indonesia@gmail.com ; subject: ‘Order Buku’, lalu tulis nama, alamat, no hp, order judul: (buku #xx), jumlah order;

Admin kami akan membalas email tsb beserta info pembayarannya.

Terimakasih Indonesia!

Sunday, December 26, 2010

[PUISI] IJINKAN AKU MENULISKAN ITU



Biar keluh berantai
dari gelap kepada terang
dari gelisah kepada luka
dari jiwa kepada airmata
yang kuinginkan hanya menuliskan tentang itu

tentang hati yang terlalu
tentang kamu yang berlalu
tentang aku yang tak menentu

masa hanya penguji kepedihanku
pena tak terantar
kata terlantar
sajak pun tak tersampaikan

tak kusebut kekecewaan
hanya sedikit kepercayaan
dan ketegaran yang tak lagi sabar

disini,
aku hanya bisa menuliskan tentang itu

Singapore, boxing day

di antara kebingungan-kebingungan hari ini

Friday, December 24, 2010

[CERPEN] NEGARA BOLA

NEGARA BOLA
By. Nessa Kartika

“Neng, lihat tuh negaramu rusuh lagi…” kata si Juragan sambil menunjuk ke layar televise yang sedang menayangkan demo.

Neng yang sedang menemani si Tuyul bermain cuma berpikir, “Pemerintahnya pasti ngaco lagi. Kalo nggak… nggak mungkin rakyat pada gaduh.” Neng tak tertarik dengan kegaduhan itu. “Kalo yang di Indonesia gaduh dan yang di luar ikut gaduh, mau jadi apa negaranya? Lebih baik menonton sajalah.”

Saluran televise dialihkan ke channel lain. Kali ini tayangan sepakbola. “Neng, negaramu tanding ma Philipina…” kata juragannya lagi. Kali ini dia terpesona oleh si bundar yang berlari kesana-kemari. Heran sama majikannya yang mulai heboh meneriaki siapa saja yang menggiring si bundar, “Ayo tendang… Ayo oper…! ayo! Go! Go!”

Neng ikut melirik ke layar perak.

“Majikan yang notabene bukan orang Indonesia, bukan orang Philipina aja bisa terbawa oleh permainan apalagi yang punya Negara…” batinnya.

Heboooh…

Penontonnya, yang di rumah atau di lapangan. Komentatornya, Pemainnya… Semua semangat bener… Neng tak sadar ikut merapal doa dengan tangan terkepal di dada kirinya. Doa untuk Timnas Indonesia.

Neng memang tak mengerti sama sekali oleh semua istilah dalam sepakbola, tak juga ia mengerti tentang urutan pertandingan. Yang Neng tahu, dulu di kampungnya tiap agustusan selalu ada pertandingan bola antar RT. Tak peduli gimana tak akurnya beberapa pemuda satu dengan pemuda lain di hari-hari biasa, mereka akan jadi “best buddy” yang luarbiasa mesra di lapangan hijau.

Kini, di dada Neng hanya ada satu kalimat, “Go Timnas Indonesia! Go! Go! Gol!!!” Seperti juga bosnya, seperti juga bangsa Indonesia. Semua bergabung satu suara untuk Indonesia. Mengirim semangat untuk Timnas yang berjuang disana agar Berjaya.

Neng bertanya-tanya. “Apakah seperti halnya para pemuda di RT-nya yang dirukunkan oleh bola. Negara Indonesia mungkin juga harus diganti lambangnya dengan bola, dijadikan negeri bola. Biar akur selamanya.”


*290 kata

Thursday, December 23, 2010

Karenina di mata Bimo Mukti


Mas Bimo Mukti The Snowman
alias

dan mimpinya ttg Karenina

:)

[PUISI] Deja Vu


 

Duduk termangu di bangku mini Hongkong. 

Menatap lampu-lampu pohon natal berkedip 

kelelahan sisa semalam. 

Bertemankan angin dingin menusuk.

Anganku tak dapat lagi membedakan dimana aku...

 

Mt. Faber, 23 Dec 2010

[PUISI] MIMPI INI

menit berdetik lalu, 

lamban terujung dalam, 

berirama sama. 

 

hari ini masih juga buram. 

sementara mimpi meninggi, 

semoga hati terkendali

 

Singapore, 24 des 2010

Wednesday, December 22, 2010

[PUISI] Ibu Yang Bukan Ibunya

Ibu yang bukan ibunya

by Nessa Kartika

suka duka nalar mungilnya tersurut mencari yang bukan ibunya
merapal kosakata pertama yang diajarkan oleh ibu yang bukan ibunya
tersenyum hati tulus kecil pada yang bukan ibunya

terjaga di malam dan siang pertama mencari ibu yang bukan ibunya
airmata pun ditujukan untuk ibu yang bukan ibunya
yang akan langsung menyekanya
menimangnya untuk kembali terlena

tumbuh dengan ibu yang bukan ibunya
ibu kandung hanyalah muka malam
akan menghilang esok paginya
selalu ibu yang bukan ibunya dicarinya di sini
menjadi ibu, meski bukan ibunya.

Singapore, 22 Desember 2010
Untuk si kecil yang selalu salah mengira aku sebagai ibunya.



IBU

on Wednesday, December 22, 2010 at 3:29pm


Aku ada pasangan hidup sendiri....


Bila senang, aku cari.


...pasanganku...


Bila sedih, aku cari....ibu


Bila berjaya, aku ceritakan pada....pasanganku


Bila gagal, aku ceritakan pada....ibu


Bila bahagia, aku peluk erat....pasanganku


Bila berduka, aku peluk erat....ibuku


Bila bercuti, aku bawa....pasanganku


Bila sibuk, aku hantar anak ke rumah....ibu


Bila sambut valentine.. Aku bagi hadiah pada pasanganku


Bila sambut hari ibu...aku cuma dapat ucapkan "Selamat Hari Ibu"


Selalu.. aku ingat pasanganku


Selalu.. ibu ingat pada aku


kapanpun... aku akan telpon pasanganku


Entah kapan... aku telpon ibu


Selalu...aku belikan hadiah untuk pasanganku


Entah kapan... aku nak belikan hadiah untuk ibu



Berderai air mata jika kita mendengarnya........


IBU...RINDU .... RINDU SANGAT....


berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya.....







(Copas from Someone sent on my Tagged)

Tuesday, December 21, 2010

[ANTOLOGI] Ibu Adalah... (Segalanya)

Ibu Adalah... (Segalanya)

Ibuku adalah segalanya.

Takkan cukup jutaan kata jika ku jabarkan tentang ibuku
tiada puisi yg mampu melukiskan keindahan hati ibuku
takkan cukup perputaran waktu untukku menceritakan tentang ibuku.

Beliau hebat.

Mengingat beliau membuat sejuk hati kala ku di rundung resah dan getirnya hidup.
Apapun masalah yang kuhadapi,
selalu usai jika sudah kuceritakan pada ibu.
Beliau membimbingku tanpa mencaci, tanpa mengeluh... Selalu dengan hati.
Meski beliau bukan makhluk Allah yang sempurna namun beliau sempurna di mataku.
Selalu dapat kuandalkan.

Ibu, selalu menjadi penegas segala keraguanku.
Menjadi orang pertama yang memujiku.

Ibu adalah tempat ku pulang.

I love U, Ibu

Singapore, 21 Desember 2010
Selamat Hari Ibu. 




Nessa Kartika & Ibunya, Maria Boniok
disela syuting OASE Metro TV
2 Juni 2009

Monday, December 20, 2010

[BUKU] Cetak Kedua KARENINA

Akhirnya Cetak Kedua siap. Mohon doa untuk kelancarannya... :D 

(Karin Maulana : We made It!!!)


Meski tersandung-sandung...

Alhamdulillah semua berjalan lancar


Semua berkat Dang Aji Sidik & Om Hary Prast

[BUKU] Be Strong, Indonesia!

My book, Our Book, #writers4Indonesia
17 books, 8 days, 45000 for each book, and 300 writers

Semua keuntungan penjualan buku-buku di project ini akan disumbangkan untuk Korban Bencana di Indonesia, 100%!!!

...So... Let's donate your money to buy this book
Totally Support by NulisBuku.com

Sunday, December 19, 2010

[PUISI] BUNDA

BUNDA
By. Nessa Kartika

Kuiring senyum di antara doa yang kutawarkan pada langit
berharap langit ijinkan angin hembuskan salamku
Untuk Bunda, pemilik rindu-rinduku
pengiring jiwa mentahku menyatu dengan hidup dan kehidupan

Kutiupkan ciuman untukmu, Bunda
agar kau rasakan aku di sini mengadu
menanti kepulanganku pada pelukanmu hingga dapat kudengar lagi petuahmu
penjaga hati mimpiku  agar tak keluar dari ayat-ayatNya
Ajarkanku selalu akan ketabahan dan bahasa dunia

Meski kau pun tertikam penat.

Singapore, 19 Desember 2010


SELAMAT HARI IBU

[LOMBA] PIAGAM LAGU OPICK

Buka email ternyata dapat piagam ini
Meski ngk lolos hepi juga sih...

(Opick baca tulisanku ngk ya?)
:D

Thursday, December 16, 2010

Bangfy list...

[PUISI] Aku Ingin Pulang


Burung tak mengepak melintas angkuh di angkasa
Menepikan congkakku di titian jendela
Meski rinai hujan tak dapat meraihku
Terbangnya
Membuat hujan baru di mataku
Mengalirkan rindu
menyentuhku sedalam kalbu

Aku ingin pulang

Singapore,7 dec 10

[PUISI] Resah

Jika mimpi tak dapat dipercaya
Kemana lagi kubagi lelah ini
Dalam gelisah berpanjang
kesendirianku menembus waktu

Jangan salahkan aku
Kemanapun langkah ini menuju
Semua kulakukan untuk bagianmu
Patahan tak tersentuh
Kau tinggalkan dalam uluran tanganku
Ingin hati berbagi beban
Telah kau salah artikan sebagai sesuatu
Tersimpan dan tersembunyikan


Singapore, 6 dec 10

Wednesday, December 15, 2010

[ANTOLOGI] SUAMI TEMAN


(KISAH NYATA) SUAMI TEMAN
Oleh. Nessa Kartika

Tahun 2005. Saya bekerja sebagai sekertaris di kantor sebuah perusahaan kecil-kecilan. Perusahaan yang bergerak di bidang marketing ini dulu mempunyai sebuah kantor mungil di Bekas Terminal Sapen Wonosobo.

Suatu sore atasan saya, Pak Haris menelpon ke kantor selepas jam makan siang. "Nes, nanti jangan pulang dulu. Ada temanku yang mau pinjam komputer kantor." Katanya. Saya cuma menyetujui saja.

Meskipun akhirnya saya terpaksa menunggu dan ini membuat saya bosan setengah mati. Saat itu belum ada yang namanya Facebook. Saya habiskan sore itu dengan main games di komputer kantor.
Suami pun berkali-kali mengirim sms, "Ma, sudah bisa dijemput sekarang?" tanyanya.
"Belum, orangnya belum datang." Jawab sms saya. Dalam hati bertanya-tanya kok lama sekali tuh orang.

Hujan lebat mengguyur kota Wonosobo sepanjang sore itu. Saya benar-benar bosan dan lapar... haha. Menyesal saya tadi menolak tawaran suami. Saya sms dia lagi. "Mas, jemput sekarang. Mama udah lapar." pesan saya. suami menjawab dengan dua huruf O.K.

Sore merambat petang. Adzan maghrib berkumandang. Saya pun berniat pergi wudhu ke WC umum di sudut kompleks. Saat itulah datang seorang pria seumuran saya, mengendarai motornya. Basah kuyup.

"Assalamualaikum, mbak." Sapanya di pintu kantor."Saya temennya pak Haris. Tadi pak Haris sudah kasih tau Mbak Nessa saya mau datang 'kan?" tanyanya.
Saya tersenyum lega. "Oh iya, Mas... Bapak udah telpon kok. Jadi gimana? Mau saya tungguin atau saya tinggali kuncinya saja?" tanya saya.

Pria itu terlihat sungkan. "Tinggali kunci saja, Mbak. Karena saya mau pulang dulu. Basah kuyup begini, mau duduk pun sungkan." Katanya sambil tersenyum simpul. Benar juga ya...?

"Oh ya udah... Silahkan." Kata saya sambil mengulurkan kunci kantor yang sudah saya copot dari teman-temannya, kunci lemari file dan kunci loker. Waspada itu perlu. Meskipun dia teman atasan saya. Kalau nanti terjadi apa-apa, saya juga yang bakal disalahkan. "Rumah Mas dimana?" Bukannya bermaksud SKSD. Tanya saja kan boleh.

Pria itu menyebut nama sebuah kampung di dekat kantor.

Ingatan saya langsung tertuju pada kawan sekolah SMA saya yang cantik, Rena. Yang juga tinggal disana. Saya dan Rena memang berkawan akrab. Beberapa kali Rena main ke rumah saya, seperti seringnya saya main ke rumah dia. Namun kontak kami putus setelah hari kelulusan.

"Saya ada teman yang tinggal di situ lho, Mas." Kata saya lagi, SKSD? Biarlah...
"Siapa, Mbak?"
"Rena. Kenal nggak Mas?"
Pria itu tertawa kecil, "Coba Mbak yang tanya sama Mbak Rena, Kenal Purwanto apa nggak."
Dahi saya berkerut, "Purwanto siapa, Mas?"
"Saya."
"Owalah..." Saya merenges."Iya deh, nanti kapan-kapan saya tanya. Sejak lulus sekolah, saya tak pernah ketemu sama Rena." Kata saya sambil mengumpulkan barang-barang saya, mau pulang. Kebetulan suami saya juga sudah datang. Perut saya sudah protes kelaparan. "Saya sudah dijemput. saya pulang dulu. Kunci kantor kasihkan pak Haris saja, besok pagi saya ambil tempat beliau."

"Iya, Mbak." jawabnya mengiringi kepergian saya.

Selanjutnya setelah mengunci kantor. Saya serahkan kunci itu padanya. Saya membonceng suami pulang ke selatan. Pria bernama Purwanto ini melarikan motornya ke arah sebaliknya.

Sejak hari itu saya tak pernah melihatnya lagi. Nama Purwanto hilang dari ingatan saya.

***

Tahun 2006. Di suatu akhir pekan. Saya mendapat sms dari salah satu kawan karib di  SMA saya, Ema. Dia mengundang saya dalam acara syukuran rumah barunya. Ema bilang, beberapa kawan akrab kami yang lain pun akan datang.

Dengan semangat 45 hari minggu saya meluncur ke rumah Ema. Maklum, sejak lulus sekolah di tahun 2002, kami benar-benar menjalani hidup kami masing-masing. Apalagi sejak satu-persatu dari kami menikah dan punya anak. Kami sibuk dengan rumah tangga kami masing-masing. Sangat jarang kami berkumpul kembali. Dan saat reuni seperti inilah jiwa muda saya selalu bergetar. Merindukan masa-masa sekolah yang indah.

Di rumah Ema, hadir pula beberapa kawan karib saya waktu SMK. Salah satunya adalah Rena. Ngobrol punya ngobrol kami tiba di topik pekerjaan.

"Aku kerja di perusahaan asuransi. Capeknya bukan main, tiap hari harus keliling nyari nasabah..." Kata Rena mengeluh. "Enakan kamu, Nes... Jadi sekertaris. Duduk aja manis di kantor..." Kata Rena lagi, kali ini pada saya.
Saya terperanjat. "Kok kamu tahu?" Jelas aja saya heran. Saya belum sempat cerita pada mereka tempat kerja saya, kok Rena sudah tahu.
Rena tersenyum usil. "Itu hari suamiku kan ke kantor kamu. Di rumah dia bilang, 'Mah, tadi aku ketemu teman kamu, Nessa.' gitu..."
Kening saya berkerut. Heran. "Siapa suami kamu?" Maklum, tempat kerja saya bergerak di bidang marketing ini dan itu. Jadi tiap hari saya ketemu banyak orang. Tapi meskipun begitu. Kalau salah satunya ada mengenalkan diri sebagai suami sahabat saya, Saya nggak bakalan lupa.
"Masa kamu lupa? Kamu kan ketemu dia sekali taun lalu..." Kata Rena sambil cengar-cengir, "Dia datang ke kantor kamu pinjam komputer... Sore-sore... Hujan-hujan..."
Taun lalu?? Ingatan saya langsung sibuk... "Purwanto?" Gumam saya nggak yakin saat menemukan sosok pria muda itu di sela otak saya.
Rena terpingkal-pingkal...
"Jadi dia suami kamu???" Saya jadi keki. Sudah tak diundang ke pernikahan mereka, Dikerjain pula...
Saya masih keki saat akhirnya kami berpisah, pulang ke rumah masing-masing. Dan kembali ke kehidupan kami masing-masing.

***

Akhir tahun 2006.

Biiip!

Handphone saya berkedip. sms.
"Ness, mau ikut takziah tempat Rena tak? Suaminya meninggal."
Membaca sms dari Nura salah satu teman SMA saya itu kaki saya langsung lemas. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.

Saya mengenang kembali sosok Purwanto, suami Rena. Saya benar-benar tak percaya. Siapa yang menduga bahwa pertemuan saya yang pertama dengannya akan menjadi pertemuan yang terakhir pula? Teringat pula bagaimana tawa bahagia Rena. Bagaimana nasib Rena dan putri mereka kelak? Saya sungguh tak kuasa membendung airmata dukacita.

Hanya Allah yang Maha Mengetahui umur makhlukNya. Kita tidak tahu kapan kita akan mati. Tapi dengan berusaha hidup sehat dan berfikiran positif tentu hidup lebih berarti.

"Setiap yang hidup akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cobaan; dan kepada Kamilah kamu akan kembali." (Surah al-Anbiya' ayat 35)

***
(nama tokoh sudah disamarkan/DIGANTI untuk menjaga privasi)


Tuesday, December 14, 2010

[BUKU] KADO UNTUK INDONESIA

KADO UNTUK INDONESIA


UNTUKMU
By. Nessa Kartika



Ini sajak yang kutuliskan untuk pertama kalinya ditaman langit, tempat nalarnya asa dan segala mimpi.

Nelangsa terbaca di derak mega yang perih menorehkan luka bangsa.

Derita akan asasi yang porak poranda; buatku pedih, antara rindu dan gundah gulana.

Obrolan yang menguap bersama secangkir kopi yang kuseduh dari pekatnya berita. Tentang pertiwi yang melarat. Kusiram dengan airmata yang mendidih dari dua pasang mata, hati dan raga.

Nista terbawa nama bangsa.

Elakkan sumpah kaum  kusam dan do'a tak bernisan. Terkubur menjadi satu dalam murka alam akan keangkuhan pemimpinnya.

Semoga katulistiwa tepati janjinya. Cucurkan hujan, curahkan cahaya.  Jejak hangatnya tabur senyum di wajah petani yang terbelenggu hidup. Jadikan sepenggal asa tuk mengajak pulang putra-putri mereka dari perantauannya.

Inilah kadoku untukmu:

Amarah dan kerinduan yang kupaketkan menjadi satu dalam sepenggal do'a.


Monday, December 13, 2010

[CERPEN] "RUMAH AKONG"

By. Nessa Kartika

Aku memanggilnya Akong. Nama kecilnya adalah Tan Ah Beng. Lelaki kecil tua renta dengan rambut kelabu yang mulai menipis dikepalanya ini, masih tersenyum saat aku meninggalkan kedai yang menjual aneka macam minuman tempatnya bekerja.

Akong adalah lelaki yang baik hati dan tidak membosankan. Berbeda dengan lansia-lansia lain yang kutemui di seluruh sudut warung kopi ini. Mereka bercengkrama disana hanya untuk melewatkan hari tua mereka daripada bosan di rumah. Akong ini selalu ada disana kapanpun aku kesana. Seolah-olah tak pernah pulang ke rumahnya. Bahkan saat ia tak perlu bekerjapun ia akan tetap ada disana.

Akong selalu menyempatkan waktu untuk ngobrol denganku saat jam-jam makanku. Bagiku Akong sudah seperti kakekku sendiri. Aku tinggal sendirian sejak lulus sekolah. Meski orangtua dan nenek-kakekku masih hidup, hanya kadang-kadang saja aku melihat mereka.

Dari percakapan kami. Kesimpulanku, Akong bekerja bukan untuk uang. Tunjangan hari tua yang diterimanya dari pemerintah lebih dari cukup untuk makan sehari-hari dan membayar pengobatan tubuh rentanya.

Lalu mengapa Akong bekerja?

Karena bagi Akong rumah bukanlah lagi menjadi rumah.

***

“Warung kopi inilah rumahku kini.” Katanya padaku dengan nada getir siang itu. Untuk pertama kalinya kulihat buliran hujan dibalik matanya yang telah rabun karena katarak yang dideritanya.

“Tapi anak dan istrimu ‘kan dirumah semua.” Tanyaku. Aku tahu istri dan anak-anaknya. Kadang-kadang aku melihat mereka atau kebetulan bersama denganku naik lift pulang pergi ke rumah. Meski kami tak pernah saling menyapa. Biasanya karena aku terlalu sibuk dengan gadget mainan di tanganku. Akong dan keluarganya tinggal di lantai tujuh. Rumahku sepuluh tingkat diatasnya.

Akong mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Seolah takut ada orang lain yang akan mendengar rahasianya. Koran pagi yang sedang berusaha dibacanya dari balik kacamata berkibar-kibar tertiup angin dari kipas yang terletak tepat di atas kepala kami. Kutahu Akong akan bercerita. Dengan sabar aku menunggunya mulai berbicara.

***

Duapuluhan tahun yang lalu.

Akong muda gemar berjudi. Dari 4D, Toto, judi balap kuda sampai judi sepakbola. Sekali pasang bisa ratusan dolar ia mengadu keberuntungannya. Memang kadang menang… tapi itupun tak seberapa. Tak sebanding dengan uang taruhannya.

Puncaknya keserakahan membuat Akong mulai gila judi. Dia keranjingan judi sampai tega menjual barang-barang berharga di rumahnya. Istrinya dan dua anaknya yang telah menginjak remajapun mulai tak diperdulikannya.

Tak ada lagi uang, Akong berusaha menjual rumahnya. Beruntung, Awi, anak lelaki sulungnya. Berhasil mencegah ibunya untuk menandatangani surat jual-beli. Surat yang disodorkan ayahnya dengan sumpah serapah dan ancaman pada ibunya itu dirobek oleh Awi.

Tak berhasil menjual rumah. Akong lari ke rentenir. Ribuan dolar dipinjamnya namun pada akhirnya ia tak bisa mengembalikan. Jadilah Hutang akong menumpuk. Rumah dan keluarga pun menjadi sasaran gangguan dan terror dari geng yang disewa lintah darat yang meminjamkan uang pada Akong.

Berkali-kali rumah mereka disiram dengan cat merah menyala dengan graffiti ‘O$P$’ (Owe Money, Pay Money) "Bayar Hutangmu!!" Di seluruh tembok dari lantai dasar ke lantai tujuh. Bahkan lift pun tak jarang menjadi sasaran tumpahan cat merah itu di seluruh sisinya. Berkali-kali pula Akong menjadi sasaran amukan para ah Long (Rentenir) ini. Pulang ke rumah dengan lebam dan luka di sekujur tubuhnya. Akhirnya Awi menjual sepeda motornya untuk menutup utang-utang ayahnya.



Awi bahkan pergi ke Warung kopi untuk mengancam siapapun disana. “Kalian semua jangan pernah pinjamkan uang pada ayahku… Apapun yang terjadi! Kalau ada yang masih meminjamkan, aku tak akan membayarmu untuknya. Dia bukan ayahku lagi.” Katanya pada semua teman kerja ayahnya.

Sejak itu, Akong berhenti berjudi. Berhenti pulalah hubungan ayah-anak antara Akong dan Awi. Istri Akong pun pindah tidur bersama anak perempuannya. Meski mereka masih serumah, namun tiada lagi kehangatan di keluarga ini. Tiada lagi percakapan normal layaknya ayah, ibu dan anak.

Rumah, tak lagi menyambut Akong.

***

Aku menepuk bahu Akong. Kucoba menbersihkan cekat di tenggorokanku. Aku tersenyum pada Akong yang balik tersenyum padaku.
“Sabar, Akong.” Kataku.
“Iya, Ryan. Terimakasih selalu menemaniku ngobrol.”
Aku mengangguk, menengok jam di pergelangan tanganku. Aku punya kencan dengan Angela, calon istriku, limabelas menit lagi. “Aku harus pergi.” Kataku.
Akong menganggukan kepala. Lelaki yang umurnya tiga kali umurku ini memandangiku lekat.
Kutinggalkan Akong dengan suatu perasaan aneh. Ada yang lain. Tapi kusingkirkan semua pikiran yang menyimpang.

***

Minggu jam sepuluhan pagi kuterbangun karena berisik di bawah blokku. Biasanya hari minggu begini aku akan tidur sampai tengah hari. Malas-malasan aku bangkit. Rasa ingin tahu membuatku mencoba intip keriuhan itu dari jendela. Namun aku tak dapat melihat apa-apa. Hanya mobil polisi disana dengan beberapa petugas berseragam biru. Merasa tak ada hubungannya denganku, aku tidur lagi.

***

Senin, Jam 7 pagi keesokan harinya. Aku terbangun dengan perut kelaparan dan sakit kepala. Aku ingat, Semalam aku pergi ke pesta perkawinan rekan kantorku. Mereka mencekokiku dengan beberapa gelas minuman. Aku yang tak terbiasa minum, ambruk. Terpaksa kawan-kawanku mengantarku pulang. Sekarang kepalaku mau pecah tapi aku tetap harus pergi kerja. Segera kukenakan baju kerjaku. Kusambar handphone, kunci mobil dan dompetku. Aku turun ke warung kopi. Membutuhkan dengan segera secangkir kopi dan sepiring nasi sebelum berangkat  ke tempat kerja.

Akong ada disana seperti biasa. Ia tersenyum sumringah padaku ia melambaikan tangannya, menyuruhku duduk bersamanya. Aku membalas senyumnya. Kupesan seporsi nasi ayam dan kopi pahit kosong sebelum kuhampiri Akong.

“Hai… Akong…” Sapaku, “Sudah makan belum?”
“Sudah. Ayo duduk sini.” Katanya. Tangan tuanya menarik satu kursi plastic warung kopi disisinya untukku. Aku menurutinya duduk disana.
“Lagi gembira ya?” Tanyaku heran dengan raut mukanya yang terlihat begitu gembira.
“Iya… aku gembira sekali, Ryan.” jawab Akong.
“Ceritakan padaku…” kataku.
Akong mengangguk.

Kemarin pulang dari kopitiam Akong merasa ada yang aneh. Istrinya yang biasanya bersantai didepan televisi tak terlihat. Padahal sandalnya ada di depan rumah. Pintu pun tak terkunci. Akong masuk rumah sambil terheran-heran. Selama duapuluh tahun terakhir ini Akong terbiasa dengan kesunyian rumah dan aksi diam istrinya. Namun hari itu semua terasa berbeda.

Menuruti naluri, Akongpun memeriksa seluruh isi rumah. Kamar Awi, anak laki-lakinya yang kini telah menikah kosong dan tampak biasa-biasa saja. Ia ke kamar istri dan anak perempuannya. Kamar itu ternyata berantakan dan berbau mencurigakan. Dibukanya kamarnya sendiri. Sama berantakannya.

Akong yakin ada yang tidak beres. Ia pergi ke dapur. Disanalah ia mendengar gaduh yang membuat nyalinya kecut. Ia juga mendengar suara istrinya merintih minta tolong. Tiba-tiba muncul lelaki asing kekar berkulit hitam. Perampok!

Akong segera meneriaki rampok itu dan menerjangnya hingga lelaki itu tak sadarkan diri di lantai dapur. Barang-barang hasil jarahannya terserak di lantai. Akong mendapati istrinya diikat dan dibungkam di kamar mandi. Segera ia memanggil polisi. Beberapa menit kemudian polisi berdatangan.

“Owh… jadi itu sebabnya kemarin kulihat banyak polisi di bawah blok…” Kataku.
Akong mengangguk-angguk lagi. “Aku senang karena sekarang istriku mau bicara denganku lagi. Anak-anakku pun sudah mulai tersenyum padaku. Kini aku bisa pulang ke rumah dengan hati bahagia. Mereka semua menyambutku..” Katanya dengan senyum yang luarbiasa tulusnya."Aku bisa kembali pulang ke rumah..."
Aku ikut gembira. Akhirnya Akong mempunyai rumah yang benar-benar menjadi tempatnya pulang di masa senjanya.
Nasi ayam pesananku sudah terhidang di meja. Rasa gembira membuat nafsu makanku bertambah.
Akong bangkit. “Kamu makanlah… Aku pulang ke rumah dulu. Jaga diri kamu baik-baik ya…” Kata Akong yang segera melangkah pergi tak menungguku menjawab.

Aku menyantap sarapanku.

Kulihat Koran pagi Akong tergeletak di meja. Kutengok kemana-mana Akong sudah tak tampak. Iseng kubuka dan kubaca Koran itu.

Kubaca halaman pertama. Berita tentang perampokan.

SENIN - Pembunuhan sadis bermotif perampokan terjadi Lantai 7 Kartika Street. Kakek Tan Ah Beng (70) dan Istrinya Mutiara (65) ditemukan tewas dengan luka di bagian leher oleh anaknya, Awi (40), Minggu (12/12) pagi hari sekitar pukul 08.30.

***

Singapore, 12 Dec 2010
(Memenuhi janjiku pada Bunda Faradina untuk menulis tentang Singapura)

Sunday, December 12, 2010

[LOMBA] TAMAN SASTRA PUNYA LOMBA... (event pertama Karenina)



Dalam rangka menyambut kelahiran Group Taman Sastra, kami mengadakan lomba menulis cerita pendek (cerpen)  dan puisi, yang kami beri tema  JUARA (Judul Awal Rumah). Mengapa Rumah? Karena  rumahlah lingkungan yang paling dekat dan utama bagi kita. Tapi rumah yang dimaksudkan di sini lebih bermakna  filosofis, dalam arti yang luas, tapi juga tidak menutup kemungkinan rumah dalam arti sebenarnya. Jadi  nggak perlu pusing-pusing.  Pokoknya  cerita tentang rumah. Untuk lebih jelasnya, lihat contoh cerpen di bawah (tapi ini hanya contoh lho, jangan terlalu jadi patokan. Nanti cerita kamyu  jadi kaku, kehilangan greget dan nggak kamyu banget. Yang penting kembangkan saja imajinasimyu!).
Apa saja syarat lombanya? Ini dia :

SYARAT LOMBA :


1. Peserta tergabung dalam Group TAMAN SASTRA. Link Group TAMAN SASTRA : http://www.facebook.com/home.php?sk=group_170967649592856

2. Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran, atau mengambil ide dari karya orang lain yang sudah ada.

3. Setiap peserta hanya diperbolehkan mengirim 1 (SATU) karya terbaik, cerpen + puisi. Puisi bebas tidak harus sesuai isi cerpen.

4. Naskah belum pernah diterbitkan di media massa, (cetak maupun elektronik), dan tidak sedang diikutsertakan dalam lomba lain. (Yang sudah pernah dibuat di note Facebook boleh diikutkan).

5. Tema bebas, yang penting judul berawalan Rumah, misalnya : Rumah Air, Rumah Cinta, Rumah Pasir, dll.

6. Format tulisan : Kertas A4 spasi 1 ½, font Times New Roman 12. Margin default (standar).

7. Naskah dikirim ke e-mail : taman_sastra@yahoo.com, attachfile, rtf, nama file : NAMA FB PENULIS + JUDUL CERPEN, sertakan biodata lengkap penulis beserta foto terbaru di akhir cerita.

8. Cerpen dan Puisi yang dikirim wajib diposting di note FB masing-masing, men-tag : Lucky Andrean Sanusi, Dwi Bagus MB, Bro Faris, Casofa Fachmy dan minimal 15 teman lainnya.

9. Menyalin kata-kata berikut –dalam kurung—di  bawah Cerpen dan puisi yang diposting di note FB : ( Cerpen dan puisi ini diikutkan dalam lomba "JUARA" Group TAMAN SASTRA, info dan ketentuan lomba klik disini :
http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=10150353537570534 )

10. Naskah yang masuk menjadi hak milik Group TAMAN SASTRA, keputusan dewan juri  tidak dapat diganggu gugat.

11. Batas lomba : 11 Desember – 31 Desember 2010, pukul 00.00 WIB

12. Pengumuman hasil lomba : 11 Januari 2011


DEWAN JURI :

1.Dwi Bagus MB, Penulis Buku, antara lain :
- Hikmah Jenaka ala Nasrudin Hoja (Mizan)
- Ustad Juga Bisa Jenaka (Mizan)
- Nabi Aja Becanda (Hikmah Mizan)
- Rahasia Rezeki, Jodoh dan Mati (Hikmah Mizan)

2. Ahmad Faris, Penulis Buku juga, di antaranya :
-New Package of Happiness
- Life Is Miracle (Ajwah Medina)

3. Casofa Fachmy, juga Penulis Buku, antara lain:
-Be Pe De, Please (Gema Insani Press)
-Muslimah Mewangilah hingga ke surge (Gazza Media)
-Muslim Padat Karya (Gazza Media)

4. Team Group TAMAN SASTRA


PEMENANG :

Juara I : Uang sebesar Rp.250.000,- + Buku Life Is Miracle (bertanda tangan Andi Arsyil Rahman Putra, salah satu penulis buku ini, pemeran Furqon dalam buku Ketika Cinta Bertasbih)

Juara II : Uang sebesar Rp.200.000,- + Buku Ranting Sakura (bertanda tangan penulisnya)

Juara III : Uang sebesar Rp. 150.000,- + Buku Karenina Singa Bauhinia (bertanda tangan penulisnya)

Rencananya hasil lomba ini akan di jadikan buku antologi cerpen dan puisi, dan akan diajukan ke penerbit.  Perjanjian detail setelah pengumuman pemenang bagi naskah yang diikutkan ke dalam buku.

Selamat berlomba, Salam hangat penuh semangat dan  mari jadikan tulisan lebih bermanfaat!



Lucky Andrean Sanusi
Creator Group TAMAN SASTRA

* SILAHKAN BAGI YANG INGIN SHARE



CONTOH CERPEN :

RUMAH AIR

Tawa bocah itu bagai resonansi kehidupan yang menularkan kebahagiaan bagi siapapun yang melihatnya,tak terkecuali aku,bahkan ianya bagaikan magnet kecil yang punya daya tarik yang kuat, buatku penasaran ingin mendekati,mencari jawaban atas rahasia kebahagiannya. Kakiku terasa berat,tertahan air yang menggenang hebat.Dengan perlahan akhirnya akupun berhasil mendekati bocah itu.

“Lagi ngapain dik?” Sapaku seramah mungkin

Sang bocah masih asyik dengan “mainan” embernya.

Kusapa kembali sambil mengikuti gerakannya seolah-olah membantunya

“Adik manis gi ngapain sich?”

Dia menatapku sejenak,lalu tersenyum lepas,bola matanya bulat, begitu bening dan bersih,melambangkan kejujuran dan apa adanya, begitu menyejukkan.

“Lagi bermain sama air Kak, Kakak mau ikutan main?”

Ku tersenyum ironis sambil berucap,“bukannya adik lagi membersihkan rumah adik yang lagi kebanjiran?”

“Ini namanya Rumah Air Kak”

“Rumah Air?” kataku heran

“Ya, Rumah Air”

“Belajarlah bersahabat dengan air, karena air ini tamu kita Kak,dia terpaksa mendatangi kita untuk mencari tempat perlindungan, karena rumahnya telah kita rusakkan”

“Bukankah kita harus memuliakan tamu Kak?” bocah kecil itu berkata sambil tangannya yang mungil terus bergerak mengeluarkan air dari dalam rumah,tak ada sedikitpun gurat kesedihan diwajahnya.

“He…eh…i….i…ya dik” jawabku gugup

“Pohon-pohon di hutan telah banyak yang ditebangi dan tak ada lagi “rumah” tempat berteduhnya air Kak,” ucapnya lagi polos dan mengalir seperti air.

“Itu semua karena ulah kita juga kok kak,begitu kata ayah”

“Tapi kalau bersahabat, kenapa airnya adik usir keluar?”

“Karena sudah cukup bermainnya Kak, dan aku membantu mereka pulang ke rumah mereka”

“Ooo,gitu ya dik?” kataku terbengong-bengong

“Iya Kak”

“Ayahnya mana dik?”

“Itu di dalam, lagi beresin barang-barang”

“Kata Ayah, Ayah lagi memberi ruang bagi air”

Tanpa berpikir panjang, segera ku dekati Ayah sang bocah

“Pak, maaf ya” sapaku “Apa bapak gak merasa sedih dengan keadaan rumah bapak yang kebanjiran begini?”

Bapak itu menghela napas yang dalam, lalu berkata

“Ya, sejujurnya sedih dik,siapa sih yang gak sedih”

bapak itu diam sesaat,lalu melanjutkan kata-katanya

“Bayangkan,jika hujan deras ditengah malam,sementara tetangga pada tidur nyenyak di buai hujan,kami malah was-was tidak bisa tidur,berjaga-jaga jikalau banjir datang”

“Tapi bagaimanapun bapak harus berusaha tegar didepan anak Bapak”

“Bapak juga malu sama Allah dik,jika membaca surah Ar-Rahman,31 kali Allah mengatakan

“Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

“Ini sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding nikmat yang telah Allah berikan kepada saya dik”

“Diberi kesempatan untuk menghirup oksigen gratis saja sudah syukur”

“Coba kalau Allah minta bayaran Dik?”

Subhanallah,tak kusangka dari seorang yang sederhana dan bersahaja seperti bapak ini, keluar ucapan yang sangat bijaksana, inilah pelajaran sesungguhnya, yang kudapatkan melalui seorang bapak yang meng “iqra” ayat-ayat “kauniyah” disekitar dengan keluguannya.

Tiba-tiba kudengar langkah-langkah kecil diiringi suara riak air mendekati kami.

“Yah..itu sudah adzan…yuk kita ke masjid”

“Lho bukannya ini belum selesai dik,tanggung kan?”

“Sebaik-baik sholatkan diawal waktu Kak dan di masjid” katanya menggurui

“Apa masjidnya gak ikut kebanjiran?” kataku dengan spontan

“Ya gaklah Kak,ini rumah air maka tamunya air” jawabnya sambil sibuk mengambil pakaian bersih. “Kalau masjid kan Rumah Allah,maka tamunya ya bukan air,melainkan orang-orang yang mendirikan sholat di masjid, betulkan yah?”sambungnya lagi sambil melirik ke Ayahnya

“Betul, pinter kamu nak” jawab Sang Ayah sambil memasang kancing kokonya.

“Jelas donk, anak siapa dulu…he….” bocah kecil itu menyambut kata-kata ayahnya sambil meletakkan tangan dipinggang

“Yuk Kak, skalian ikut ke masjid” bocah itu lalu menggenggam pergelangan tangan kananku dengan kedua jemarinya yang mungil dan menyeretku tanpa bisa ku menolaknya.

Subhanallah….Sungguh suatu perjalanan berarti bagiku,disaat kita asyik-asyiknya menikmati bermain air di “Water Boom”,walau harus rela membayar yang mungkin bagi sebagian orang tidak mampu membayar, si bocah kecil malah ceria dalam ketiadaanya,tanpa harus kehilangan kesempatan bermain air juga,tapi ditempat yang berbeda,mungkin inilah “Water Boom alami” mereka, “Rumah Air”.

 Dumai, 05 Maret 2010 Pukul 21.23 WIB


CONTOH PUISI :

TAFAKKUR DIRI

Jika hati penuh kenistaan
Pergilah ke kampung perubahan
temukan telaga ke imanan
basuh jiwamu dengan perlahan
dengan penuh ke istiqomahan

Lalu...
selamilah dalamnya telaga
jangan ragu-ragu memasukinya
jika ragu yang merasuki dada
hanyutlah kita di buatnya
karena tipis tali keimanan kita

tapi…
jika yakin mengarunginya
rasakanlah....
Perlahan tapi pasti,
kenikmatan itu akan menjelma
buat kita mabuk jadinya
karena cinta Ilahi telah menyentuh jiwa
smakin hari makin jatuh cinta pada-NYA
tapi memang tidak mudah
hanya dapat di rasa oleh hamba yang shaleh dan shalehah

mulai saat ini
tataplah cermin hati
tanyalah pada diri
termasuk hamba yang manakah kita ini.

[BUKU] Pengantar Penerbit untuk Karenina, Singa Bauhinia



Pengantar Penerbit untuk Karenina, Singa Bauhinia

 
Kumpulan Cerita
Karenina, Singa Bauhinia, 2010


Judul                  : Karenina, Singa Bauhinia
Penulis               : Nessa Kartika (Singapore) & Karin Maulana (Hong Kong)
Editor                 : Faradina Izdhihary
Peneliti Huruf     : Djodi Budi Sambodo dan Mega Vristian
Desain Sampul  : Hary Prast
Tata Letak         : Hary Prast
Kata Pengantar : Sakban Rosidi Saminoe
Kata Sambutan  : Maria Bo Niok
Penerbit             : Dragon Family Publisher Hong Kong
Tebal                  : [i - xv] 214 halaman
Harga                 : HK HKD 60; SING SGD 10; MLSY RM 20; INA RP 40.000

Ada cukup bukti bahwa lompatan peradaban manusia baru benar-benar dimulai ketika bahasa telah berkembang, dilanjutkan dengan pengembangan sistem tulis, dan mengalami percepatan luar biasa sejak ditemukan dan digunakan mesin cetak. Penggunaan mesin cetak memungkinkan umat manusia tidak saja melestarikan gagasan, tetapi juga menyebarkannya dengan melintas ruang dan waktu. Karena itu, penerbitan, yang secara sederhana berusaha menyebar-luaskan gagasan para penulis kepada para pembaca, merupakan jantung peradaban manusia.

Memang tidak menutup kemungkinan bagi penerbit untuk lebih berpaling kepada pemerolehan keuntungan. Namun demikian, sebagai penerbit yang sejak semula lebih mengutamakan perannya bagi penyebarluasan gagasan dan nilai-nilai --- kebenaran, kebaikan, keadilan, kesejahteraan dan tentu saja keindahan --- Dragon Family Publisher tidak hanya bertumpu kepada karya para penulis mapan. Harus ada ruang bagi sesiapa pun untuk secara merdeka dan bertanggungjawab menuliskan dan menyampaikan gagasan dan nilai-nilai dimaksud.

Kumpulan cerita Karenina Singa Bauhinia, karya bersama Karin Maulana dan Nessa Meta Kartika, ini diterbitkan sebagai bagian dari keberpihakan Dragon Family Publisher terhadap para penulis muda yang penuh semangat. Pengalaman pribadi sekaligus cara pandang baru yang mungkin berbeda dari pengalaman para pembaca, diharapkan tidak hanya memberikan kenikmatan membaca, tetapi juga memperkaya wawasan dan cara pandang para pembaca atas berbagai persoalan kehidupan.

Terimakasih dan penghargaan, pertama-tama disampaikan kepada para penulis yang mempercayakan karyanya untuk diterbikan oleh Dragon Family Publisher. Berikutnya, kepada Faradina Izdhihary atas kesediaan melakukan penyuntingan atas naskah awal, serta Sakban Rosidi Saminoe yang telah bersedia memberikan pengantar kritis atas buku ini.Tak lupa ucapan terimakasih kepada Hary Prast, sebagai perancang sampul dan penata letak, kepada Djodi Budi Sambodo yang bersusah payah meneliti huruf-huruf sebelum naik cetak.

Penghargaan juga diberikan kepada para kritisi, pengapresiasi, dan pembaca awal yang juga telah memberikan komentar-komentarnya atas penerbitan buku ini.

Tiada gading yang tak retak. Karena itu, kritik, saran, dan tegur sapa pembaca akan penerbit terima dengan penuh suka cita. Selamat menikmati.


Hong Kong, Desember 2010

 

Dragon Family Publisher Hong Kong
[a commitment to human civilization]

[BUKU] SYUKURAN ATAS TERBITNYA KARENINA

 

Terimakasih 
untuk mas Benu dari koran SUARA, 
Ibu Lily Purba, 
Bunda Mega tentunya, 
semua teman-teman wakil dari organisasi masing-masing 
yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. 
Karin dan Nessa 
mengucapkan 
berjuta terimakasih untuk segala bentuk dukungannya.
 
 

[BUKU] BICARALAH PEREMPUAN!!!


Bicaralah Perempuan, merupakan sebuah ajang untuk menyuarakan berbagai kekerasan terhadap perempuan. Buku ini, meski banyak berbicara soal luka, penghiatanan dan air mata, tetapi tidak hendak mengajak anda berlarut-larut dalam duka. Berharap ini akan menjadi halilintar, yang membangunkan banyak orang dari mimpi panjang. Kekerasan terhadap perempuan begitu nyata, sangat dekat, dan menuntut partisipasi tanpa harus berfikir lambat.

Dalam semangat itulah buku ini hendak dilahirkan. Dari rahim gerakan serikat buruh di Serang – Banten, dalam spirit dan bagian tak terpisahkan dari Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang sudah dilaksanakan bersama-sama Komnas Perempuan. Dalam sebuah diskusi di Hotel Le Dian, bahkan buku ini diharapkan akan menjadi tonggak kebangkitan kaum perempuan; untuk lebih peduli, berbagi daya, dan bergandengan tangan dalam hangatnya kebersamaan.

Jika akhirnya buku ini diterbitkan bersama Leutika Prio secara indie, ini lebih karena pertimbangan rasional. Sekaligus untuk menjamin, agar suara yang keluar tetap lantang sebagaimana adanya. Tidak apa tidak terpajang di rak buku Gramedia, sebab buku ini memang hendak didedikasikan untuk kerja-kerja pemberdayaan.

Ini adalah murni proyek sosial. Sebuah lentera, untuk berbagi cahaya.

Tentu saja, kami mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan yang telah berpartisipasi dalam proses lahirnya buku Bicaralah Perempuan. Terutama, kepada para penulis yang telah mengirimkan naskahnya. Tidak ada imbalan, tidak ada iming-iming honor besar. Saya kira, mereka bahkan tanpa pamrih ketika mengirimkan karya. Percaya, ini akan menjadi sumbang sih yang sangat berharga, bagi upaya untuk mengkampanyekan bahwa tidak boleh ada lagi kekerasan terhadap perempuan. Sekarang, dan di waktu yang akan datang.

Senang anda sudah bersama-sama dengan kami terlibat dalam upaya membangun peradapan kemanusiaan. Memanusiakan manusia, dan bersuara bersama-sama untuk menentang segala bentuk kekerasan. Fisik dan psikis.

Apalagi,hasil penjualan buku ini, nantinya akan disumbangkan untuk kegiatan-kegiatan Biro Perempuan Forum Solidaritas Buruh Serang (FSBS) untuk melakukan penguatan dan advokasi kepada para perempuan korban kekerasan. Semoga, ketika buku ini diluncurkan dalam beberapa hari kedepan, masyarakat akan menyambut dengan antusia tinggi. Sampai disini, partisipasi teman-teman akan menjadi sangat berarti. Bahkan, mudah-mudahan abadi.

Para Penulis dan Judul Tulisan :
1. Aku Hanyalah Korban (Melati Premasita Suci)
2. Jadi Siapa Bilang Kalau Luka (Dian Nafi)
3. Ketidakberdayaanku (Faujiah Lingga)
4. Labirin Luka Suryati (Aulia Nurul Adzkia)
5. Demi Sebuah Harga Diri (Miyosi Ariefiansyah)
6. Kisah Fitri (Ariyanti)
7. Si Buta yang Tak Berdaya (Dian Prihati)
8. Bangkitlah Wahai Perempuan (Yuli Riswati)
9. Bicaralah Perempuan (Nessa Kartika)
10. Me Vs My Bos, (Selvy Erline S)
11. Pembantu-pembantu Ibu Yuki (Resti Nurfaidah)
12. Hak Buruh atas Eksploitasi dan Harga Diri Mereka (Khoirul Walid)
13. Harga Seorang Wanita (Futicha Turisqoh)
14. Menjadi Perempuan Hebat (Rosa Listyandari, S.S.)
15. Diam di Tengah Siksaan (Susanah Sutardjo )
16. Sesak perempuan Terinjak (Okti Lilis Linawati)

[PUISI] RUMAH TAK BERPINTU

 

Masih misek2 abis telp bapak... T___T

[PUISI] RUMAH TAK BERPINTU
By. Nessa Kartika

Saat amarah datang dan pergi
Mimpi pun tak terbeli
Rumah...
Tak lagi menjadi tempat untuk kembali

Kita coba tepikan biru
seperti saat kuredakan asaku
Akan rumah kita
yang tak lagi berpintu

Singapore, 11 Dec 2010

Puisi untuk Bapak
dan my beloved sibling Adam, Lilik & Phanie

Saturday, December 11, 2010

[BUKU] POSTER KARENINA


Koleksi



Friday, December 10, 2010

[BUKU] Telah Terbit "Karenina : Singa Bauhinia"


 

TEAM KARENINA SINGA BAUHINIA

Penulis :
Karin Maulana (BMI Hongkong)
Nessa Kartika (BMI Singapore)

Editor :
Mega Vristian (penulis yang sementara ini tinggal di Hong Kong, karyanya sudah banyak dibukukan).
Sakban Rosidi, (Dosen Filsafat Program Pascasarjana, IKIP Budi Utomo Malang, Jawa Timur, Indonesia)
Faradina Izdhihary
Penyair, (Cerpenis, Sarjana Pendidikan Sastra, Magister Pendidikan dengan pengalaman mengikuti perkuliahan di Nanyang Technological University, Singapore. Kini tinggal di Kota Batu, Jawa Timur).

Cover :
Hary Prast

Penerbit :
Dragon Family Publisher
Hongkong

[BUKU] TIGA BIRU SEGI Antologi puisi kasih - TANAH, AIR, UDARA




Alhamdulillah Insyaallah

Puisi karya Nessa akan masuk dalam 
buku Antologi puisi kasih -
TANAH, AIR, UDARA
yang seluruh hasilnya akan disumbangkan untuk korban bencana alam.

Senang rasanya bisa dpt membantu Indonesia meski hanya lewat puisi :)

Dari Armi


 
Saya menulis puisi ini awalnya hanya sebagai catatan curhat awal tahun (hijriyah). Namun sore harinya, saya dapat info dari mba Nessa Kartika bahwa ada lomba nulis puisi 1 Muharam di grup UNTUK SAHABAT. Deadlinnya hanya 12 jam (08.00-20.00 WIB). Dari tempo yang singkat itu, ternyata member grup UNSA cukup antusias untuk menyalurkan kreatifitasnya. Termasuk saya yang buru-buru copas dari catatan dan ngirim ke wall UNSA. Hehe...
Eh, dasi ketidaksengajaan ini nggak nyangka bisa jadi juara. Alhamdulillah.

Namun bagi saya, yang menang belum tentu yang terbaik, dan yang kalah belum tentu tidak bagus. Ini hanya soal selera juri. Jadi, saya nulis ini bukan hendak pamer, hanya ingin berbagi dengan sahabat, siapa tahu bermanfaat. :)

Sekali lagi terima kasih mas Dang Aji Sidik selaku penyelenggara, Mas Adi III selaku juri, dan mba Nessa Kartika.

(hehe, maaf crewet nih. :D)

RINDU DENDAM MUALAF

Bait-bait ayat Allah yang kau kumandangkan dari balik ruang kepatuhan, melantun lembut menusuk-nusuk pintu tobatku yang beku, rapat tabir muslihat.

Adakah lengan yang mampu menarikku dari lereng kemunafikan jika detik yang lalu aku gagal?

:Sujudku dihuni setan, sedang takbirku terhalang sendu yang aus, habis ditelan kesia-siaan.

Beberapa purnama lagi aku harus hidup kembali

Ya! tahun ini.

Atau akan kau temukan niatku menguap pada nisan di keabadian.

Taichung, 07-12-10