About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Wednesday, September 26, 2007

B U M I

anganku dipenuhi oleh bumi
mungkin…
ia hanyalah sesuatu yang dilihat oleh elang
yang melayang diantara birunya langit
dan awan-awan
atau hijau yang terhampar
sejauh mata memandang
atau bentangan samudra tak tenang
mungkin
tempat bayi lahir, tanpa keliaran…
namun yang pasti
ia adalah cinta dan kerinduan
dengan segala jarak dan waktunya
masih terasa berbeda
menjadi misteri di dasar hatiku


Thursday, September 20, 2007

Kesadaran

Aku benar-benar ingin bersujud pada-Mu, Ya Allah
Tuk bersyukur atas segala yang kau limpahkan saat ini
Anugerah yang hebat
Tak terlintas sama sekali
Hidupku akan lebih mudah dari yang kulalui sebelumnya

Apalagi yg kuperlukan selain tekad diri
tuk memberi dan menanti yg kan terjadi
yang terbaik

Aku tak ingin membuang waktu dan tenaga lagi
Membuatku merasa gagal
Yang kuingin,
Waktu cepatlah berlalu
Waktu, bantu aku tuk menebalkan tekadku

saat ini,
Aku tak perlu lg menahan diri,
Yg kuperlukan hanya kejujuran dan keterbukaan
Berbagi banyak hal
Dan
Kesadaran... .

7 Ramadan 1428 H
Singapore, 8.39 am

Puisi ini ada dalam buku "30 HARI DALAM CINTANYA"
(Dragon Family Publisher, Hongkong)

Wednesday, September 28, 2005

Episode Oktober Okti

Okti membanting buku-bukunya kesal bin jengkel sambil ngomel-ngomel nggak karuan, pengen nangis tapi airmata nggak bisa keluar. Dunia seakan-akan lagi menertawakannya, Padahal seharusnya oktober jadi bulan baiknya.

Gimana nggak kesel kalo ternyata selama ini dia dibohongin, ceritanya gini. Pas Okti dikenalin ke pacar barunya si Darta, cowok berkacamata kelas III Ak, si Ipunk. Ipunk mengenalkan bala kurawanya, Ari dan Eqi.

Tapi siapa sangka Ipunk ngerjain Okti, ngenalinnya Ari jadi Eqi dan sebaliknya Eqi jadi Ari.

Sebelnya lagi, Okti yang langsung jatuh cinta pada si Eqi selama berminggu-minggu salah kaprah menyebutnya menjadi Ari, tau-tau Dewi, temen sebangkunya, naksir Eqi juga. Tapi bedanya, Dewi menyebut Eqi tetep Eqi. Nggak dikibulin Ipunk.

Nah, pas lagi nemenin Darta nungguin Ipunk di halte, Okti yang pertama liat tampang kerennya Eqi langsung nunjuk, "Itu dia Ari...," gitu katanya.

Pas ada suara Dewi bilang, "Itu Eqi!"

Mereka berpandang-pandangan, "Kamu naksir Eqi ya, Wi?" tanya Okti pede banget, nggak tau bahwa Eqi yang dimaksudnya adalah Ari yang sebenernya.

Gantian Dewi bilang, "Kamu naksir Ari ya? Tapi itu kan Eqi, bukan Ari..."

"Ah, kamu salah ... itu kan Ari, Ipunk sendiri yang ngenalin aku," debat Okti lugu, nggak tau kalo udah dikerjain Ipunk.

Hasilnya mereka debat maling, eyel-eyelan nama asli Eqi, (Jelas aja Dewi menang, orang tu cowok nama aslinya emang Eqi)

Darta yang melerai. "Kalian ini apa-apaan sih? Biar aku sekarang nyamperin dia, sekalian kutanyain siapa namanya yang sebenarnya!" katanya berinisiatif.

Darta mencegat Eqi.

"Ipunk mana?" tanyanya kepada sobat kental pacarnya itu.

"Di belakang, biasa... lagi beli rokok," jawab Eqi.

"Eh, temen-temenku pada eyel-eyelan tuh, nama kamu sebenernya siapa sih? Eqi atau Ari? Ayo ngaku!" Tanya Darta bener-bener menginterogasi.

Eqi yang ditanyain gitu langsung senyum-senyum. Hensem...banget, bikin Okti kethar-kethir.

"Apaan sih lu? kayak nggak kenal gue aja? Gue Eqi, dan dari lair emang emak-bapak gue kasih nama Eqi ke gue," jawab Eqi jujur sambil pasang tampang bersalah ke Okti. "Sorry, Gue ama Ipunk udah ngerjain elu."

Dan kalo bisa, saat itu juga Okti pengen melesak kedalam bumi, malu dan teramat sangat kecewa sekaligus nyesel kenapa mau-maunya dikerjain Ipunk.

Darta balik badan, , "Kamu denger? Namanya Eqi", Gitu katanya sambil memasang tampang kasian pada Okti.

Okti pucet, pengen ngamuk ke Ipunk.

Gitu ceritanya, Dan kenapa Okti pulang sekolah ngamuk-ngamuk?

Soalnya, tepat 2 minggu setelah Okti tau nama asli Ari yaitu Eqi yang diem-diem menjadi pujaan hatinya sejak jumpa pertama, tadi siang dengan pedenya Dewi bikin pengakuan ke Okti kalo kemaren sore dia jadian ama Eqi.

Okti langsung lemes, berpikir seandainya selama ini dia curhat terbuka ama chairmatenya itu bahwa dia suka Eqi, bukan Ari, mungkin Okti akan menerima kekalahanya dengan lebih lega.

Tapi, Okti juga berpikir percuma saja, toh, Eqi mungkin emang suka ama Dewi sejak awal. Padahal Okti ama Eqi udah akrab banget, dibilang temen karena temen bisa, dibilang temen karena punya kedekatan tersendiri juga bisa. Kok tega-teganya si Eqi dan Dewi mengkhianati Okti?

Rasa kecewa Okti berlipat-lipat karena hari ini, 19 oktober adalah tepat hari ulang tahunnya. Okti nggak pernah berharap untuk patah hati di hari ulang tahunnya. Meski Dewi, Darta, Ipunk (Yang udah diomelin abis-abisan karena ngebo’ongin Okti), Ari dan Eqi udah bikin pesta surprise yang meriah buat Okti di cafe depan sekolah tadi abis sekolah bubar, tapi tetep aja mendung nggak ilang dari wajah cakep Okti.

"Tuhan... Okti kurang apa sih? Kan duluan Okti yang suka Eqi, kenapa Tuhan tega kasih Eqi ke Dewi? Eqi kan cinta pertama Okti, sedangkan Dewi cuma menjadikan Eqi bagian dari ambisinya macarin semua cowok cakep di sekolah, Tuhan lupa nasib Doni? Pras? Atau Sony?" ratap Okti, lebih ngenes dari ratapan anak tiri begitu capek ngamuk ngebantingin bantal, abis, mau ngebanting barang-barang 'kan sayang...

Okti baru bisa nangis setelah nyetel film 'Mengejar Matahari' yang selalu dan selalu bisa menguras air mata Okti meski berkali-kali disetelnya. Abis puas nangis, Okti terus langsung tidur (Kayak bayi aja) dan berharap bangun tidur bisa lega.

Yang jelas, sampai saat ini, Okti tetep nggak bisa ngelupain kejadian itu, meski ngrestuin Eqi ama Dewi, tapi patah hati 'kan sah-sah aja, "Kenapa mereka jadian di hari ulang tahun aku sih?" pikir Okti geregetan sebelum jatuh tertidur.

Beberapa minggu kemudian, di suatu siang yang cerah, geng Okti kebarengan geng-nya Eqi di studio 'Nemâ€', Eqi langsung narik tangan Okti keluar dari geng-nya, membawa Okti ke luar studio yang nggak rame, bikin Okti deg-deg plas!

"Ok, maafin gue ya.." Kata Eqi tiba-tiba.

"Emangnya kenapa?" sahut Okti nggak mengerti.

"Gue telat sadar bahwa sebenernya gue suka banget ama elu," kata Eqi pelan.

Okti salting, nggak tau kudu terbang atau melayang-layang doang, yang jelas, tiba-tiba, entah dari mana asalnya, Okti denger suara cempreng emaknya.

"Okti... Okti!! Kalo mau tidur tipinya dimatiin dulu! Hemat energi dong!

Okti bangun, kaget! Ternyata ketemuan ama Eqi tadi cuma dalam mimpi, kali ini Okti langsung nangis meraung-raung tanpa perlu dipancing adegan si Apin mati lagi.

"Emak kejaaaaaaaam ..." raungnya.

Emaknya langsung menenangkan Okti, "Emak kejam kenapa? udah, jangan nangis lagi, mandi sana, kita kan mau ngerayain ultah kamu !!"

"Okti nggak peduli lagi ama hari ulang tahun sialnya. "Ibu sih ... Okti kan paling enggak pengen pacaran ama Eqi, meski cuma dalam mimpi, jadi Okti rela kalo Eqi tuh dengan teganya jadian ama Dewi di hari ulang tahun Okti," gerutunya sambil ngeloyor ke kamar mandi.

Di pintu kamar mandi Okti mendapati kertas gede tertempel disitu bertuliskan :

"Surprise!!

Gue bukan pacar Eqi, Weee...

Kacian deh lo kena diboongin!

Dewi"

Okti melongo, dibacanya pengumuman itu, lalu langsung ngabur nyari emaknya sambil berteriak histeris, "Maaak! Dewi ada disini ya!?"

Nggak ngedapetin emaknya di ruang tengah, Okti menuju Ruang depan, dipintunya, lagi-lagi Okti ngedapetin Kertas, kali ini berwarna Pink, bertuliskan :

"I love you, Okti

Eqi"

Okti langsung menerobos masuk ruang depan.

Dan ......

"Surprise!!!!!!!!"


(Spesial buat D. C. For kisahnya di 2002)

28 September 05

Sunday, November 7, 2004

SEMUA TEMPAT ADA TAKDIRNYA

semua tempat ada takdirnya 
aku pernah dan masih merindukan Hongkong 
namun ada sekelumit sesal dan benci 
membuatku trauma 
kenapa aku ada di sana… 
karena takdir disana tak membuatku damai…

Nessa Kartika
Singapore
October 23, 2007

Hidup yang kualami selama ini juga tak begitu manis, Orang tuaku bercerai, Kakak-kakak dan adik-adikku pun harus hidup terpencar-pencar. Penghasilan Bapak yang pas-pasan  betul-betul membuat kami harus prihatin dalam makan sehari-hari juga untuk biaya sekolah.

Begitu aku lulus SMK, aku bertekad untuk mengejar cita-citaku dengan caraku sendiri. Aku ingat saat itu aku ingin menjadi seorang diplomat. Aku ingin bekerja mengumpulkan uang untukku melanjutkan ke perguruan tinggi. Aku pun memutuskan untuk pergi bekerja ke Hongkong.

Dalam perjalananku dengan Mama ke penampungan di Jakarta, Bis Antar Kota antar Propinsi itu menyetel lagu Opick berduet dengan Melly Goeslaw. Syairnya yang sesuai dengan suasanaku merasuk dan menenangkan aku.
Dihempas gelombang dilemparkan angin
Terkisah bersedih bahagia
Di indah dunia yang berakhir sunyi
Langkah kaki di dalam rencanaNya
semua berjalan dalam kehendakNya
nafas hidup cinta dan segalaNya
Dan tertakdir
menjalani segala kehendakMu
ya robbi
Ku berserah ku berpasrah
hanya padaMu ya robbi
Bila mungkin ada luka coba tersenyumlah
Bila mungkin tawa coba bersabarlah
Karena air mata tak abadi
Akan hilang dan berganti
Bila mungkin hidup hampa dirasa
Mungkinkan hati merindukan Dia
karena hanya denganNya
hati tenang Damai jiwa dan raga

Di Penampungan, aku  melihat dan mendengar begitu banyak cerita dan derita kawan-kawanku Buruh Migran Indonesia. Aku mempersiapkan hatiku untuk hal yang terburuk sekalipun. Aku pasrah pada Allah SWT. meski mimpiku untuk menggapai bintang di langit teramat sangat manis, sedangkan kehidupan yang akan kulalui belum pasti, namun aku yakin aku tak berlebihan. Aku punya waktu 2 tahun untuk berusaha mewujudkannya. Tuhan telah menyuratkan takdirku. Apapun itu, aku harus berusaha meraih kesuksesan.

Ketika tiba saatnya aku akan terbang, dalam hati aku terus mengulang-ulang lagu 'Takdir' disela semua do'a yang kubisa yang kupanjatkan dari mulai Cengkareng hingga Chek Lap Kok, HongKong.

Aku dikontrak untuk mengasuh Carly, putri Mr.Wong yang baru berumur 3 tahun. Aku langsung jatuh cinta pada Carly yang benar-benar genit dan menggemaskan. Rumah majikan juga kecil sekali. Aku tidur di gudang, kasurku ditata di atas sebuah lemari rendah. Peraturan dari majikanku sangat ketat, membuatku ingin menangis setiap hari, namun ketika aku mulai terbiasa dengan kehidupan Hongkong Aku bersyukur mereka masih memperlakukanku dengan baik. Lebih baik dari cerita-cerita yang pernah kudengar. Hingga beberapa bulan kemudian tak ada lagi komplain ke agensi ataupun ancaman akan dipulangkan. Aku berusaha bekerja sebaik-baiknya.

Setiap hari tak lupa kutulis catatan kecil di balik fotokopi buku kantonis-ku. Di bagian depan tertulis kalimat-kalimat penyemangatku.
Bila mungkin hidup hampa dirasa
Mungkinkan hati merindukan Dia
karena hanya denganNya
hati tenang Damai jiwa dan raga
Saat itu Aku tak diperbolehkan sholat memakai mukena. Aku sholat hanya dengan jilbab, jaket dan sarung, beralas tilam tipisku. Sering sholat ku tak tepat waktu, namun setiap kali aku menghadap-Nya aku selalu merasa disitulah tempatku pulang. Hanya dengan berpasrah atas semua takdir Allah, Aku bisa menjalani naik turunnya kehidupan di negeri orang dengan lapang dada.

Setelah kira-kira 6 bulan tinggal di apartemen lama suatu hari Mr.Wong berkata, “Rumah kami sudah siap, nanti akhir bulan kita bisa pindah kesana, awal september Carly jg akan mulai sekolah, Sekolah Carly akan ada di dekat sana.” katanya dalam bahasa Inggris. Aku mengangguk.

Rumah baru itu bagus sekali, meski bagi ukuran rumah-rumah di kampungku rumah majikan tergolong kecil mungil. di rumah yang baru, Aku diberi kamar sendiri, tidak lagi tidur di atas lemari ataupun di sofa. Selain kerja di rumah, aku juga harus membersihkan kantor perusahaan katering Mr.Wong. tapi sejak pindah rumah Mr.Wong menjadi sangat keras padaku.

Tak lama ia mulai  ringan tangan padaku juga pada istrinya. Para Staff bilang karena bisnis memburuk. Bahkan Mr.Wong terpaksa menjual mobil keluarga untuk menutup hutang. Pernah hanya karena Aku lupa memasukan kembali beberapa piring yang sudah ditiriskan ke lemari, Mr.Wong menamparku.

Sejak perusahaan dinyatakan bangkrut dan terpaksa ditutup, Mr.Wong benar-benar berubah jadi monster. Seharian ia akan berada di rumah minum-minum, Ia sering mengasari dan tak segan-segan memukulku atau Doreen.
Kami benar-benar takut. Aku benar-benar takut. tapi kebaikan Doreen dan Semangat dari mama membuatku bertahan untuk tetap bekerja.
Bila mungkin ada luka coba tersenyumlah
Bila mungkin tawa coba bersabarlah
Karena air mata tak abadi
Akan hilang dan berganti
Pikiranku tak lepas dari lagu Opick. Aku tak henti berdo'a pada Yang Kuasa berharap berhentinya semua deritaku.

Kesabaran juga ada batasnya. Di suatu pagi, Mr.Wong memukuliku di kantornya. Malam itu aku tak pulang ke rumah keluarga Wong. Aku takut dipukuli sampai mati. Aku hanya berjalan dan berjalan hingga kudapati tepi pantai. kembali lagu Opick yang terngiang-ngiang di otakku.
Dihempas gelombang dilemparkan angin
Terkisah bersedih bahagia
Di indah dunia yang berakhir sunyi
Langkah kaki di dalam rencanaNya
Semua berjalan dalam kehendak-Nya
Nafas hidung, Cinta dan segalanya
Malam itu aku tidur di tepi pantai itu, bersembunyi di sela bebatuan. tak tampak pandangan warga yang lewat.

Hingga menjelang sore Kevina, Agensiku, akhirnya menghubungiku. Ia menanyakan dimana aku sekarang dan akan menjemputku. Yang membuatku terkejut, Kevina datang menjemput bersama Mrs.Wong. saat Doreen memelukku, Aku begitu terharu, Aku hanya bisa meminta maaf.

Pulang ke keluarga Wong, ternyata Mr.Wong tak sedikitpun merasa bersalah. Sejak minggatnya aku ia makin menjadi-jadi. Mengujiku, menjerumuskanku dalam rasa trauma. Suatu pagi aku lupa menyematkan pin sekolah Carly, aku berlari kembali ke rumah setelah Carly naik bis sekolah. Mr.Wong ada di rumah, Ia menanyaiku lalu Ia menggunakan kesalahanku sebagai alasan memukulku hingga aku jatuh pingsan. Saat sadar, Mr.Wong sudah pergi. Aku menelpon mama dan menceritakan semuanya pada mama. Mama tahu tak ada gunanya aku mencari pertolongan orang lain kali ini. orang lain tak akan ada yang mempercayaiku. Mama menyuruhku ke kantor polisi.

Pada polisi aku menceritakan perlakuan Mr.Wong. Bibirku yang pecah dan berdarah diperiksa juga. Mr. dan Mrs.Wong segera dipanggil.
Doreen menangis. “Maafkan kami. Maafkan Mam tak baik-baik menjagamu hingga semua ini terjadi…” katanya tersedu-sedu dalam bahasa inggris.
Aku mengerti, Semua ini memang berat, Perubahan perilaku Mr.Wong terjadi karena harga diri Mr.Wong yang dirasakanya sendiri tak sebanding antara kebangkrutannya dengan kesuksesan istrinya yang saat ini bekerja di sebuah Bank. Doreen sendiri menjadi korban Mr.Wong. aku bisa bilang apa?

Akhirnya aku diijinkan pulang ke tanah air.

Aku menyayangi Mrs.Wong alias Doreen dan Carly, mereka memang memintaku untuk terus bekerja untuk mereka, namun aku menolak karena aku  merasa takut dan trauma pada Mr.Wong.

Aku sendiri tak tahu apakah kelak aku akan kembali ke Hongkong, Saat ini aku bekerja di Singapura. Meski masih dengan titel yang sama sebagai babu, namun majikanku yang sekarang tak pernah melayangkan tangan padaku. Bahkan mereka memperbolehkan aku berkreasi di duniaku sendiri. hal inilah yang mendorong keinginanku untuk menulis.

Meski aku tak menjadi diplomat seperti yang kucita-citakan. namun tulisan-tulisanku mampu menjadi duta Indonesia di Singapura. Aku cukup puas menjadi aku yang sekarang.
Semua tentu saja karena dorongan-dorongan yang kurasakan karena lagu Opick dan Melly Goeslaw, "Takdir". Saat aku terpuruk ataupun saat aku berada di keramaian. Tempat aku dikelilingi keluarga, sahabat dan kawan-kawan BMI ku.

Terima Kasih Opick dan Melly.

Mungkin takdirku di Hongkong tak indah, namun aku yakin semua akan benar-benar indah pada masanya. Takdirku di tempatku sekarang mungkin telah Tuhan suratkan pula,  lagi-lagi aku hanya bisa berusaha. Aku akan menciptakan suksesku sendiri. Aku tak tahu apa jadinya aku bila saat itu aku masih bertahan di Hongkong. Aku juga tak bisa membayangkan apa takdirku bila aku tak ke Singapura. Aku yakin, Semua tempat ada takdir-Nya dan Allah tak akan memberi cobaan yang melebihi kemampuan kita untuk menghadapinya.

Wednesday, September 15, 2004

Akhirnya Kau Menyerah

Dulu kau memaksaku terenyuh
menghadapi derita di jalan nafasmu
mencoba
menafikkan aku
Berbagi janji dan cita denganmu
melupakan segala sesuatu tentang aku
meski  berat
namun,
kau pernah menjadi cinta dalam hidupku

Kutahu kau mampu
karena waktu memaksaku

Jalan kita tak pernah lagi menuju puncak yg sama
tak pernah mungkin lagi bisa
untuk kembali berpegangan tangan
berbagi dekapan dan impian

Kita tak pernah dapat lagi
menaiki tebing kenangan itu
mendaki menggapai matahari

Aku
Mendukungmu untuk berpasrah
hanya dengan menjauh
kita bisa saling memahami
apa lagi yang bisa kita bagi
untuk kita relakan

Akhirnya engkau menyerah.