About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Thursday, December 2, 2010

[BUKU] Kumpulan Cerita "KARENINA : Singa Bauhinia"

Buku KARENINA : Singa Bauhinia Meretas Jalan Kebangkitan Genre Baru Sastra Remaja
Oleh  Sakban Rosidi Saminoe*

Semula jagat teori seni hanya dikuasai oleh satu jenis estetika, yaitu filsafat humanisme universal. Jenis estetika ini terutama dirawat dan dikembangkan oleh kalangan cukup sekolah, hingga jangankan untuk berkarya seni, untuk menikmatinya pun orang perlu pendidikan kesenian. Cukup lama dan menyeluruh faham estetika humanisme universal ini mencengkeram jagat kesenian. Akibatnya, estetika jenis lain seolah terpinggirkan, hingga sangat sulit untuk diakui dan diterima oleh elite kebudayaan dan atau kesenian.

Menyimak sejumlah kriteria keindahan karya seni menurut estetika dominan tersebut, serta-merta ada begitu banyak orang ternyata menjadi bagian dari kaum pinggiran yang nyaris tuna-seni (arts-illiterate). Bagaimana tidak? Saya, misalnya, sejak kanak-kanak hingga sekarang, menikmati cerita apa saja, mulai dari cerita cekak berbahasa Jawa, cerita pendek edisi Minggu suratkabar harian, serta novel-novel populer yang “cengeng dan dangkal”. Lebih dari itu, juga ada berjuta-juta orang menikmati rekaman musik populer, video lagu-lagu populer, gambar diam, bergerak, bisu maupun bersuara.

Singkat cerita, ketika arus baru cultural-studies merembes ke ranah akademik, dengan suka-cita saya pun menyambut baik dan mulai mengajar matakuliah Modern Cultural Studies, Popular Culture, dan Antropologi dan Sosiologi Pendidikan yang salah satu topiknya adalah Produksi, Reproduksi, Representasi, dan Distribusi Budaya, di tiga perguruan tinggi yang berbeda. Tak segan-segan saya mengusung video clips, menenteng gitar akustik bernyanyi bersama, membaca penggalan novel teen-lite, atau menampilkan gambar-gambar "seronok", namun  tetap dengan semangat teori sosial kritis.

Seperti hampir semua pelajar ilmu-ilmu sosial kritis, saya tidak memandang remeh gejala kesenian popular, khususnya sastra populer remaja dan kaum muda. Namun, berbeda dari pendirian perintis mazhab Frankfurt, seperti Hoekheimer dan Adorno, saya termasuk yang menolak untuk menilai rendah gejala kebudayaan popular vis a vis kebudayaan tinggi. Kehadiran kajian akademik budaya populer secara serius tak hanya menarik tetapi juga penting sebagai candra budaya dan masyarakat kontemporer. Jadi saya menggaris-bawahi pernyataan “They insist that popular culture is a legitimate subject of academic inquiry because culture matters; it is serious business, and thus should be taken seriously (Ben Agger, Cultural Studies as Critical Theories, 1992: 4).

Seperti sudah terduga, perkuliahan sekitar kebudayaan populer berhasil mengambil menarik perhatian para pesertanya. Dalam satu semester saja, Cultural Studies Corner, yang merupakan gagasan bersama mahasiswa peserta kuliah, berhasil mengumpulkan ribuan novel populer, ratusan VCD film komersial, serta ribuan CD Audio lagu-lagu populer. Survai permukaan atas bahan kajian kebudayaan populer menunjukkan, memang belum ada karya kebudayaan populer yang secara terang-terangan mengangkat tema sekitar kehidupan Tenaga Kerja Migran Indonesia (TKMI), dan lebih-lebih yang ditulis, disunting, dan akhirnya juga diterbitkan oleh komunitas TKMI.

Sungguh ini suatu gejala menarik dan penting. Mereka yang sering digolongkan sebagai kaum kurang tersekolah, terpinggirkan, dan menghadapi begitu banyak permasalahan keseharian sebagai pekerja yang merantau jauh dari kampung halaman, berhasil membuat kaum tersekolah “kecelik”. Secara tak terbantahkan justru mereka bisa digolongkan sebagai kaum melek-aksara fungsional (functional literate), tidak hanya dalam arti pasif, tetapi juga aktif. Mereka berhasil menumbuh-kembangkan tradisi membaca dan menulis, serta menerbitkan karya mereka.

Melalui Dragon Family Publisher, sebuah penerbitan indie label milik tenaga kerja migran Indonesia telah, mereka sedang dan akan terus menerbitkan karya-karya yang semakin meningkat mutu maupun jumlahnya. Bisa dicatat antara lain: Nyanyian Imigran (kumpulan cerita), Luka Tanah Priok (Kumpulan Puisi), Sajak Violet (Kumpulan Puisi), dan buku 30 Hari Dalam Cinta-Nya (Kumpulan Kisah Berpuasa di Luar Negeri), dan kali ini adalah Singa Bauhinia (Kumpulan Cerita), serta Esok Jika Aku digantung (Kumpulan Puisi).

Memperhatikan geliat kepenulisan dan penerbitan mereka, saya pun jadi teringat kebiasaan menasehati mahasiwa dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. "Be the first, then you have no competitor. Be the first, since if you are not the first you should be better or the best". Jadilah yang pertama, maka anda tak memiliki pesaing. Jadilah yang pertama, karena bila bukan yang pertama, maka anda harus lebih baik, atau terbaik". Begitu biasanya saya menasehatkan kepada para mahasiswa dalam menghadapi persaingan.

Terkait nasehat tersebut, bisa disimpulkan bahwa karya bersama ini tergolong sebagai yang pertama dalam dunia sastra populer, khususnya dalam genre sastra remaja (teen-lite), yang salah satu cirinya adalah berbahasa yang “gue banget” (Setijowati dan Khristianto, Cantik Ala Remaja dalam Novel-novel Teenlite, 2008). Namun demikian, tematik dan etnografik, karya bersama ini menawarkan ragam baru sastra remaja (a new variance in teenlite genre).

Karena tak elok apabila dalam tulisan ini saya bertindak sebagai penafsir jalan cerita maupun pesan dan makna yang terkandung di dalam keseluruhan cerita, maka terpulang kepada para pembaca untuk menikmati dan memetik pelajaran bermakna dari setiap kisah. Nikmat indah mengikuti sebuah cerita, bagaimana juga, merupakan kegiatan yang sangat pribadi, yang tentu saja tidak bisa diwakilkan.

Di luar keinginan merunut benang merah, rasa nikmat indah, dan pelajaran kemanusiaan dari karya bersama ini, saya berharap besar agar buku "Singa Bauinia" ini menjadi bagian dari usaha besar meretas jalan kebangkitan genre baru sastra remaja, yaitu remaja dan perempuan pekerja yang mungkin tak hanya di luar negeri tetapi juga di dalam negeri.

Satu lagi pesan penting hendak saya garis bawahi. Sebuah karya seni, menurut konsep estetika, bisa merupakan peniruan atas kenyataan (imitation), rekacipta (imagination), dan ungkapan rasa (expression) seniman (Parker, Aesthetics, 1962). Pertama, penggambaran keburukan dalam sebuah cerita, misalnya, sangat mungkin ditampilkan secara berlebih dibanding kenyataan, karena sebenarnya ia bukan paparan (presentation), melainkan penyajian ulang (representation).

Kedua, kalau saja, misalnya, sebuah cerita ditampilkan secara tidak masuk akal, itu pun bisa diterima, karena sebuah kisah bisa lahir karena rekacipta. Dunia cerita adalah dunia rekaan, yang karena itu dia berlangsung dalam situasi serba mungkin. Tiada kemustahilan dalam cerita dam impian. Bila demikian, cukuplah dinikmati kisah tak masuk akal tersebut, agar anda tetap masuk akal. Artinya, bila anda mempersoalkannya, maka justru anda yang menjadi tidak masuk akal.

Terakhir, bila ada ungkapan-ungkapan yang tidak lazim menurut logika dan kaidah bahasa, itu pun harus dimaklumi, karena memang dengan cara seperti itu penulis ingin mengungkapkannya. Bukankah keindahan dan pesan berharga bisa dipetik dari ungkapan yang tak lazim menurut logika dan kaidah bahasa?
dikiranya layar takkan tergulung
diam menahan geli
sambil menghitung laba pengkhianatan

tak sadar waktu segera tiba
(Setyawan, "Syair Buat Si Pengecut", Sukma Silam, 2007: 19-20)

Malang, 30 November 2010

------
*Sakban Rosidi, kelahiran Kediri, 1 Oktober 1963, tinggal di Malang, adalah Penikmat Budaya Populer, Pengajar Matakuliah Modern Cultural Studies dan Popular Culture program studi Bahasa dan Sastra Inggris, serta Sosiologi dan Antropologi Program Studi Kependidikan Filsafat Ilmu Program Magister Kependidikan. Kandidat Doktor Ilmu Sosial Universitas Airlanga, dan Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Malang.



________________________

       Karya sastra bukan hanya sekumpulan fakta telanjang melainkan menampilkan atau menyatakan fakta yang telah diolah dengan subjektifitas seorang sastrawan. Atau, boleh dibilang fakta yang diindahkan. Tidak peduli siapa penulisnya.
       Dalam buku ini Nessa Kartika dan Karin Maulana berusaha menyikapi ide dan bahasa yang hidup di tengah masyarakat sekitarnya. Apalagi dengan kehidupan di luar negeri menjadi TKW, Nessa dan Karin cukup kaya akan pengalaman hidup dengan suka dukanya. Serta bagaimana Nessa kartika dan Karin Maulana menyikapi kisah kehidupan di sekitarnya dengan lukisan hati melalui jemari lentik tangannya.
       Patut disyukuri bahwa Nessa Kartika dan Karin Maulana berhasil mengolah imajinasi dengan bermain kata-kata bahkan mengawinkan dua ide menjadi rangkaian kisah yang menarik.
       Cerpen “Yang Tak Berakhir” kolaborasi atau pernikahan dua cerpen menjadi satu cerita menarik meski bahasanya masih sederhana, tapi cerita tersebut sudah memiliki kekuatan tersendiri kala kita tau bahwa penulisnya ternyata dua orang.
       Cerita tentang “Keinginan”. Cerita klasik yang jujur diungkapkan oleh penulisnya yaitu Nessa Kartika yang dengan berani mengkisahkan bagaimana kelakuan majikan yang edan setiapkali melihat pembantunya sendirian. Kini sudah makin banyak penulis yang berani menuliskan kisah yang terlihat begitu telanjang. Itulah kelebihan penulis muda sekarang. Begitupun yang ditulis oleh Karin Maulana dalam  “Sasmita” karin berhasil membuat satu sosok yang dendam kemiskinan dan dengan segala cara berusaha menggapai kebahagiaan. Namun tak ada yang dapat dia raih, selain patah hati. Hingga suatu ketika tokoh “Sasmita” menemukan jati dirinya kembali.
       Sastra adalah lukisan hati dan tangis yang tak di suarakan. Bahasa ini yang sedang di”usahakan” oleh Nessa Kartika dan Karin Maulana melalui deretan syair dan untaian kata-kata sambung menyambung dalam buku ini. “KARENINA” adalah jelmaan dan leburan jiwa-jiwa yang menangis dan tertawa tanpa kata. Tarian jemari dua penulis di sini sedang membidik pembaca dengan ungkapan-ungkapan sastra. “Aku dan bintang” oleh penulisnya menampilkan sosok bandel yang mendewakan cinta. “Mahligai di Atas Pasir” kisah romantis yang dibumbui api dendam. Ada permainan emosi dalam cerpen ini Karin mampu melukiskan suasana hati tanpa menyebut nama dan tempat di mana dia berada. Kisah apik pula “Kupu-kupu di puncak beton” Nessa menggambarkan cukup jelas untuk membawa pembaca ke arena permainan Novi yang sedang melampiaskan dendam pada suaminya.
       “Karena cinta adalah misteri” adalah romantika kehidupan. Cinta biru cinta yang hanya bisa dilukiskan oleh penulisnya itu sendiri.
       Cinta yang salah kaprah dan cinta yang akan membuat sengsara tergambar jelas di cerpen “Cinta Singa Bauhinia”. Yang ditulis oleh Nessa Kartika. Nessa berusaha menampilkan dua tokoh yang berkekuatan cinta sama tetapi salah tempat melabuhkan cintanya, tokoh-tokoh dalam cerita “Cinta Singa Bauhinia” berusaha menyempurnakan dirinya dengan bantuan penulisnya.
      "Dermaga terakhir", “Galaxy Sang Pemimpi”, “Love Is Not Imposible”,  “Menua Bersamamu”, “DINA”  Tidak semua ungkapan yang dituliskan dibuku ini merupakan realitas kehidupan penulisnya,  tetapi para pembaca bisa membaca sebuah dunia, membaca budaya, karya sastra, kita persepsi dan diposisikan sebagai sesuatu yang hidup dan bersentuhan dengan realitas kehidupan sosialnya.
       Dalam keseluruhan cerita di buku ini lebih hidup dengan sentuhan ilustrasi-ilustrasi hasil coretan sederhana yang dibuat oleh Nessa Kartika. Ini satu kelebihan seorang penulis bila bisa juga berbicara melalui lukisan. Karena tidak semua penulis bisa melukis. Hal ini Unik, karena latar belakang Karin dan Nessa hanyalah para Buruh Migrant Indonesia. Akhir kata. Maju terus untuk selalu berkarya dan Selamat membaca!


Maria Bo Niok (Penulis buku “Geliat Sang Kung Yan” dan “Gee Sky! Tebanglah Untuk Kembali')
facebook: maria_gh69@yahoo.com.

______________________________________________________

Jika air perasan buah lemon dicampurkan kedalam segelas ice tea, maka terciptalah minuman segar bernama ice lemon tea! Dan saya sempat berpikir, masih adakah kolaborasi yang bisa sesegar itu? Ternyata saat ini yang menjawab pertanyaan saya adalah Karenina. Kolaborasi Cinta yang dihasilkan antara Singapura dan Hongkong  ini, menghasilkan sebuah buku berjudul unik dan isinya ternyata lebih menyegarkan dari sekedar menikmati segelas ice lemon tea. Rasa masam manis kehidupan yang diramu dalam buku ini disajikan dengan bahasa yang mudah dicerna, sehingga alur ceritanya begitu nyata dan hidup. Bahkan setting di luar negeri yang digunakan membuat cerita dalam buku ini lebih memikat hati. Baik Nessa maupun Karin, keduanya sangat jelas telah berhasil menyajikan apa yang diinginkan dari sebuah karya sastra, yaitu menyampaikan messages kepada pembacanya melalui pengalaman hidup para tokohnya. Sungguh, hanya rasa decak kagum yang singgah di hati saya setelah selesai membaca keseluruhan cerita dalam buku hebat ini. 

Surabaya, 21 November 2010
Dang Aji Sidik (Penulis, Creator Group UNTUK SAHABAT)

--------------------------------------------------------------------

Kisah para wanita pengembara selalu menarik untuk dinikmati, bukan saja kisah yang melatarbelakangi pengembaraan mereka tapi juga kisah-kisah selama mereka menjadi perantau. Kisah mereka dalam menggapai impian ,harapan dan cinta seringkali mengharu biru, getir dan sarat dengan perjuangan hidup. Kumpulan cerpen karya dua wanita pengembara di dua negara yang berbeda mengisahkan sisi-sisi kisah mereka dan merangkum kisah teman-teman mereka dengan apik dalam sebuah cerita pendek yang hidup.

Bimo Mukti (Penulis Lepas, Netherland, Sewell & Associates, Inc. Korea)

-----------------------------------------------------------------------------------------

"KARENINA : Singa Bauhinia" bagi saya bukanlah hanya kumpulan karya dari imigran Indonesia; Nessa (Singapura) dan Karin (HOngkong), tapi juga adalah sebuah bukti bahwa perempuan Indonesia bukanlah perempuan yang lemah. Mereka adalah para pejuang yang terus memperjuangkan perbaikan hidup untuk dirinya, keluarga maupun bangsanya. Yang lebih hebat, ditengah padatnya 'kegiatan' mereka, mereka masih menyempatkan untuk berbagi inspirasi melalui goresan pena mereka. Jadi apalagi? Sungguh, saya memberikan memberikan apresiasi yang dalam dengan terbitnya buku ini. Sebuah buku yang patut untuk dikoleksi dan dibeli!Teruslah berkarya kawan...!!!

Akhi Dirman Al-Amin (Novelis, Mewakili Novelis Muda Indonesia di MASTERA (Majelis sastra Asia Tenggara) 2006  & penerima 20 penghargaan kepenulisan tk nasional)

----------------------------------------------------

"Dua perempuan Indonesia, lewat buku ini sudah menunjukkan bahwa perempuan itu kuat. Pun, buku ini tidak sekadar sebuah 'cerita', tetapi saya percaya ini akan membawa dampak cukup positif untuk pekerja Indonesia yang di luar negeri agar lebih dimanusiakan....Kelebihan yang saya dapat dari buku kreasi 2 perempuan Indonesia ini: membawa daya ledak yang akan getarkan nurani dan luluhlantakkan kepalsuan"

Zulfikar Akbar, (Jurnalis, Crew Redaksi-Writers MQS Publishing.---Crew Writer ELNUSA Corporate Media.)

-----------------------------------------

Kekaguman saya terhadap kawan-kawan BMI semakin bertambah saja. Perjuangan dan pengelanaan mereka di negeri asing berhasil mereka rangkum dan bagikan sebagai cerita. Di sela pergulatan hidup yang kerap menyerabut kemerdekaan mereka, para BMI penulis telah membuktikan bahwa jiwa mereka tetap merdeka dan terus berjuang untuk kemanusiaan. Tidak berlebihan, menurut saya, jika mereka dinobatkan sebagai pejuang, pemikir dan pahlawan.

Karenina, buku yang  lahir dari tangan-tangan kreatif kawan-kawan BMI, telah memenuhi hal terpenting dalam penulisan: membuat pembaca ingin terus membaca. Cerita-cerita yang ada sangat kuat dan tidak sulit dipahami alur dan bahasanya. Penggambaran tempat, karakter tokoh dan konflik yang mereka alami menjadikan cerita-cerita Karenina sangat menarik.

Cerita-cerita tentang pengalaman BMI sehari-hari dan permasalahan yang dihadapi patut dibaca semua orang, mulai dari para pengambil kebijakan, pemerhati persoalan BMI sampai orang-orang yang telah, sedang dan ingin bekerja di luar negeri.

Akhir kata, saya ucapkan: Selamat untuk kawan-kawan BMI. Selamat untuk Nessa dan Karin!

(Rilda A.Oe Taneko, seorang penulis alumni Institute of Social Studies, Belanda dan Ford Foundation International Fellowship Program; saat ini menetap di Inggris; buku kumcernya berjudul ‘Kereta Pagi Menuju Den Haag’).

 __________________________________


KARENINA, 2 nama 1 jiwa, sama-sama berjiwa sastra, bertemu d dunia maya, lalu melebur menghasilkan sebuah karya. Pengalaman Buruh Migran Indonesia di luar negeri dengan kisah-kisahnya,membuat buku ini menjadi semakin unik & memiliki ciri khas tersendiri, layak di apresiasi & di jadikan koleksi. Semoga bisa jadi motivasi terutama bagi penulis pemula tentunya. Salute buat anda berdua, teruslah membingkai karya melalui sastra.

Lucky Andrean Sanusi, (Penulis lepas, Fire Fighter PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI), Dumai-Riau. Creator Group Taman Sastra)

----------------------------------------------

Sebuah kolaborasi yang dahsyat! 'dua hati dalam satu jiwa' . Terpisahkan jarak tak menghalangi KARENINA (Nessa Kartika&Karin Maulana) untuk berbagi kisah-kisah seru 'sang pahlawan devisa negar'.Mereka berbicara melalui sebuah karya.Kisah yang dituturkan dalam bahasa mengalir dan mampu membawa kita masuk dalam alur cerita.Ada hikmah di balik kisah, semoga bisa menjadi sumber inspirasi, motivasi dan manfaat yang sangat berarti dalam kita mengarungibahtera kehidupan. Ibarat makanan, buku ini menyajkan berbagai aneka masakan yang menggugah selera dan harus anda rasakan sendiri. Segera miliki buku luar biasa ini, niscaya anda tidak akan merugi. Terus berkarya dan majulah 'sang pahlawan devisa negara'.

E. Martha. (editor penerbit Penebar Swadaya Group)
----------------------------

Sempitnya waktu disela-sela rutinitas sebagai BMI ( Buruh Migran Indonesia) tidak membuat Nessa dan Karin patah arang dalam menciptakan karya. Justru waktu sempit itu sebagai motor pendorong lahirnya karya yang mungkin juga mewakili hati mereka juga ribuan BMI yang lain. Saya bangga dan salut pada mereka.

( Ratna Khaerudina >>BMI Hongkong asal Wonosobo).

_________________________

KARENINA
Singa Bauhinia

---------------------------------------------------

Harga di Hongkong HKD 60
contact person : Karin

Harga di Singapura SGD 10
Harga di Malaysia RM 20  (termasuk ongkos kirim) 
contact person : Nessa

Harga di Indonesia Rp. 40.000,- (termasuk ongkir sepulau jawa)
contact person : Rumah Baca Istana Rumbia

----------------------------------------------------------------

InsyaAllah 20% dari hasil penjualan buku akan digunakan untuk mengelola Rumah Baca Istana Rumbia.
Bravo Karenina! Bravo Karin n Nessa!

-----------------------------------------------------------------

No comments:

Post a Comment