About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Thursday, May 31, 2018

#puisi BAPER

Malam bak beludru
Ada semu di sela hari
Yañg payah
Tak sisakan sedikitpun reruang
Udara bebas

Lalu,
Kenangan menyerbu
Lilin mengerjap di dalam gelas
Terpantul air kolam
Berisi syahdu
Kunyanyikan lagu surga
Dan kerlingmu dari sisi bir keperakan
Sehangat denting gitar

Rindu masih mengganggu tidurku
Cengkeram ulu hati
Hingga sesak
Damba ini
Keluguanmu dan segala tentangmu

Dari sisi jendela
Hanya satu kali saja
Kuingin reguk madu
Dalam pelukmu

#ramadan15

Friday, May 11, 2018

#puisi Masih Tentang Rindu

Rasanya seperti patah hati
Terlalu rindu
namun tak dapat menyentuh
Memeluk
dan berbincang tentang payah

Rasanya kelu
Ada jeda tak terbalas
Berbalas sakit di dada
Memandang adalah luka
Makin menganga

Rasanya tak mungkin
Aku jatuh cinta
Lagi dan lagi
Tiap helai nafas mengaku

Rasanya masih rindu
Sesakan nafas
Yang menjaga airmata

| Kahuripan, 1152018

Monday, February 26, 2018

#puisi Alergi Ibu

Aku punya ibu
Seorang
Alergi padaku
Berpuluh tahun
Tak pernah injak kaki
Ke rumahku

Tuhan,
Bagaimana aku tahu
Ia mencintaiku?

Monday, October 9, 2017

#Cerpen PERSIAPAN

Ketika aku masuk ke ruangan  berklambu biru muda dan putih kurasakan deja-vu, bahkan aromanya seperti pernah kuhirup sebelumnya. Melati, bunga kantil, aster, mawar dan beberapa tangkai sedap malam.

Beberapa wanita bergamis hitam dengan jilbab warna gold berlarian, ah tidak... Bukan berlari, mereka hanya berusaha bergerak secepat mungkin.

Di tangan mereka bergantian barang yang dipegang, bedak, kuas, kain, kebaya, bunga, box-box entah berisi apa, jepit, bahkan kepala!

Tak semengerikan kedengarannya. Mereka hanya make up artist yang sedang menggarap klien-nya.

Aku duduk di sisi paling luar dekat jendela, sejauh mungkin dari mereka, berusaha duduk diam dan tidak mengganggu. Invisible. Bertahan disini supaya gampang dicari.

"Rokok, mas?"

Aku menoleh, seorang pria paruh baya, sepertinya si tukang foto, mengangsurkan sekotak rokok kretek. Kebetulan aku meninggalkan rokokku di saku tas.

"Minta satu ya, Pak." Pria itu mengangguk.

Aku menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya pelan. Entah mengapa ketika kuhembuskan asapnya keluar, aku merasa penat di otakku serta beban di pundakku berkurang.

Aku masih memandang havoc di ruangan. Rumah ini di hari biasa begitu lapang, lega dan rapi. Hari ini tampak semrawut, acak- acakan dan tak karuan.

Manusia berjubel dan berseliweran. Ada yang kukenal, ada yang sama sekali asing bagiku. Banyak.

Pintu kamar tidur Na masih tertutup rapat. Aku bahkan belum bicara sepatah katapun pada Na sejak semalam aku datang. Hanya beberapa pesan di telepon genggam dari Na mengingatkan beberapa hal detil.

Jas. Cek.
Kemeja. Cek.
Dasi. Cek.
Pomade. (Pomade?!) Cek.
Sepatu. Cek.
Cincin. Cek.
Amplop untuk penghulu..., Aku meraba kantong kemejaku. Cek.

"Mas, ini minumnya, disambi dulu," seorang sinoman berbaju batik dan berpeci membawakan teh manis untukku.

"Makasih, ..." aku lupa nama bapak ini dan apa hubungannya dengan Na.

Laki-laki itu bahkan tak peduli terima kasihku, langsung pergi begitu saja. Positive thinking mungkin pikiran mereka banyak. Tak fokus. Mungkin tamu sudah berdatangan. Tamuku? Tamu Na? Aku sudah tak dapat membedakan muka orang.

Aku menyesap teh itu. Lalu pandanganku kembali mengikuti kesibukan asisten perias. Aku tak mengerti ... padahal aku dan Na yang menikah, tapi yang dirias, yang sibuk, yang repot orang sebanyak ini.

Aku suka pada keramaian, aku menikmati pesta, aku bahagia melihat orang lain bahagia, terutama Na. Itu sebabnya aku menuruti apa kata Na.

Itu sebabnya aku masih duduk di sini. Bersiap-siap.

(NK 7102017)

Thursday, October 5, 2017

#Puisi Rindu Memang Jahanam

Aku bergerak di pusaran waktu
Tanpa nada
Cukup decak cicak dan kerik jangkrik sebagai penanda
Senja hampir tiba

Hari akan berganti
Dan hatiku masih sama
Tak terganti maknamu disini
Tak berarti usahaku melupakan
Waktu demi waktu telah kita lalui

Kamu, jahanam
Menyiksaku dalam rindu tak berkesudahan