About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Tuesday, November 20, 2007

UNTUK LANGIT


Sky menatap sekelilingnya, merasa tak mengenal tempat ini.

Suara nyanyian angin yang berdansa dengan daun-daun pohon di luar jendela menyadarkannya dari tidur panjang. Sky tak bergeming.

Sky tak tahu dimana ia berada, Sky berusaha bangkit. namun tak dapat, ia melihat hpnya dalam keadaan off di atas meja. lalu meraihnya dan segera menyalakannya.

Hp itu langsung bergetar.

Jin, nama itu tertera di LCD...

Tiba-tiba ia kembali diserang rasa berat dan gelap...

Sky merasa kelu untuk bersuara, ia ingin memanggil Mama namun gelombang demi gelombang menghempaskannya ke dalam pusaran angin dan badai, Sky ingin tidur...

***

Kepala Sky berdenyut-denyut, Kenapa dia berbaring disini...? kenapa dia tak bisa melakukan apa-apa? Apa yang terjadi padanya? Sky berpikirpun tidak, pikirannya kosong, namun ada sesuatu yang membuat kepalanya mau meledak.

Sky hanya mengingat percakapan Mama dengan dr. Any kemarin.

"Dokter, sebenarnya ada apa dengan anak saya?" tanya Mama, mewakili apa yang ingin diucapkan Sky.

"... Leukimia..." kata dr. Any dengan hati-hati sekali, namun efeknya tetap sama, tetap sakit, tetap membingungkan. "mungkin ia akan mengalami kebutaan, andai tak segera tertolong..."

Mama menangis, Sky terlalu sadar untuk menangis...

"Apakah ada obat untuk menyembuhkan, Dok?" tanya Mama.

Dokter Any menggeleng, "Obatnya hanya satu, sumsum tulang belakang yang cocok... Namun itu harus melalui daftar tunggu, dan juga untuk menemukan donor yang cocok juga susah"

Dari tatapan Mama, Sky tau, Mama bahkan rela menukar badannya sendiri untuk menanggung derita Sky, namun Sky bahkan tak tau, apakah dia menderita...

dan semua tak mungkin.

Sky tak mampu lagi mencerna keadaan di sekitarnya, tiba-tiba di otaknya yang ada hanya kata 'Leukimia..', berdengung, ribut... meneror hingga ke setiap hela nafasnya.

Apakah itu leukimia? Sky juga tak mengerti...

Namun, kata-kata dr. Any telah menjawab pertanyaannya selama ini, menjawab keanehan-keanehan yang dirasakan oleh tubuhnya. Hilangnya indra penglihatan Sky...

satu pertanyaan baru muncul di benaknya,

"Sejak kapan?"

***

"Sky...?"

Suara Mama memanggil Sky kembali ke alam sadar, membangunkan Sky dari mimpi dan angan-angan, membuatnya makin menyadari, ini bukan mimpi... ini nyata...

Sky berharap, kesadaranya ini hanya terjadi dalam mimpi, berharap dia tak akan pernah bangun... berharap tidak tahu bahwa tubuh yang ditinggali oleh jiwanya ini ternyata tak sempurna selamanya.

Andai punya pilihan Sky ingin mati tanpa tahu apa-apa.

"Sky?" panggil Mama lagi.

"Ma..." Sky membenci suaranya yang lemah, ia telah koma selama beberapa hari ini jadi mungkin itulah yang telah melumpuhkan perbendaharaan kosakatanya.

Mama menggenggam tangan Sky. "Sky, kamu pulang Nak.."

"Sky kenapa, Ma?"

Mama geleng-geleng kepala, "kamu tidur panjang, Sky... Bagaimana perasaanmu pagi ini?"

Sky tertegun, begitukah? ia bahkan tak bisa lagi membedakan antara pagi, siang dan malam, selama ini ia begitu kehilangan saat-saat cerianya... ia merindukan udara bebas.

Sky menatap keluar jendela, "Langit mendung, Ma..."

"Sky, bagi mama, kamu langit biru yang bebas... itulah kenapa nama kamu Sky..." bisik Mama tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca. "Ada orang bilang, mendung tak berarti hujan kan?"

Sky tertawa kecil.

"Dan dibalik hujan ada pelangi, pelangi itu hanya menunggu waktunya tepat..." kata Mama lagi sambil menyuapkan sesendok air ke mulut Sky. "Semua hal ada takdirnya, Tuhan telah menentukan semuanya unuk kita, Sehat, Sakit, Mati... Jodoh..."

"Sky belum mengerti maksud Mama,"

"Kita pasti mendapatkannya,Sky..." kata Mama optimis.

Sky kembali redup. Kita, Mama mengucapkan kita seolah mereka berdua sama-sama mengidap penyakit ini, Sky tahu begitu berat bagi Mama mendapati putrinya seperti ini, Seandainya Mama belum tahu, ingin rasanya Sky menutupi semua ini dan menyimpannya untuk dirinya sendiri, dan menanggungnya sendiri... namun dari awal sampai saat ini, Mama telah turut menganggung kesedihan Sky, membagi cerianya untuk meringankan rasa sakit Sky.

Ia berusaha memutar ulang rekaman otaknya, semalam ia mendengar mama dan dokter berbicara tentang donor bone-marrow...

ya...

Pelangi itu adalah harapan baginya, dalam 6 bulan ini, RS akan berusaha mendapat pendonor bone marrow untuk Sky. Itulah satu-satunya harapan bagi Sky. Namun Sky tahu harapannya tipis, Ia memang masuk daftar tunggu untuk menerima donor, namun hanya Tuhan yang tahu, Kapan dan Siapa.

Sky tahu dia boleh berharap, Hal pertama yang akn dilakukannya begitu keluar dari RS adalah menemui Jin. Satu-satunya orang yang menguasai hatinya namun juga satu-satunya orang yang ia tak ingin mengetahui penyakitnya.

Ya, Allah.

Tetap bergunakah kepergian mendung untuk kembali menerangi langit, bila ternyata yang dihadapi langit adalah gelapnya malam?.

***

Jin menatap Sky pahit.

"Sky, Aku tak mengerti mengapa kamu terus menghindari aku... aku tahu kamu mencintai aku..." bisiknya gemetar.

Sky membalas tatapan cowok yang tulus dicintainya itu dengan teguh hati. "Maafkan aku kalau aku memaksamu untuk melepaskan aku, aku tak perlu alasan untuk memilih hidupku sendiri 'kan, Jin?"

Hidup? andai Sky bisa terus hidup...Selama ini Ia begitu yakin Jin adalah jodoh yang dikirim Tuhan untuknya. Namun sekarang ia tak yakin lagi.. ia tak ingin Jin menderita karenanya, Ia akan segera buta, ia tak ingin Jin menghabiskan waktu dengan wanita buta sepertinya. Ia ingin Jin bahagia... ia hanya bisa pasrah.

"Sky, tak bisakah kita berbagi kehidupan kita seperti yang kita lakukan selama ini?" Jin membuang rokoknya, frustasi...

"Maaf, Jin... tapi aku ingin sendiri..."

"Kamu mencintaiku 'kan?"

Sky terdiam, "Aku cinta padamu... "

"Lalu kenapa?!" Jin berteriak pada langit, berteriak pada matahari, berteriak pada awan-awan yang berarak...

Sky memejamkan mata,

"Jin, mengertilah... kamu harus melupakan aku... kamu harus membagi hidupmu dengan kehidupan lain yang lebih layak menerima cintamu...Jangan memaksaku untuk mengatakan apa yang tak ingin kau dengar... Kita tak berjodoh, Jin"

"Sky, bukan kamu yang menentukan jodoh... tapi Tuhan Yang Berkuasa... Kalau di hatimu yakin kita berjodoh, kita pasti akan dapat menatasi semuanya Sky... Ceritakan padaku masalahmu, Sky..."

Sky merasakan gelombang itu lagi, gelombang hitam yang seolah akan menelannya bulat-bulat...

"Jin, please... Relakan aku..." Setetes airmata bergulir di pipi Sky.

"Sky..."

Sky cepat-cepat menghapusnya sebelum derainya memusnahkan kekuatan yang mati-matian dihimpunnya selama ini.

"Jin, lupakan aku..." Sky cepat-cepat pergi, meninggalkan Jin yang masih tertegun oleh airmata Sky. "Jangan pernah mencariku lagi."

Segala kekuatan telah luntur bersama kata-kata yang telah disusunnya. namun Sky merasa lega telah melepaskan Jin... meski ia merasa kehilangan... seperti halnya ia telah kehilangan waktu...

Sky berjanji pada dirinya sendiri, tak akan ada lagi tangis, tangis hanya akan menyadarkannya akan kehilangan yang lebih parah lagi.

***

Ini pertama kalinya Sky menangis di hadapan Jin. Selama ini, Sky yang yang dikenal Jin adalah Sky si pemberani, teman berptualang dan kekasih yang tercintanya.

Sky selalu manjadi penghidup di kelompok Pecinta Alam mereka, Sky yang pemberani seolah jadi maskot bagi kelompok mereka.

Hal itu pulalah yang membuat Jin jatuh cinta padanya.

Belum pernah Jin merasakan cinta yang menantang seperti mencintai seorang Sky. Sungguh sulit menaklukan Sky yang mandiri dan seolah tak pernah membutuhkan lelaki untuk melindunginya. Semakin Jin mengenalnya, semakin tenggelam Jin dalam pesona Sky.

Sampai akhirnya pada suatu pendakian, Sky terluka. dan Jinlah yang selalu ada di sampingnya... saat itulah Sky mengetahui tentang pesona Jin, dan Jatuh cinta padanya.

Bagi Jin, Sky adalah Cinta sejatinya.

Bagi Sky, Jin adalah Cinta pertamanya.

Masa-masa yang mereka lewati bersama begitu indah, sampai sebulan yang lalu, Sky mulai merasa ada yang tak beres dengan dirinya dan memaksanya opname di RS karena koma.

Jin memang begitu tulus mencintainya , terlalu mencintainya untuk melepaskan Sky, pun meski Sky telah mendeklarasikan perpisahan mereka. Bahkan Sky sendiri tak tahu mengapa ia perlu memutuskan hubungan mereka.

ia yakin Jin akan tetap berada di sampingnya bahkan bila ia jujur akan keadaannya sekalipun. Namun, adilkah ini bagi Jin?

Jin tak perlu tahu.

Sky berharap, Jin tak akan pernah tahu selamanya.

***

Sebulan kemudian

***

I become so numb... I can't feel u there

become so tired, so much more aware...

Handphone Sky di atas meja belajarnya bergetar, sebelum pelan-pelan menyuarakan Numb-nya Linkin' Park. Sky berusaha meraihnya, namun Sky tiba-tiba tak mampu bergerak. yang dirasakannya hanya gelombang kegelapan itu... tanpa cahaya, tanpa jalan keluar...

Sky masih bisa mendengar... ia mendengar kedatangan Mama

"Sky.. ada telepon...?" tanya Mama.

Tiba-tiba Sky sadar, ia telah membuka matanya lebar-lebar namun tetap tak dapat melihat apa-apa.

"Mama angkat ya, Sky..."

Sky berusaha menggeleng mencegah Mama, namun Sky sendiri tak yakin ia bisa melakukannya.

Bohong...

Ya Allah... dokter bilang aku punya waktu dua bulan... ini baru satu bulan... Tapi aku pasrah ya Allah kalau memang Kau ingin menjemputku sekarang...

Sky berusaha menggapai Mama, namun Mama tak melihatnya, karena ia sedang melihat layar hp Sky.

"Dari Jin..."

"Jangan diangkat, Ma..."

"Kenapa, nak?"

"Sky sudah putus dengan JIn, Ma"

Mama tertegun, "Nak, Kenapa?"

"Ini masalah Sky dan Jin, Ma"

"Sky..."

Sky menghela nafas dalam, "Jin akan mendapatkan jodoh nya, seseorang yang lebih baik dari Sky."

"Nak, Jodoh itu di tangan Tuhan..."

"Ma..."

Telepon berdering lagi. Mama menatap Sky lalu tanpa menghiraukan protes Sky, Mama meraih telepon.

Sky ingin berteriak, mencegah Mama, namun lagi-lagi gelombang gulita itu meluluh lantakkan indranya,

"Assalamualaikum, Jin..."

***

"Sky, kamu bangun?"

Sky mengerjap, silau oleh sinaran, tak lagi gelap...

"Ini di RS lagi?" tanyanya separo heran, separo kesal.

Sky mendengar tawa itu, Sky mengenal tawa itu... saat pelan-pelan pandangannya terfokus, ia mengenali Jin.

"Jin... Apa yang kamu lakukan disini?"

Jin tersenyum. "Aku pernah bilang aku membagi hidupku untukmu Sky..."

Sky tak mengerti.

"Ada orang bilang, bila kita menyelamatkan nyawa seseorang, kita bertanggung jawab atas hidup orang itu selamanya... Dan aku tahu itu benar, Selamanya kamu adalah bagian hidupku."

Sky tersenyum kecut, "Kamu ngomong apa?"

Jin hanya tersenyum, mencium tangan Sky. nafas Jin begitu hangat dan lembut.

Sky tiba-tiba sadar, ia tak merasa sakit lagi, gelap itu sudah hilang... ia kembali dapat merasakan kehangatan yang nyata.

"Apakah aku sudah mati? kenapa sekarang terasa begitu ringan? kemanakah kegelapan itu? kenapa sinar itu kembali?"

Tirai biru muda bilik Sky tersibak, Mama berdiri disana, menagis tapi matanya tersenyum. "Sky... Ya Allah, Terima kasih Kau tela kembalikan Sky padaku."

"Sky... belum mati?" tanya Sky membuat airmata Mama semakin berderai.

"Jin tak kan membiarkan Sky mati, ia telah membagi separuh nyawanya untukkmu, Sky."

Sky memandang Mama dan Sky bergantian.

"Siapa yang menyangka bone marrow Jin begitu sempurna untukmu... Tuhan telah mengirim Jin untukmu, Mama yakin ia pulalah yang akan menjagamu selamanya."

Sky menatap Jin, "Jin... benarkah?"

Jin hanya mengecup tangan Sky.

"Jin...."

"Aku mencintaimu, Sayang... "

"Jin..."

"Berjanjilah untuk tak pernah lagi menyembunyikan apapun dariku, teruslah disisiku... kalau di masa depan ada cobaan lagi, berjanjilah kita akan menghadapinya bersama... Jangan pernah meninggalkan aku..."

"Jin..."

"Jangan pernah mengabaikan aku, Sky."

"Stop!"

"Ya, Sayang..."

"Kupikir, Seperti langit dan Matahari, kamu adalah sepuluh matahari yang selalu menerangiku."

"Ya, Sky... Semua untuk langitku"

***

Singapore, after Midnight...

Buat seseorang bertitel Jin,

aku pinjam namamu...thxx dah nemenin aku nyelesein cerita ini.

No comments:

Post a Comment