Monday, 29 August 2011 04:58 | ||
"Setelah pulang dari Hongkong, Saya bekerja ke Singapura. Di Singapura saya juga bekerja sebagai PLRT," ujar Nessa yang mengaku aktif menulis di Forum Lingkar Pena Singapura Setelah menyelesaikan kontrak kerja di Hongkong, pada 2007, Nessa kembali bekerja ke Singapura. Bersama teman-teman TKI Singapura lainnya, Nessa juga aktif dalam berbagai kegiatan tulis menulis. Ia juga aktif di kreator Grup FB BMI Singapura. "Sampai sekarang saya masih kerja di Singapura. Saya bekerja sebagai PLRT pada majikan Mr Ang. Setiap bulan saya dapat gaji 350 dollar Singapura," jelas Nessa yang mengaku saat ini tengah cuti. Nessa Kartika atau Annisa H. Wahid memang hobi menulis. Berangkat dari hobinya itu, karya-karyanya sudah banyak yang dibukukan. Karya Nessa yang sudah dibukukan antara lain Buku Kumpulan Pusisi Tunggal “Lamunan Bidadari,” Buku Kumpulan Cerita Karya Bersama sahabatnya di dunia maya, Karin Maulana “Karenina Singa Bauhinia”, dan lebih dari 15 antologi. "Buku Singa Bauhinia yang saya tulis berhasil meledak di pasaran. Sudah dari 30.000 buku dicetak. Buku tersebut dicetak dua kali di Hongkong dan Yogyakarta," jelasnya. Tulisan dan sosoknya sudah dimuat di media seperti Radar Magelang, Jakarta Globe, Berita Indonesia (Hongkong), Speak up Newsletter (Singapura), dan The Straits Time (Singapura). ***** Sumber : Situs BNP2TKI (dengan pembenahan seperlunya) |
About Me

Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.
Monday, August 29, 2011
[ARTIKEL BNP2TKI] Nessa Sukses Dengan Karya-karyanya
Thursday, August 25, 2011
KELUARGA ADA DI MANA SAJA
Ada yang membuatku tak bisa tidur semalam.
Kemarin, aku dan suami berboncengan naik motor ke Solo. Tentu saja motor kami ber plat nomor AA F. Sedangkan di Solo plat nomor sudah bermarga AD. Di Solo hanya acara ngumpul dan buka bersama.
Sekitar pukul 8 lebih, kami meninggalkan Solo kembali ke Wonosobo dengan rute yang sama dengan rute waktu berangkat hanya kebalikannya. Solo-Boyolali-Solotigo-Ambarawa-Temanggung-Wonosobo. Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam. Semua sama saja... kecuali bahwa kali ini kami menantang angin malam dan dihadapkan pada kegelapan. Masih bersyukur tak ada kabut.
Hal yang terus berputar di otakku adalah tentang kekeluargaan di jalan raya.
Saat-saat menjelang arus mudik dan arus balik Lebaran Idul Fitri 1432 H memang belum terasa di jalur tengah. Beberapa posko istirahat untuk pemudik baru mulai didirikan. Di sana biasanya kita bisa beristirahat, mengecas hape (ini sangat penting!) dan disediakan juga minuman gratis. Posko-posko mudik ini biasanya disponsori oleh perusahaan minuman suplemen. Biasanya...
Setiap tahun aku mudik jadi aku masih bisa mencermati suasana arus mudik setiap kalinya. Posko-posko ini menurutku "sangat luar biasa aman". Pernah satu kali aku dan suami pulang dari perjalanan ke Bandung, berhenti di sebuah posko di wilayah Cilacap-Kroya. (lupa tepatnya). Saat itu aku lupa bahwa sekian jumlah uang yang kami bawa ada dalam backpack dan backpack kami letakkan begitu saja di atas motor, sementara kami jatuh tertidur.
Seorang bapak yang tadi menyambut kedatangan kami lah yang membuat kami merasa tenang untuk menidurkan kantuk perjalanan malam 8 jam an dari Bandung. "Tidur saja dulu, Mas, Mbak. Lepaskan lelah... bahaya kalau nyetir sambil ngantuk. Yang nyetir bahaya, yang bonceng sama bahayanya...Kami jagain tasnya."
Sekian detik kemudian kami sudah tepar di karpet yang memang tersedia. Terbangun sekitar satu jam kemudian dengan kondisi segar, dan keadaan sekitar seolah tak ada yang berbeda dengan saat kami datang. Utuh tak ada yang berubah.
Aku yang teringat akan uang cash yang kubawa (lumayan banyak) dan segala benda berharga (laptop, hape) di backpack, langsung mengeceknya. Alhamdulillah utuh. Suami sempat ngomel karena keteledoranku namun ternyata masih rejeki.
Bahkan ketika si Bapak tadi melihat kami berkemas mau meninggalkan posko itu, beliau dengan ramahnya ikut senang bahwa kami akhirnya mendapat istirahat yang cukup untuk melanjutkan perjalanan lagi sekitar 4 jam ke Wonosobo.
Lalu malam tadi...
Perasaan dijaga kembali muncul. Kali ini bukan karena kami berhenti di Posko. Kebetulan kami hanya menuju Pom Bensin setiap membutuhkan break. Yang membuat rasa kekeluargaan tumbuh dengan sendirinya adalah kesamaan plat nomor motor.
Sebagai sebuah AA F di wilayah AD, H dan AA E dsb. Rasa bersaudara muncul begitu kami melihat plat AA F yang sama-sama melakukan perjalanan. Dari sekedar 'tan-tin' klakson sampai "mari, mas-yoo..." "duluan, mas" seolah membuat perjalanan terasa tidak sendirian. Padahal kami tak tahu siapa mereka, berasal dari mana, mau ke mana. Namun begitu mengenali plat AA F, otomatis kami tahu mereka sama-sama berhubungan dengan Wonosobo. Kemungkinan besar mudik.
Mungkin jika kita mengalami kemalangan di jalan, ban pecah, lampu mati, bensin habis. Orang yang pertama datang menanyakan keadaan kita adalah orang yang menunggang kendaraan dengan plat yang sama marganya. Aku yakin itu.
Hanya sapaan kecil di jalan raya, namun mampu menggugah rasa persaudaraan. Menumbuhkan rasa tenang, ditemani, dijaga, dilindungi... Betapa indahnya ... ^^
-oOo-
Kemarin, aku dan suami berboncengan naik motor ke Solo. Tentu saja motor kami ber plat nomor AA F. Sedangkan di Solo plat nomor sudah bermarga AD. Di Solo hanya acara ngumpul dan buka bersama.
Sekitar pukul 8 lebih, kami meninggalkan Solo kembali ke Wonosobo dengan rute yang sama dengan rute waktu berangkat hanya kebalikannya. Solo-Boyolali-Solotigo-Ambarawa-Temanggung-Wonosobo. Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam. Semua sama saja... kecuali bahwa kali ini kami menantang angin malam dan dihadapkan pada kegelapan. Masih bersyukur tak ada kabut.
Hal yang terus berputar di otakku adalah tentang kekeluargaan di jalan raya.
Saat-saat menjelang arus mudik dan arus balik Lebaran Idul Fitri 1432 H memang belum terasa di jalur tengah. Beberapa posko istirahat untuk pemudik baru mulai didirikan. Di sana biasanya kita bisa beristirahat, mengecas hape (ini sangat penting!) dan disediakan juga minuman gratis. Posko-posko mudik ini biasanya disponsori oleh perusahaan minuman suplemen. Biasanya...
Setiap tahun aku mudik jadi aku masih bisa mencermati suasana arus mudik setiap kalinya. Posko-posko ini menurutku "sangat luar biasa aman". Pernah satu kali aku dan suami pulang dari perjalanan ke Bandung, berhenti di sebuah posko di wilayah Cilacap-Kroya. (lupa tepatnya). Saat itu aku lupa bahwa sekian jumlah uang yang kami bawa ada dalam backpack dan backpack kami letakkan begitu saja di atas motor, sementara kami jatuh tertidur.
Seorang bapak yang tadi menyambut kedatangan kami lah yang membuat kami merasa tenang untuk menidurkan kantuk perjalanan malam 8 jam an dari Bandung. "Tidur saja dulu, Mas, Mbak. Lepaskan lelah... bahaya kalau nyetir sambil ngantuk. Yang nyetir bahaya, yang bonceng sama bahayanya...Kami jagain tasnya."
Sekian detik kemudian kami sudah tepar di karpet yang memang tersedia. Terbangun sekitar satu jam kemudian dengan kondisi segar, dan keadaan sekitar seolah tak ada yang berbeda dengan saat kami datang. Utuh tak ada yang berubah.
Aku yang teringat akan uang cash yang kubawa (lumayan banyak) dan segala benda berharga (laptop, hape) di backpack, langsung mengeceknya. Alhamdulillah utuh. Suami sempat ngomel karena keteledoranku namun ternyata masih rejeki.
Bahkan ketika si Bapak tadi melihat kami berkemas mau meninggalkan posko itu, beliau dengan ramahnya ikut senang bahwa kami akhirnya mendapat istirahat yang cukup untuk melanjutkan perjalanan lagi sekitar 4 jam ke Wonosobo.
Lalu malam tadi...
Perasaan dijaga kembali muncul. Kali ini bukan karena kami berhenti di Posko. Kebetulan kami hanya menuju Pom Bensin setiap membutuhkan break. Yang membuat rasa kekeluargaan tumbuh dengan sendirinya adalah kesamaan plat nomor motor.
Sebagai sebuah AA F di wilayah AD, H dan AA E dsb. Rasa bersaudara muncul begitu kami melihat plat AA F yang sama-sama melakukan perjalanan. Dari sekedar 'tan-tin' klakson sampai "mari, mas-yoo..." "duluan, mas" seolah membuat perjalanan terasa tidak sendirian. Padahal kami tak tahu siapa mereka, berasal dari mana, mau ke mana. Namun begitu mengenali plat AA F, otomatis kami tahu mereka sama-sama berhubungan dengan Wonosobo. Kemungkinan besar mudik.
Mungkin jika kita mengalami kemalangan di jalan, ban pecah, lampu mati, bensin habis. Orang yang pertama datang menanyakan keadaan kita adalah orang yang menunggang kendaraan dengan plat yang sama marganya. Aku yakin itu.
Hanya sapaan kecil di jalan raya, namun mampu menggugah rasa persaudaraan. Menumbuhkan rasa tenang, ditemani, dijaga, dilindungi... Betapa indahnya ... ^^
-oOo-
KUMPULAN CERITA "TUGU"
Penulis: Dian Nafi, Nessa Kartika, Sutono Suto, N Dhyra
Kategori: Kumpulan cerpen
ISBN: 978-602-225-099-9 Terbit: September 2011 Tebal: 108 halaman Harga: Rp. 28.800,00 |
KUMPULAN CERPEN TUGU
Mozaik , paradoks, satire kehidupan berkelit kelindan melingkupi kita. Tertulis dalam rahasia langit yang sering tak terbaca.
Pencarian dan perjalanan dalam usaha menemukan diri sendiri, entah sendiri entah bersama, kadang sangat melelahkan. Kadang sangat menakjubkan.
Berbagai pengalaman dan tempaan cobaan membuat kita tiada takut lagi menumpahkan resah dan pertanyaan-pertanyaan. Lalu menikmati dan bertualang dengan segala ombak badainya. Demi untuk mencari jawabnya, demikian terus menerus, tak berkesudahan.Mungkin demikianlah hidup yang sesungguhnya.
Yang seharusnya.
Tiga belas cerpen dalam Kumcer TUGU ini membawa kita melalui jalan yang berkelok, berundak, menanjak, terjun, bergelombang. Mungkin menuju TUGU.
Penemuan terhebat. Penemuan atas diri sendiri. Penaklukan atas diri sendiri.
Wednesday, August 24, 2011
[ARTIKEL PKPU] PKPU Dukung RRI World Service, Voice Of Indonesia
Menyambut Pahlawan Devisa
PKPU Dukung RRI World Service, Voice Of Indonesia
24 Agustus 2011 15:11
JAKARTA - PKPU turut mendukung dan menyukseskan acara bertajuk
‘Menyambut Pahlawan Devisa’ yang diadakan oleh Lembaga Penyiaran Publik
Radio Republik lndonesia (LPP RRI) melalui RRI World Service, Voice Of
lndonesia.
Program yang menginformasikan kepada pendengar bahwa Pahlawan Devisa memiliki kemampuan dalam berkarya sastra ini merupakan pengembangan dari program siaran BILIK SASTRA yang telah mengudara sejak Januari 2011.
BILIK SASTRA merupakan wadah apresiasi sastra, khususnya berupa cerita pendek (cerpen) karya anak bangsa yang berada di luar negeri, tidak terkecuali Tenaga Kerja lndonesia (TKl). Tujuannya selain untuk lebih mendorong pemberdayaan, juga untuk pencitraan para Tenaga Kerja lndonesia.
Dua buah cerpen kiriman pendengar dibacakan dan dibahas oleh penyiar Voice Of Indonesia dan penulis Indonesia, seperti Pipiet Senja. Hingga Juni 2011, tercatat ada 46 buah cerpen yang dibacakan dan 12 diantaranya terpilih untuk dinilai oleh para juri, yaitu Pipiet Senja (Cerpenis), Paulina Gandrasari Kusuma (Kepala Pusat Pengajaran Bahasa Universitas Atmajaya), dan lr Yunafri MM (Direktur Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan Deputi Bidang Penempatan BNP2TKI).
Terpilihlah dua buah cerpen terbaik, yakni “Siluet Pahlawan” karya Nadia Cahyani, seorang Tenaga Kerja lndonesia di Hongkong yang meraih nilai tertinggi dan “Kelereng Putih” karya Nessa Kartika, Tenaga kerja lndonesia di Singapura, terbaik kedua.
Kedua penulis ini diundang ke Jakarta, untuk menerima hadiah. Selain menginap selama 3 (tiga) hari di The Sultan Hotel Jakarta, keduanya juga mendapat kesempatan istimewa mengikuti pidato kenegaraan Presiden Rl di Gedung DPD/DPR/MPR Rl.
Di acara tersebut keduanya bergabung dengan para teladan lain dari seluruh lndonesia dan berkesempatan beraudiensi dengan Ketua DPD RI. Bahkan, pada 17 Agustus 2011, keduanya memperoleh kesempatan mengikuti Upacara Bendera Peringatan HUT Rl di lstana Merdeka. (PKPU/Miftah/Jabodetabek)
Program yang menginformasikan kepada pendengar bahwa Pahlawan Devisa memiliki kemampuan dalam berkarya sastra ini merupakan pengembangan dari program siaran BILIK SASTRA yang telah mengudara sejak Januari 2011.
BILIK SASTRA merupakan wadah apresiasi sastra, khususnya berupa cerita pendek (cerpen) karya anak bangsa yang berada di luar negeri, tidak terkecuali Tenaga Kerja lndonesia (TKl). Tujuannya selain untuk lebih mendorong pemberdayaan, juga untuk pencitraan para Tenaga Kerja lndonesia.
Dua buah cerpen kiriman pendengar dibacakan dan dibahas oleh penyiar Voice Of Indonesia dan penulis Indonesia, seperti Pipiet Senja. Hingga Juni 2011, tercatat ada 46 buah cerpen yang dibacakan dan 12 diantaranya terpilih untuk dinilai oleh para juri, yaitu Pipiet Senja (Cerpenis), Paulina Gandrasari Kusuma (Kepala Pusat Pengajaran Bahasa Universitas Atmajaya), dan lr Yunafri MM (Direktur Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan Deputi Bidang Penempatan BNP2TKI).
Terpilihlah dua buah cerpen terbaik, yakni “Siluet Pahlawan” karya Nadia Cahyani, seorang Tenaga Kerja lndonesia di Hongkong yang meraih nilai tertinggi dan “Kelereng Putih” karya Nessa Kartika, Tenaga kerja lndonesia di Singapura, terbaik kedua.
Kedua penulis ini diundang ke Jakarta, untuk menerima hadiah. Selain menginap selama 3 (tiga) hari di The Sultan Hotel Jakarta, keduanya juga mendapat kesempatan istimewa mengikuti pidato kenegaraan Presiden Rl di Gedung DPD/DPR/MPR Rl.
Di acara tersebut keduanya bergabung dengan para teladan lain dari seluruh lndonesia dan berkesempatan beraudiensi dengan Ketua DPD RI. Bahkan, pada 17 Agustus 2011, keduanya memperoleh kesempatan mengikuti Upacara Bendera Peringatan HUT Rl di lstana Merdeka. (PKPU/Miftah/Jabodetabek)
Monday, August 22, 2011
[ARTIKEL KOMPASIANA] Hari Kemerdekaan RI ke-66: Menyambut TKW Teladan
Oleh Pipiet Senja

Sejak ditetapkannya dua Penulis Cerpen
Terbaik Bilik Sastra VOI RRI, yakni; Nadia Cahyani (BMI Hong Kong) dan
Nessa Kartika (BMI Singapura) komunikasi pun semakin gencar antara
mereka denganku. Meskipun itu hanya melalui SMS.
“Bagaimana, Nad, sudah siap berangkat?”
“Iya, Teteh, siaaaap graaak!” sahut Nadia.
“Oke, TTDJ, ya!”
Kemudian giliran Nessa Kartika kusapa:”Nessa, sudah siapkah terbang ke Jakarta?”
“Siaaaap, Bun!”
Tentang tiket pun kutanyakan langsung kepada
Sang Komandan VOI RRI, Pak Kabul Budiono, dijawabnya:”Ya, semuanya telah
siap, Teteh.”
Mereka mendapat fasilitas menginap selama 3
malam di Hotel Sultan, 16-18 Agustus. Dijadwal ke Senayan, 16 Agustus
2011, mendengar Pidato Kenegaraan Presiden RI. Kemudian menghadiri
Upacara Kemerdekaan ke-66 pada 17 Agustus 2011.
Begitu Nadia mendarat di Bandara Cengkareng,
ia langsung menghubungiku.”Aku sudah di Cengkareng, Teteh. Ini lagi
nunggu Nessa, katanya sih, pesawatnya delay 2 jam.” Alamaaaak!
Kulirik jam dinding, telah lewat waktu berbuka bahkan sebentar lagi tarawihan. ”Waduh, apa dirimu sudah buka, Nad?”
“Sudah, Teteh, ini ditemani teman-teman dari VOI RRI.”
“Oh, syukurlah, jadi dirimu gak sampai
kelayapan sendirian di situ, ya,” hiburku meledeknya.”Maklum, dikau kan
ayune, janda kembang gitu loh….”
“Wahahaha, Teteh, ada-ada saja!” Terdengar tawanya yang ceria.
Aku tidak ikut mendampingi mereka, baik ke
Senayan maupun Istana Merdeka. Sudah ada yang mengawal mereka dari VOI
RRI. Maka, ketika saatnya Pidato kenegaraan, aku penasaran menyimaknya
di rumah melalui siaran televisi.
Ketika Ketua DPD Erman menyebutkan; TKI
Teladan serta kamera menyorot dua sosok perempuan tangguh, biasa disebut
sebagai pahlawan devisa, seketika dadaku dilambun sejuta rasa;
sukacita, bangga, mengharu-biru. Aku tidak bisa merangkainya dengan
kata-kata. Ada titik-titik bening menggayuti di sudut-sudut mata ini.
Setidaknya teror-teror yang kulakukan demi
menyemangati mereka agar menulis, menulis, menulis, akhirnya membuahkan
hasil. Ya, mereka memang menulis, dan karya mereka terpilih, dedikasi
mereka pun terhadap pengembangan literasi di kalangan BMI merupakan
nilai plus.
Mereka telah membuktikan kepada dunia, bahwa
meskipun dalam segala keterbatasan waktu, bahkan Nessa hampir tak pernah
diberi cuti selama 6 tahun sebagai BMI Singapura: “Aku Berkarya!”
Penyambutan Pahlawan Devisa: Penulis Cerpen Terbaik Bilik Sastra
Petang itu, aku diundang pada acara
Penyambutan Pahlawan Devisa di Ruang Ronodipura, RRI, jalan Merdeka
Barat. Aku diantar putriku, berangkat pukul 13.30 dari Depok.
Manakala melihat Nadia dan Nessa didandani dengan kebaya dan tampil cantik, kemudian dipanggil untuk talkshow bersama Ibu Dirjen RRI dan Ibu BNP2TKI, keharuan dalam hatiku serasa membuncah. Sungguh, aku merasa ikut bahagia dan bangga.
“Jadi, setelah Anda pulang ke Tanah Air, apakah akan kembali ke Hong Kong atau apa rencana Anda ke depan?” tanya Nova, sang MC.
Nadia menjawab dengan lugas:”Saya sudah lama
meninggalkan dua anak. Saya ingin menjadi ibu yang baik untuk anak-anak,
dan tentu saja terus menulis. Seperti Teteh Pipiet Senja yang suka
meneror saya; ayo, mana naskahmu, cepat kirimkan!”
Demikian pula Nessa menjawab tegas:”Saya
ingin menjadi penulis handal seperti Bunda Pipiet Senja. Beliaulah yang
selama ini suka meneror saya agar terus menulis.”
Saat itulah aku diminta berdiri,
memperlihatkan tampangku yang manini ini ke hadirin, serta merta
mendapat keplokan. Duhai, jujur saja, aku ingin menangis bahna haru!
Pada acara Penyambutan Pahlawan Devisa,
penulis cerpen terbaik Bilik Sastra petang ini, Nadia Cahyani dan Nessa
kartika tak ubahnya bak primadona. Disorot kamera secara terus-menerus,
dibanjiri hadiah, disalami dan dielu-elukan.
Aku sungguh berharap, sejak saat
ini keduanya akan semakin konsen dan lebih serius lagi untuk melahirkan
karya-karya terbaik mereka. Ramadhan kali ini, tentunya untuk dua sosok
ini merupakan keberkahan yang tiada disangka-sangka.
Semoga pula keberhasilan mereka akan diikuti oleh kaum BMI dimana pun berada.
Bravo, Nadia Cahyani, Nessa Kartika!
[Telkomsel Ramadhanku]
Subscribe to:
Posts (Atom)