About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Tuesday, April 26, 2011

[CERPEN] KEMBALI

KEMBALI
By. Nessa Kartika

Di sudut kota ini
Pernah terucap janji
Untuk s'lalu kembali
Merangkai angan dalam pasti

Jantung Risa berdentam seiring deru dan decit roda yang bergesekan dengan rel saat kereta yang telah semalaman ditumpanginya berakhir di kota kelahirannya. Kota yang telah dihindarinya selama dua tahun ini.

 Suara para penjaja makanan dan koran bersahutan. Saat satu persatu penumpang turun dari gerbong meninggalkan kereta yang mengisi mimpi mereka. Membawa kerinduan bagi yang pulang dan membawa cinta bagi para pengelana.

Kini, Surabaya. Ia kembali. Lagu dari Boomerang masih terngiang manis di telinganya, di hatinya... dalam benaknya. Ia telah kembali dan ia tak mungkin kan berbalik lagi.  Kehidupannya yang sesungguhnya baru saja dimulai.

“Surabaya... Aku kembali...” Risa bergumam sambil meraih backpacknya lalu melangkah.

Gadis cantik berambut panjang sepunggung yang ia kucir seperti ekor kuda ke dalam topinya ini masih celingak-celinguk, berjalan membelah kerumunan dari para penumpang, pendatang dan warga stasiun. Ia mencari dua sosok yang seharusnya menjemputnya di situ. Meskipun ia sebenarnya tahu cara pulang, namun dua orang itu bersikeras menunggunya di stasiun.

Risa sudah SMS kedatangannya dan kini ia hanya ingin cepat memeluk mereka. Tak peduli apapun yang telah terjadi di masa lalu mereka. Risa sangat merindukan mereka.

Saat matanya melihat mereka berdua duduk di luar,  sempat terhalang oleh kerumunan penumpang. Risa menarik dua sudut bibirnya. Senyumnya merekah.

Reva dan Krisna.

Reva adalah sosok lain darinya yang berkepribadian lebih lembut, lebih manis dan menurutnya sendiri, lebih cantik. Meski Reva selalu mengatakan Risa-lah yang cantik. Kembar sejak lahir namun berbeda dalam segala hal kecuali wajah yang memang bak pinang dibelah dua.

Lalu, Cowok tampan, tinggi, berkulit tembaga dengan rambut kemerahan. Yang dua terakhir ia dapatkan dari kegemarannya berpetualangan dengan alam raya. Beberapa tahun terakhir, Risa memang memutuskan untuk tak mencari tahu hal apapun yang berhubungan dengan cowok itu. Namun kini cowok itu ada di hadapannya. Dari sorot mata elangnya seolah ingin tahu segalanya. Segala-galanya.

“Icha...” Sebuah senyum tersungging di bibir Krisna. Manis dan sungguh membuatnya lemas. Nama kecil Risa sungguh terdengar manis di mulut cowok itu.

“Hai... Im back.” Kata Risa. Bukan ia hadapkan pada Krisna. Tapi pada gadis yang memeluknya.
“Aku sungguh merindukanmu, Cha.” Kata Reva. Risa balas memeluknya.

“Aku juga merindukanmu...” Risa berkata, namun matanya masih berpandangan dengan Krisna. Ia juga merindukan cowok itu, sangat merindukanmu.


***

Sejak Risa memutuskan untuk kuliah di Jogja. Ia dan Reva memang terus berhubungan. Tapi ada satu hal yang sungguh membuatnya tak ingin kembali. Tak ingin mendengar apapun yang terjadi. Tentang Krisna.

Hatinya terlalu terpaku pada cowok itu, hingga ia tak dapat berpaling. Meski kenyataannya kembarannya adalah kekasih Krisna.

Masih Risa ingat jelas dalam kepala bagaimana sore itu. Di Stasiun Gubeng ini, Risa hanya punya satu tekad yang membuatnya memilih untuk ke Jogja saja. Yaitu untuk merestui Reva dan Krisna setulus mungkin. Hal yang tak mungkin ia lakukan jika ia tetap bertahan di Surabaya karena hatinya tak dapat berdusta.

Krisna teman mereka sejak kecil. Selalu menjadi bintang di mata mereka. Kedewasaan Krisna menjadikannya sosok kakak sempurna.

Semua berubah ketika mereka mulai mengenal yang namanya cinta. Dan hanya Tuhan Yang Tahu mengapa cinta mereka diturunkan pada orang yang sama.

Siapapun tahu betapa matchingnya Risa dan Krisna. Mereka punya hoby yang sama, naik gunung, camping, hiking dan outbound activity yang lain. Selera musik dan makanan kegemaran pun sama.

Seyakin Krisna mencintai Risa, begitu pulalah keyakinan Risa mencintai Krisna. Orang-orang mengira mereka pacaran. Hingga suatu malam, Reva mendekati Risa.

“Ris...” Paggilnya pada Risa yang sedang sibuk dengan buku-bukunya. Mendekati UN, Risa memang kelabakan. Ia dikaruniai otak cerdas, tapi ia terlalu sibuk wira-wiri untuk hal lain dari pada sekolah.

“Ya?” Berbeda dengan Reva yang selalu bertubuh lebih lemah. Ia mengejar ketinggalan pelajaran yang tak ia hadiri karena sakit dengan caranya sendiri. Tetap tenang dan lembut.

“Kamu dan Krisna pacaran?

“Kok tiba-tiba nanya gitu?”

“Aku... Aku... “ Reva tergagap. Risa mengalihkan perhatiannya dari buku ke wajah Reva. Dan ia terpana menyadari apa yang ada di balik wajah yang bersemu merah itu.

“Kamu suka ma Krisna?”

Reva membenamkan wajahnya ke bantal biru milik Risa. “Kok kamu tahu.. sih...”

Risa kehilangan kata-kata. Ia sendiri sangat mencintai Krisna. Namun tegakah ia untuk menyakiti hati kembarannya? Tidak mungkin. Reva terlahir dengan jarak lima menit lebih dahulu. Itu artinya, Reva adalah kakaknya. Sebagai seorang adik, ia wajib mengalah untuk Reva. Risa merangkul Reva. “Aku bahagia mendengarnya... “

Reva menatap Risa, “Benarkah? Tapi kalian tidak pacaran?”

Risa menggeleng, meskipun itu sungguh menghancurkan hatinya.

***

“Reva menyukaimu.” Kata Risa tanpa basa-basi sore itu selepas jam sekolah.

Hari ini Reva sakit lagi. Ia tak masuk sekolah. Risa memutuskan untuk membantu Reva mengungkapakan perasaannya pada Krisna.

Krisna menatapnya dalam. Ia berdeham sebelum menjawab, “Tapi kamu tau, aku menyukaimu.”

Risa memalingkan wajah. “Aku tidak penting, Kris...”

“Kau penting bagiku, Cha.”

“Kalau aku penting bagimu, kau akan mendengarkanku sekarang. Kau penting bagi Reva. Kau adalah dewa di matanya. Kau adalah satu-satunya obat yang dibutuhkan Reva.”

Krisna tak menjawab.

Risa meninggalkannya. Dan tekad itu muncul. Selepas kelulusan, ia akan meinggalkan Surabaya. Meninggalkan Krisna, supaya cowok itu tak perlu memikirkannya.

Waktu yang tak berpihak
Risau hati jangan kau lihat
Dalam enggan janji ingatkan
Satu s'lalu arah harapan

***

“Mana Krisna?” tanya Risa sore itu dengan sebuah novel di tangannya pada Reva yang sedang asyik nonton DVD, “tumben malam minggu nggak ngapel...?”

“Dia naik gunung.”

“Oh ya? Gunung mana?” Tiba-tiba Risa gatal ingin naik gunung juga,  tapi ditahannya rasa itu, karena ia tak ingin terlalu banyak berada di dekat Krisna. Sudah sebulan ia pulang ke Surabaya ini, namun hanya satu kali ia melihat Krisna, yaitu saat cowok itu menjemputnya di Stasiun bersama Reva.

“Rinjani katanya... atau mana, aku lupa.”

Reva tetap tak mengalihkan matanya dari DVD yang menayangkan serial korea. Risa memutuskan untuk meninggalkannya. Tepat saat telepon berdering. Risa mengangkatnya dan ia pucat pasi. “Apa, Pak? Krisna hilang?”

Reva dan Risa berpandangan. Reva mendekat. “Oh Tuhan... Apa katanya?”

“Ayah Krisna bilang ada telepon dari grup Krisna. Mereka tidak menemukan Krisna dalam grup.” Kata Risa dengan suara bergetar. Sebulir airmata turun membasahi pipinya. “Bagaimana ini, Va... Aku sanggup kehilangan dia untukmu... tapi aku tak sanggup kehilangan dia dengan cara ini...”

Reva kaget melihat Risa menangis, “Cha, kamu juga...? Oh Icha.... Maafkan aku...” Reva tersadar betapa Risa mencintai Krisna, ia memeluk Risa yang kini terisak.

Mereka masih bertangisan dengan pikiran masing-masing ketika bel pintu berbunyi.

Risa menyeka airmatanya dan berjalan ke pintu. Di sana, telah berdiri sesosok tampan yang beberapa menit yang lalu dikabarkan hilang. Risa ternganga. “Kris... na..”

Krisna tertawa memeluknya. “Aku sungguh tak tahu harus dengan cara apa supaya membuatmu mengakui semua ini.”

Risa bingung, “Tapi... Reva...?”

Reva tersenyum lembut, “Surprise....!” Katanya ringan.

Risa kehilangan kata-kata. Yang berputar-putar dan menari di otaknya hanyalah bintang-bintang.  Lagu Boomerang, terdengar mengalun manis dari MP3 milik Krisna.

Agar selalu terucap
Ungkapkan penuh hasrat
Rasa ini jangan pernah berakhir
Genggam erat hatiku
Raih juga tanganku kekasih

Aku kembali

***

This story inspired by Kembali-Boomerang


 
 
Lagi lebay ><....!

No comments:

Post a Comment