Bali... Sejak zaman dahulu kala aku sudah terpesaona. (tepatnya kapan, itu buat rahasia :))
Saat Buku Karenina Singa Bauhinia meledak, bahkan pemberitaan di Luar negeri dan dalam negeri terus mengalir. Ada rasa takut... takut bahwa karyaku dibicarakan karena keanehannya. Seorang Babu melahirkan buku. Itu sudah sangat aneh di mata orang-orang.
Namun lama-kelamaan aku menikmati. Secara tidak langsung buku ini terpublikasi dengan baik. Bahkan banyak orang -- bukan hanya BMI, mulai mencari. Terakhir aku mengirimkan buku ini pada Profesor Makoto Ito, seorang peneliti BMI di Jepang. Dengan begitu bertambah panjanglah daftar negara yang sudah terdapat penggemar Karenina. (cieee...)
Selain Hongkong dan Singapore. Juga Korea, Taiwan, Amerika, Inggris Raya, Nederland, Philipina, Mesir dsb. (Di Ubud seseorang dari Australia menemuiku dan membeli buku ini langsung. Luarbiasa.)
Kemudian suatu ketika di bulan Maret 2011, Janet DeNefee, founder UWRF mengirim pesan via inbox. Ia melihat berita tentangku dan buku KSB di The Jakarta Post. Menanyakan kesediaanku untuk hadir di Festival di Ubud Bali ini. Aku langsung mengiyakan. Dan mengalirlah email demi email dari panitia.
Tiket Garuda PP Yogyakarta-Denpasar telah disediakan panitia. Begitu juga Akomodasi. Aku mendapat jatah penginapan di Villa SOULSHINE di Lod Tunduh, Ubud.
Tanggal 5, jam 1 pagi aku berkendaraan motor menuju Bandara Adi Soetjipto, mengejar penerbangan jam 8 pagi. Tiba di Bali 1 jam kemudian... jam 10 pagi. (ada perbedaan waktu 1 jam antara Jogja dan Bali). Di Bandara Ngurah Rai, aku dijemput oleh Pak Parma. Yang langsung mengantarkan aku ke Villa yang ternyata milik seorang penyanyi USA, Michael Franti. Seorang penyanyi aliran Reggae yang lirik lagunya mayoritas tentang kemanusiaan.
Villa yang terletak jauh menjorok ke dalam ini susananya tenang banget. Sengaja tidak disediakan televisi di kamar. Hiburan satu-satunya hanya suara gemericik air gunung yang mengalir ke sungai di bawah Villa. Alirannya kecil tapi konsisten. Ada terus.
Ada Wi-Fi di cafe tapi aku lebih memilih ngadem di kamar memakai modem. Kamar dengan double bed ini aku tempati sendiri. Aku kadang melihat penghuni hotel lain tapi benar-benar tak sempat menyapa karena aku harus berlari-lari mengejar jam panel dan diskusi.
Main venue ada di Jalan Sanggingan. sekitar 15 menit naik motor sewaan dari Lod Tunduh. Yep. Aku memang terpaksa menyewa motor karena di Ubud ga ada angkutan umum. Kalaupun ada, itu berupa Taxi. Tapi jangan mencari taxi yang berupa mobil berplang TAXI di atasnya. Taxi di sini adalah mobil-mobil pribadi yang ditawarkan oleh 'yang punya' untuk transport tamu. Tapi karena kantongku cekak,.. ga mampu bayar Rp. 50.000/trip jarak jauh dekat sekitar Ubud. Aku memilih menyewa motor yang murah meriah. Rp. 35.000 udah bisa jalan sehari-semalam.
Festival ini Luarbiasa keren! Saking padatnya acara panel diskusi sampai benar-benar ga ada waktu untuk Shopping. Boro-boro jalan-jalan... huuuuh.... Padahal udah di Bali. Tapi karena niat kedatangan kali ini adalah menuntut ilmu. Maka terpaksa menerima kenyataan... :'(
Bahkan ada rasa beraaaaaaaaaat saat tanggal 9 harus meninggalkan Ubud... Meninggalkan Bali... Diantar oleh Pak Agung (provide dari Villa) ke Bandara Ngurah Rai. Mengejar penerbangan Garuda Indonesia jam 3.15 ke Jogja.
-oOo-
Lik shopping nang bali inget genduk yo mbak Ness, hehe ^^
ReplyDeleteMbak, mana review pas acara mbakyuuu, pengen tau ceritanya pas acara, hehe *pengen nguping
iya... belum. nunggu mood berikutnya *plak!
ReplyDeleteliputan tentang JMA paling ditunggu, hahhaha
ReplyDeleteworo2 nggih mbak kalau wis posting
agak ga tega ngliputnya
ReplyDelete