About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Thursday, July 5, 2012

[ARTIKEL SATELIT POS] Mau Launching Sempat Ditahan Di Bandara

Nessa Kartika, mantan TKW asal Singapura saat ini menjadi penulis buku
BANYAK yang beranggapan bahwa menjadi buruh migran adalah pekerjaan yang tidak berkelas. Namun paradigma itu dipatahkan oleh Nessa Kartika dengan prestasi yang diraihnya. 
Sejak lulus SMK pada tahun 2002 lalu ia memutuskan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong. Sebelum terbang ke negeri tetangga ia sempat bekerja sebagai buruh pabrik garmen di Bandung selama setahun. 
Menjadi buruh dalam negeri tak menjadi kepuasan baginya sehingga dengan menggunakan jasa PJTKI ia memutuskan untuk bermigrasi ke Hongkong setelah tiga bulan sebelumnya berada di penampungan Cengkareng, Jakarta. 
Keberanian mengunjungi negeri tetangga dilakoninya dengan prihatin karena sejak kecil Nessa telah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya karena bercerai. 
Semasa bersekolah di MI dan SLTP Muhammadiyah 1 Wonosobo ia sering terpilih mewakili sekolah untuk mengikuti lomba mengarang dan beberapa kali berhasil meraih juara. 
Pesawat melaju dengan kencang hingga akhirnya mendarat dan memerkenalkan Nessa pada lingkungan baru. Hongkong menjadi negara yang meninggalkan sejuta kenangan bagi Nessa, karena disanalah nasibnya terbilang tidak baik. Bisa dibayangkan perlakuan sang majikan kepada TKW baru asal Indonesia. 
"Sempat menjadi korban kekerasan dari majikan. Baru kerja 15 bulan saya minta pulang. Bos watu itu usahanya sedang bangkrut jadi stress dan sering memukuli saya dan istrinya," kata Nessa. 
Sepulang dari Hongkong, ia kembali ke kampung halaman, Wonosobo. Kota asri yang memerkenalkannya menjadi penyiar di sebuah stasiun radio swasta. Dari situlah nama Nessa Kartika melejit. Wanita kelahiran 27 Mei 1983 ini memunyai nama asli Anissa Hanifah.
Setelah memutuskan menikah pada tahun 2004 ia memutuskan untuk kembali bekerja menjadi TKI. Tentu atas persetujuan dari suami dan seorang anaknya. Kali ini Singapura menjadi negara tujuannya. Ternyata kekerasan yang dialami sebelumnya tak menjadikan Nessa menyerah pada nasib demi mencukupi kebutuhan keluarga.
Beruntung baginya di negara yang kedua ini ia dipertemukan dengan majikan yang baik. pekerjaan utamanya hanya mengurus orang jompo. Setelah waktu kerjanya senggang Nessa diizinkan menggunakan komputer milik sang majikan untuk menulis dan membaca artikel di internet. 
"Pas jadi TKW di Singapura saya menjaga seorang kakek. Biasanya setelah semua kebutuhan kakek terpenuhi dia banyak istirahat. Saat itulah saya bisa menggunakan menggunakan internet. Itung-itung mengasah ilmu komputer waktu SMA," kata Nessa. 
Awalnya facebook yang menjadi media pertama untuk mempublikasikan tulisannya selain sebagai alat komunikasi dengan suami dan anak. Melaui media itulah tulisannya banyak dibaca banyak orang baik di dalam maupun luar negeri. Lantas beberapa lomba menulis melalui media maya juga dilakoninya.
Dengan didukung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura kemudian ia membuka hotline melalui surat kabar secara konvensional maupun email. 
"Lewat cara itu seharusnya dapat mendorong kawan-kawan TKI untuk untuk mengabadikan pangalaman lewat tulisan. Sayangnya waktu itu belum banyak yang menanggapi," ujar Nessa. 
Hingga pada tahun 2011 lalu mengikuti lomba cerpen Bilik Sastra yang diselenggarakan oleh Radio Republik Indonesia (RRI). 
"Alhamdulillah dilomba itu karya saya menjadi pemenang kedua dan hadiahnya dapat tiket pulang peri Singapura-Jakarta. Selain itu juga juga akomodasi untuk menghadiri sidang bersama DPR dan DPD RI serta menjadi tamu undangan upacara bendera 17 Agustus di Istana Merdeka," kata Nessa. 
Sejak itulah banyak prestasi yang diraihnya. Bersama penulis terkenal dari dalam dan luar negeri ia berkesempatan menjadi peserta Ubud Writers and Readers Festival di Bali. 
"Saya tak menduga seorang babu bisa menulis juga. Lewat tulisan itu saya berharap akan banyak orang yang perhatian terhadap buruh migran," katanya saat ditemui di pameran BMI di LLPM UNSOED, Rabu (3/7)
Kini sudah empat buku yang diterbitkannya, bahkan untuk buku perdana yang terbit mencapai 3000 eksemplar. Tak hanya itu, ia juga menulis di puluhan antologi puisi dan cerpen bersama para buruh migran yang lain. Karena Nessa dipercaya menjadi ketua Buruh Migran Indonesia (BMI) Indonesia untuk Singapura.
Sempat ia melaunching bukunya di Malaysia. Cerita unik pun disampaikannya saat berkunjung ke Malaysia. 
"Saya sempat ditahan di Bandara Yogyakarta selama setengah jam karena dianggap mantan TKW yang aneh. Petugas di bandara tidak percaya kalau mantan babu seperti saya juga menjadi penulis. Lalu mereka percaya setelah saya tunjukan tiket dan buku-buku hasil karya selama menjadi TKI," kata Nessa. 
Kini dari hasil penjualan bukunya ia telah mampu mendirikan rumah baca "Istana Rumbia" dan menjadi penata rias pengantis. Menjadi buruh migran dulu juga dilakoni sang ibu yang kini mendirikan home industri untuk produksi makanan ringan. 
Menulis hingga kini masih terus dilakoninya bahkan apabila ada kesempatan lagi pun ia ingin kembali menjadi TKW. 
"Kalau jadi TKW lagi saya bisa tahu kondisi mereka sehingga dapat dituangkan ke dalam tulisan. Dan akan banyak orang yang tahu bagaimana menjadi buruh migran sebagai pahlawan devisa seperti penobatan yang diberikan kepada saya," kata Nessa. (fitri nurhayati)

Feature di Korane Wong Ngapak, SatelitPost
Kamis, 5 Juli 2012

No comments:

Post a Comment