About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Tuesday, July 10, 2012

[ARTIKEL TAMAN PLAZA] Memandikan anak jalanan dengan tangannya sendiri


·                   Inspirasi wanita Tabloid Taman Plaza edisi Juli-Agustus 2012


Wakil Bupati Kabupaten Wonosobo :
MAYA ROSIDA
  
Mencapai usia 187 tahun Kabupaten Wonosobo yang makin sukses membangun, ternyata menyisakan beberapa bagian yang tak seimbang sebagai kota kecil, yaitu keberadaan anak jalanan yang angkanya mencapai lebih dari 100 orang. Apakah Pemerintahan Kholiq-Maya melewatkan aspek ini? Bagaimana Ibu Wakil Bupati, Maya Rosida menyikapi hal ini?
Pada (13/7) Taman Plaza mendapat kesempatan untuk meliput langsung dialog Ibu Maya dengan anak-anak jalanan yang tergabung dalam FKJM. Forum Komunitas Jalanan Merdeka yang dikoordinir oleh Wheny Avatar, mantan anak jalanan yang kini menjadi pembina anak jalanan.
Anak jalanan identik dengan predikat sampah masyarakat, pengangguran, pemalas padahal ada hal lain yang menjadi akar persoalan anak-anak tersebut sehingga akhirnya harus berkeliaran di jalanan. Ibu Maya mengategorikannya menjadi 4 (empat), di antaranya karena masalah ekonomi, anak tersebut meninggalkan atau ditinggalkan oleh keluarganya, meninggalkan sekolahnya dan mempunyai kegiatan keseharian yang rutin di jalanan.
Anak-anak jalanan itu memiliki berbagai masalah, seperti pendidikan, kesehatan dan alih profesi. Menurut Ibu Maya, Pemerintah Kabupaten Wonosobo bekerjasama dengan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Pemberdayaan Perempuan dan Anak telah menerapkan program-program Pemerintah yang teraspirasi dari kebutuhan dan permasalahan anak jalanan dan akan dimasukkan dalam program tahun 2013. Tujuannya supaya sinergisitas dapat terjalin dengan baik dan hak anak dapat diakomodir oleh Pemerintah.
Peran Dinas Sosial sendiri diakui oleh FKJM sangat membantu, selain menerbitkan surat-surat keterangan (Jamkesmas, Surat Miskin, Askes) yang dapat membantu jika ada anak-anak yang sakit dan harus dirawat di RS. “Satu hal yang memprihatinkan adalah saat kami kehilangan salah satu teman kami, dia menderita komplikasi gagal ginjal dan lain-lain, terlambat diketahui dan ditemukan sudah menjadi mayat di dekat gereja Jalan Bhayangkara.”
Namun diakui oleh FKJM, semua bukan hanya kesalahan Dinsos atau Dinkes, karena memang kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dari para anak jalanan itu sangat minim. Seperti contoh, biasanya mereka datang ke seminar-seminar tentang AIDS dan Penyakit Menular Seksual yang diadakan oleh instansi-instansi maupun LSM, namun saat ditawari untuk melakukan check-up mereka tidak mau. Pemeriksaan tersebut memang tidak dipungut biaya dan juga dijamin kerahasiaan identitas, namun dari anak jalanan pribadi yang menolak karena sudah takut duluan dengan hasil yang akan diterima.
Padahal jika pun kemudian diketemukan penderita AIDS di antara anak jalanan, Pemda akan tetap mendampingi. Seperti saat mendampingi penderita AIDS yang kemudian bahkan Pemerintah dapat membantu menikahkan sesama penderita AIDS laki-laki dan perempuan.
Diharapkan dengan adanya keterbukaan seperti itu, resiko penularan AIDS dapat dicegah. Karena jika tidak diperiksakan dan kemudian penderita positif HIV yang tidak tahu bahwa dia positif, kemudian berinteraksi dengan yang masih sehat justru berbahaya.
Dinsos juga telah membantu memasukkan beberapa anak tunawisma ke panti-panti asuhan. Seperti anak jalanan bernama Fahrul, orangtuanya yang berasal dari Kecamatan Leksono tidak jelas keberadaannya. Oleh Dinsos, Fahrul telah dimasukkan ke Panti Asuhan Mardi Yuwono, namun akhirnya Fahrul memilih untuk pergi dari Panti dan tidak pulang, akhirnya kembali berkeliaran.
Bu Maya pernah memergoki Fahrul satu kali di kota dan membawanya pulang ke Rumah Dinas Wakil Bupati, memandikannya, memberinya makan dan memberinya uang, bahkan ditawari untuk menjadi anak asuh Bu Maya, Fahrul sempat mengiyakan, namun setelah itu Fahrul menghilang lagi.
“Fahrul itu jiwanya masih anak-anak sekali. Jika ada yang berusaha memberinya bimbingan, dia mengiyakan, tapi dia kembali pada keasyikannya bermain di jalan,” kata Bu Maya prihatin.
Ditanya soal komunikasi dan pendekatan pemerintah kepada anak jalanan sehingga mereka tidak lagi berkeliaran di jalan, Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah bekerjasama dengan berbagai pihak seperti GNOTA untuk mendorong anak-anak yang masih usia sekolah untuk kembali belajar melalui kejar paket, diantaranya dari GOW dan PKBM.
Selain itu ada beberapa project pilot pelatihan-pelatihan seperti UMKM, penjahitan, bengkel dan sebagainya yang akan diberikan bantuan alat produksi sebagai stimultan usaha. Tujuannya supaya anak-anak jalanan tersebut meningkat kesejahteraannya, mentas dari jalan karena mempunyai profesi dan pendapatan dari usaha mandiri.
Hal ini cukup sukses menarik anak jalanan untuk mandiri, di antaranya Agus yang sudah 3 (tiga) tahun ini membuka usaha produksi susu kedelai dengan 2 (dua) karyawan dan Wheny serta istrinya yang berjualan buntil (olahan sayur daun talas) dengan pemasarannya dibantu oleh GOW.
Anak-anak jalanan cukup mengeluhkan adanya penggarukkan secara kasar yang dilakukan oleh Satpol PP setiap saat, terutama menjelang penilaian Adipura, Ramadan dan Lebaran, ada tamu pemerintah, dll. Untuk anak-anak yang punya usaha seperti berjualan asongan bisa lolos, namun untuk pengemis, pengamen, penganggur dan lain-lain biasanya sampai harus mendekam di tahanan. Untuk ini Bu Maya berjanji akan mendata dan membuatkan kartu tanda identitas kepada seluruh anak jalanan tersebut, sehingga jika ada penggarukkan, anak-anak tersebut dapat ditangani dengan benar.
Shelter anak jalanan Wonosobo masih di rumah pribadi milik Wheny di Sirandu. Beberapa yang tinggal di situ adalah tunawisma, dan atau anak-anak yang terusir dari tempat tinggalnya. Ada yang diusir dari kontrakannya karena pemilik kontrakan tidak suka satu kamar dihuni oleh beberapa anak sekaligus.
Sesuai dengan isi pasal 33 UUD 1945 seharusnya yatim piatu dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Menurut Bu Maya, “sebagai Kabupaten layak anak, program Pemerintah Kabupaten Wonosobo pun diharapkan bisa diimplikasikan ke anak-anak jalanan. Namun memang anak jalanan bukan hanya masalah pemerintah, karena kemauan anak satu dengan yang lain berbeda-beda.”
Ibu Maya Rosida menutup pertemuan dengan memberi dukungan terhadap cita-cita para anak jalanan. “Kesuksesan adalah semangat dari kita sendiri. Semoga dengan adanya dialog berkesinambungan antara anak jalanan dengan Ibu, akan ada perubahan paradigma bahwa anak jalanan bukanlah beban, tapi asset pembangunan.” [NeKa]

1 comment:


  1. LegendaQQ.Net

    Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang LEGENDARIS !!!
    Min Depo 20Rb !!!
    Kartu Para Sang LEGENDA !!!
    WinRate Tertinggi !!!


    Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :

    - Domino99
    - BandarQ
    - Poker
    - AduQ
    - Capsa Susun
    - Bandar Poker
    - Sakong Online

    Fasilitas BANK yang di sediakan :

    - BCA
    - Mandiri
    - BNI
    - BRI
    - Danamon

    Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan diri anda di Legenda QQ

    Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama kami !!!
    Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar" nya !!!

    Contact Us :
    + live chat : legendapelangi.com
    + Skype : Legenda QQ
    + BBM : 2AE190C9

    ReplyDelete