About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Wednesday, August 3, 2011

3 Ramadan ~ Berbeda Pendapat itu Sah.


Hari ketiga puasa sungguh melelahkan pikiranku.

Dari pagi hingga sore hari, amarahku nyaris meluap karena begitu tertekan oleh postingan kawan-kawan di sekitarku. Hingga nyaris membuat puasaku batal.

Bagaimanapun, berbeda pendapat itu sah-sah saja... Tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Menerima atau tidak menerima.

Betapa di saat tidak berpuasa saja, sudah sangat sulit untuk mengontrol emosi dan menahan diri agar kepala tetap dingin. Namun saat berbagai upaya telah dicoba untuk menenangkan dua pihak yang berargumen dan hasilnya malah membuatku terjepit di tengah-tengah dengan tuduhan yang tidak benar sama sekali. Cara yang terbaik adalah mundur teratur dan merapal dalam hati, "puasa... puasa..."

Alhamdulillah, hanya dengan mengingat bahwa aku sedang puasa, puasa hari ketiga ini dapat kujalani hingga tuntas.

Sungguh berat menanggung tanggung jawab sebagai pemimpin, baik dalam arti pencipta sebuah grup, pengasuh sebuah acara, maupun menuliskan sesuatu yang dibaca orang lain.

Semoga segala upayaku bermanfaat. Semoga apa yang kutulis dan kuciptakan mendapat berkah dari Allah.

Amin.

-oOo-



Tuesday, August 2, 2011

2 Ramadan ~ Nyaris Bikin Kopi

Singapore panas sekali. Bahkan baby majikanku pun dari pagi hanya berleha-leha saja, malas bermain-main. Biasanya kalau cuaca tak sepanas ini aku dan dia asyik bermain lego, atau Thomas train set-nya.

Hari ini agaknya virus malas melanda kami berdua.

Setelah menyuapinya makan siang, dia kembali tiduran sambil nonton TV. Asyik lah... jadi kesempatanku untuk main Fesbuk.

Saking otomatisnya, sambil menunggu komputer loading aku pergi ke dapur. Kuambil cangkirku dan sebungkus kopimix 3 in 1 dari kabinet dapur. Hampir saja kusobek bungkus Kopimix itu ketika mataku tertuju pada jadwa Imsakiyah yang kupajang di pintu kulkas.

Astaghfirullah al-adzim...!

Aku puasa....

Memang semalam aku tidak sahur lagi, bahkan Ghara tak sukses membangunkan aku dengan miskol dan SMS ke Hapeku. Mungkin karena kebiasaan begadang hingga jam 2 pagi, hingga terasa sangat sulit untuk bangun jam 4-5 untuk sekedar makan sahur.

Untung saja sebelum tidur selalu kuniati untuk puasa esok hari.

Meskipun menurut hadist kalau lupa itu rejeki, alias tak apa teruskan saja puasanya. Tetap saja aku tak enak hati. Untung saja aku tidak jadi bikin kopi. Semoga puasaku lancar hingga bedug Maghrib nanti.

Amin.

-oOo-
 
View Image

Monday, August 1, 2011

Ready for a great big hug part 5

Berkah di Awal Ramadan

Bulan Ramadan ke-lima aku di Singapura segera datang. Begitu juga rencana kepulanganku yang maju mundur akhirnya tidak memungkinkan lagi untuk diundur-undur. Kenapa? Karena Work Permit alias Ijin Kerjaku di Singapura hanya sampai tanggal 17 Agustus 2011  saja.

Merdeka Indonesia, merdeka juga diriku. (Apakah Indonesia sudah merdeka?)

Akhir bulan Juli, majikan menghitung lagi semua sisa uang dan lalu menyuruhku booking airticket. Aku langsung membuka Yahoo! Travel. Dalam sekejap aku dapat tiket penerbangan ke Solo. Jam 12 siang Singapore-Jakarta dengan Philipine Airlines, menunggu transit selama 3 jam di Soekarno-Hatta dilanjutkan penerbangan dari Jakarta ke Adi Sumarmo sorenya. Kira-kira sampai di Solo pada waktu tepat buka puasa.

Biasanya aku lewat Jogja, namun kali ini aku lebih memilih lewat Solo karena begitu banyak orang yang ingin kujumpai di Solo sebelum aku pulang ke Wonosobo. Keluargaku justru akan menjemputku di Semarang pada tanggal 20 Agustus karena sekalian menjemput adik perempuanku, Lupi, yang juga pulang ke Indonesia dari Singapore. Adikku menumpang Batavia Air ke Bandara A.Yani Semarang. Rencanaku, aku menunggu jemputan dan adikku dari Penampungan PT-ku dulu, PT Graha Indra Wahana Perkasa Semarang.

Ingin kami sih pulang bersama-sama, namun apa daya Work Permitku finish sebelum tanggal 20.

Setelah semua siap, dan rencana kopdar dengan teman-teman matang. Aku pun hanya disibukkan dengan kegiatan mengepak barang. Termasuk order 2 box jumbo untuk membawa sampahku dari Singapura. Banyak ya...? Aku juga tak menyangka aku punya begitu banyak barang. 4 tahun lebih di Negeri Singa sungguh waktu yang terasa amat singkat.

Siang itu, aku sedang sibuk mencari-cari Jadwal Imsakiyah untuk ku share di grup-ku BMI Singapura, saat aku memperoleh notifikasi twitter di emailku dari bunda Pipiet Senja.

Anehnya, bunda malah menyelamatiku. "@Nessakartika Ini Nessa Singapore? congratzz!"

Aku mengerutkan kening.
Kok bunda tiba-tiba kasih selamat? Aku menang apaan?

Segera aku balas twitter bunda, juga kuinbox FB bunda. Bunda memberitahu aku bahwa cerpenku terpilih sebagai cerpen terbaik VOI RRI bersama Mbak Nadia Cahyani, BMI Hongkong.

Aku langsung sujud syukur. Subhanallah Walhamdulillah Wa Lailaha ilallah Allahuakbar.

Sungguh berkah awal Ramadan yang tak kuduga.

Apalagi setelah aku tahu hadiahnya,
Mendapatkan hadiah tiket Jkt-HK pp utk Nadia Cahyani, dan Jkt-Sgp pp utk Nessa Kartika. Menginap 3 malam di Hotel Sultan, ikut perayaan 17 Agustus di Istana Merdeka.

Luar Biasa...

Selanjutnya aku berhubungan via FB dengan Pak Kabul Budiyono. Bagaimanapun aku bingung dengan tiket yang sudah terlanjur dipesan... Apakah mungkin majikanku akan mengijinkan aku pulang 2 hari lebih awal?

Aku sudah bicarakan dengannya, responnya kurang menyenangkan. Kalaupun gajiku dipotong untuk ganti uang tiket aku tidak peduli.

Doakan semoga pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura bisa me-nego majikanku.... ya....
Aku sungguh ingin hadir di acara yang rencananya dari tanggal 15-18 Agustus ini.

Berkat cerpen gagal aku bisa ikut Detik-detik proklamasi di Istana Negara??? FFuuuuiiihhh.... pernah ngimpi aja nggak!

Untuk itu, aku akan terus mencatat perjalanan ini... Hanya satu yang kuinginkan dari kalian pada endingnya nanti, sebuah PELUKAN. :)

Ready for a great big hug Part 4

Bedah Cerpen Live vs Kemrontangan Panci

Suatu hari Minggu yang cerah di bulan Juni, aku dihubungi bunda Pipiet Senja.
"Nanda... nanti Bilik Sastra akan hubungi kamu ya...."
Begitulah kata bunda.

Saat itu aku sedang repot-repotnya momong baby plus emak-bapaknya... Secara, Minggu gitu loh... Tugas Negara. Mungkin sedunia Singapura hanya aku TKW yang ga ada offday-nya tapi tetap bisa bebas ke dunia maya dan sekitarnya ahahahahaha... Jadi aku minta ijin majikanku. Aku bilang, "Mam, later two o'clock my family will call me... I need to talk important."

Majikanku ijinin. Syukurlah...

Ada sedikit hambatan saat itu.

Bunda saat itu berada di tempat yang jauh dari teknologi, katanya. Jadi cerpen susi-ku yang sekitar 8 halaman itu terpaksa harus ku kirim ke bunda via SMS... fuihhh... bayangin, berapa SMS aja tuh... :D

Agak siangan, jam satuan. Muncul panggilan dari nomer Indonesia. Ternyata dari pihak Bilik Sastra yang memberitahuku kalau cerpenku Kelereng Putih akan dibedah nanti jam dua. Aku disuruh memilih via phone atau via skype. Karena hari Minggu aku ga punya akses ke Internet, komputer dipake majikan semua. Di hari biasa sih mereka bawa laptop kerja, dua kompi tetap di rumah yang aku bisa pakai sekenyangnya. Jadi aku pilih via telpon aja. Aku mojok ke dapur biar bisa ngomong bebas nggak diganggu-ganggu... (Inem pelayan seksi gitu loh...).

Aku benar-benar gugup plus senang dan terharu. Aku memang anak seorang penulis, pernah ikut acara bedah buku milik Ibuku juga sebelumnya, tapi ini pertama kalinya karyaku yang dibedah. Ah... Nervous...

Aku tak pernah menyangka aku akan menjadi penulis, dan masih ragu akankah tetap menulis setelah pensiun dari TKW seperti ibu. hahaha.

Aku mulai menulis karena dorongan dari Budhe Mega Vristian dan peluang dari Bang Dang Aji yang terus mengadakan lomba-lomba. Kalau diingat tulisanku yang pertama kali dibukukan di Buku 30 HDC versi Hongkong, aku meringis. Kacau balau... Jangan tanya soal EYD! *Untung diotak-atik ma editor dulu ... sungguh memalukan...

Soal cara mengattach naskah, cara memberi nama naskah dan sebagainya, aku mencuri ilmu dari Akhi Dirman waktu tak lolos antologi "Persembahan Kupu-kupu". Pokoknya aku belajar dari kesalahan. Belajar juga dari kritikan! Itulah yang membuat aku jadi aku yang sekarang.

Saking gugupnya aku telpon Mbak Myra-teman ngapakku- yang dengan setianya mendorong semangatku. Tapi... Dasar Mbak Myra. Saat itu dia sedang kerja juga, cuci piring, cuci panci... dan mungkin sambil dibanting-banting... Hahaha... soalnya ribut benerrrr....

Bahkan saat kemudian Bilik Sastra menghubungiku lagi setelah cerpen dibacakan, lalu aku ditanya-tanya behind the story cerpen Kelereng Putih itu, (baca di Part 3) suara panci Mbak Myra yang ku conference call lebih keras dari suara kerenku!


Setelah bedah cerpen selesai, aku lega dan bangga banget. Sebagai mantan orang Radio, ini pertama kalinya seumur hidup aku-lah yang jadi topiknya. Dan didengarkan oleh BMI sejagad. Fffuuuahhhh... Anazkia, BMI Malaysia, tuh salah satu yang ikut dengerin....

Indonesia... I love U

*nggak lupa abis itu aku langsung ngomel ke Mbak Myra... wakakakakakaka...

PS : Aku ga pernah menyangka kalau cerpen-cerpen yang masuk VOI RRI akan dilombakan...! Swear...!

1 Ramadan ~ Ketinggalan Nasi Melayu

Kruuucccuk....

Bunyi juga perutku karena mulai lapar. Jam di Kompi menunjukkan pukul 6.30. Niatku membeli makan di kedai Melayu pasar Teck Whye. Namun seperti bulan lainnya, setiap Senin-Rabu aku punya jadwal kelas yang tak mungkin kutinggalkan dari jam 4-6. Entah mengapa hari ini kelas molor. Hingga jam setengah tujuh masih belum menunjukkan akan bubar.

Mungkin karena seluruh pesertanya pikir sekalian mau ngabuburit. Daripada waktu dihabiskan untuk hal yang tak karuan, mereka memilih untuk tetap meneruskan kelas. Akhirnya aku cuma bisa berdoa supaya ada yang bisa kubeli nanti, karena nenek majikan selalu mencampur babi saat memasak apapun. Biasanya aku diam saja dan juga diam-diam masak magi mi, namun di hari pertama puasa dan hari pertama bulan Agustus... Artinya, habis gajian. Aku ingin makan enak.

Ketika kelas akhirnya diumumkan bubar tepat pukul 6.45. Aku segera menyambar kunci rumah, memberitahu pada nenek kalau aku mau pergi beli nasi dan keluar.

Jalanan sepi, membuat aku berjalan sradak-sruduk tak ada yang peduli. Dalam bayanganku hanya secepat mungkin tiba di kedai Melayu. Kuterobos orang-orang yang memadati kopitiam untuk makan malam. Aku menuju kedai melayu di kopitiam ketiga di pasar Teck Whye. Hanya disitu ada kedai Melayu.

Namun alangkah kecewanya aku saat melihat warung sudah ditutup.

"Ke mana, Nduk?" Tanya Siti temanku kompleks sebelah yang sedang mengantri Wantan Mee  untuk makan malam majikannya.
"Beli Nasi Padang..."
"Udah tutup jam 6."
Aku mengangguk kecewa, "iya aku tau," jawabku lemas.

Tanpa berkata apa-apa lagi aku meninggalkan Kopitiam itu. Lalu membeli Fried Chicken Wing Rice seharga $3.20 dari kedai Western food. Menyesali pilihan menu berbukaku dalam hati karena bukan makanan yang kuinginkan.

Setiba di rumah tepat pukul tujuh, kumandikan baby majikanku, lalu aku sendiri mandi. Setelah siap aku pun menyuapi baby sambil aku sendiri mulai berbuka puasa.

Sebuah tanda merah notifikasi di facebook--komputer dan facebookku terbiasa on sepanjang siang sampai majikanku pulang--membuatku tergerak untuk membukanya.

Salah satu notifikasi terbaca Komunitas Sastra C***** tagged photos of you. Dengan cekatan ku-klik hingga terbuka. Lalu terpampanglah foto temanku, seorang pemulung yang juga penulis. Foto-fotonya di tempat pengumpulan rongsok, tempat tidurnya yang hanya sebuah kamar sempit 2x3 meter... dan segala hal tentang dia. Dan tertulis keterangan bahwa dia baru saja terpilih sebagai Pembaca Teladan Perpustakaan Daerah Cianjur. Airmataku jatuh menitik...

Bukan karena aku tak suka, namun karena aku sungguh tak tahu diuntung. Aku tidak berani bertanya Imut--teman pemulungku yang penulis, bukan nama sebenarnya-- makan apa. Sungguh aku tak tega. Pikiranku melayang ke seluruh muslim yang kurang beruntung dan tiba-tiba aku merasa kacau balau.

Suatu rasa syukur yang menyesakkan dadaku. Ya Allah... alhamdulillah masih kau beri aku segala nikmat yang sempurna. Aku tak akan mengeluh lagi. Tunjukkanlah aku jalan yang lurus, Ya Allah.
 
-oOo-