Semua berawal dari satu kalimat : Menulislah dengan keren (MayokO AikO)
Sekitar pertengahan januari, aku agak lupa tepatnya.
Armi S Leanis, BMI Taiwan menginbox-ku, katanya, "Mbak Nessa, tolong masukkan aku ke grup STORY, ini link-nya," katanya sambil memberiku link suatu grup di Inbox.
Saat itu aku tak tahu apa itu STORY, dan grup apa itu.
Aku balas, "aku aja belum jadi member kok...."
"Kalau gitu gabung dulu...!" Desak Armi.
"Memangnya kenapa?"
"Di grup itu semua penulis terkenal Indonesia." Kata Armi.
Karena penasaran dan kebetulan aku dan Armi memang sedang mupeng belajar. Selama ini penulis Indonesia, aku hanya tahu Pak Fahri Asiza... karena aku pernah baca buku Pak Fahri di Library dan langsung mengenali FBnya. Sejak mengenal Pak Fahri di FB, aku berguru padanya. Caranya? Tag, tag n tag tanpa malu-malu. Dan alhamdulillah tanpa menunggu lama biasanya kritik, saran dan masukan pak Fahri selalu mengalir dengan setia di setiap cerpen yang ku-tag ke beliau. Begitu juga Armi. Kalau dia murid kelas inbox pak Fahri... maklum Armi FBan pakai hp nggak bisa tag note seperti aku.
Jadi saat Armi menyuruhku join untuk bergabung dengan grup penulis terkenal, aku menurut. Aku kan anak baik... hehe.
Aku klik join dan beberapa saat kemudian aku diapprove oleh Reni Teratai Air. Saat itu, aku benar-benar tak tahu siapa dia. Setelah menyeret Armi ke dalam grup itu juga, aku mulai jalan-jalan. Lalu tahulah aku bahwa Story itu nama majalah yang memuat cerpen-cerpen. Mbak Reni Teratai Air alias Mbak Erin, begitu anak-anak menyebutnya, sebagai editor.
Awalnya agak segan. Karena isi grup itu semua cerpennya ternyata pernah diterbitkan di majalah tersebut. Sementara aku dan Armi? Menulis karena kesepian di perantauan. Tulisan kami masih banyak kekurangan di sana-sini. Mulailah kami mencuri ilmu dari penulis-penulis yang berada di grup ini. Aku yang tadinya kuper, nggak tau apa-apa tentang penulis Indonesia... mulai tahu sedikit-sedikit. Meski belum membaca karya mereka, namun banyak ilmu yang mereka bagi cuma-cuma. Berderet nama besar mulai kuhapalkan. Juga kuhapalkan buku-buku mereka supaya aku bisa memburunya kalau aku pulang nanti.
Lalu kami mengenalnya... penulis keren yang menyuruh kami ; Aku dan Armi, menulis dengan keren.
MayokO AikO
*tepuk tangaaaan....*
Seperti 1000 orang lainnya, kami pertamanya salah mengira Mas Aiko itu ceeeewweeekkk!
ini Asli! Dan dia nggak marah.Bahkan malah membuatku --dan pastinya Armi-- jadi betah di grup itu. Karena minimal ada satu teman lagi.... juga kenal dengan bejibun teman yang lain.
Diam-diam aku dan Armi mulai mengikuti kemanapun Mas Aiko pergi... Haha. Maksudnya, setiap Mas Aiko komen atau posting kami selalu perhatikan, atau balas, atau cuma pelototin. Pokoknya pengikut rahasia.
Tahu kalau kami yang tinggal di LN ini sedang belajar menulis, Mas Aiko menantang kami. Siapa yang bisa menulis keren, akan diberi hadiah novel terbarunya.
Aku tanya, "masuk buku keren nggak?"
Armi menyahut, "tembus media Indonesia kayaknya susah deh..."
Terus terang, saat itu bagiku memang ikut lomba-lolos-dibukukan terasa lebih gampang daripada masuk media, dan memang IYA!
Cerpen-cerpenku yang dicap mantap oleh Pak guru Fahri sampai saat ini belum ada yang mulus nampang.(Lagian ngirimnya juga jarang...) Yang dibukukan malah banyak... :D
Lalu Mas Aiko bilang keren itu artinya pantang menyerah, pantang memble, pantang mundur ... yah kira-kira begitulah! (Aku lupa kalimat aslinya... Hahaha)
Jadi, intinya... kalau mau jadi penulis yang keren... Menulislah dulu dengan keren!
Hidup keren! Hidup Kepsek KEREN!
No comments:
Post a Comment