Sisi putih ; Dua Sisi Susi
Majikanku yang pertama, Madam Ang, bekerja sebagai administrasi di Singapore Museum Changi sono. Bos-nya seorang bule, teman-teman kerja majikanku macam-macam. Ada melayu, india juga ada yang chinesse seperti dia. Tiap pulang kerja, dia selalu membawa banyak cerita. Pekerjaannya sebagai klerek sebenarnya sangat membosankan. Bahkan tak jarang dia jatuh tertidur saking sepinya suasana Museum selain di Public Holiday/School Holiday.
Tapi dia punya banyak cerita seru... tentang hantu. Ya, HANTU.
Namanya juga museum, sudah pasti barang-barang di situ adalah barang tua dan 'berhantu'.... cerita yang membuatku terpingkal-pingkal tiap ia bersungut-sungut pulang kerja adalah tentang hantu Ah Pek (paman dalam hokkien) yang nggak suka kalo lampu museum dimatikan. Tiapa habis jam kantor, majikanku dan teman-temannya selalu gagal mematikan lampu ruang kerja, karena dihidupkan lagi oleh Ah Pek, berapa kalipun mereka mencoba mematikannya.
Di sebelah museum adalah Old Changi Hospital. Bekas rumah sakit Changi ini memang kesohor jadi sarang hantunya Singapura. Hantu di situlah yang selalu mengganggu majikanku dan teman-temannya.
Sangat aneh memang negara se-modern Singapore ternyata masyarakatnya masih sangat percaya hantu. Apalagi di bulan ketujuh kalender cina, disebut juga Ghost Month... Bulan Hantu. Yaitu bulan di mana semua arwah yang sudah meninggal akan kembali ke keluarganya di bulan ini. Bulan hantu jatuhnya sekitar juli-agustus. Kebetulan hari aku menulis part 3 ini adalah hari pertama bulan hantu. Di bulan ini banyak chinesse yang akan sembayang di mana-mana, di rumah, di jalan, di bawah pohon... pokoknya di mana-mana.
Hantu-hantu ini disebut Hungry ghost, entah kurang tahu kenapa bisa. Mungkin karena mereka pada minta makan (baca ; sesajen) ya... Makanya moment bulan ketujuh disebut juga Hungry Ghost Festival. Biasanya dimeriahkan dengan pentas getai dg penyanyi yang berdandan bak burung merak. Anehnya... deretan bangku pertama di depan panggung untuk penonton konser semacam dangdutan kalau di jawa ini dikosongkan. Jangan coba-coba untuk duduk di situ meski bangkunya kosong, karena bangku-bangku kosong itu ditujukan untuk para hantu yang tak kasat mata yang dipercaya ikut menonton pertunjukkan lagu dan tari dalam bahasa mandarin dan hokkien ini.
Kalo berani duduk di situ, bisa-bisa dianggap temannya hantu... hiiii~~~~ bisa deh diikuti kemana-mana...
Di Old Changi hospital inilah sering tersebar berita tentang kemunculan hantu dari bayi hingga kakek-kakek. Mana aja ada. Kuntilanak juga ada... cuma kalau di sini namanya Pontianak.
Sore itu, sekitar pertengahan april. saat sedang asyik ngrumpi di grup Story, tiba-tiba muncul pengumuman yang diposting Mas Mayoko Aiko tentang LOMBA KUMCER HEBOH DUA SISI SUSI.
Lomba ini mengharuskan tokoh cerpennya bernama Susi dan temanya tentang sisi hitam atau sisi putih. Jika tokoh Susi itu antagonis, judul harus memakai kata hitam. Jika sebaliknya, Susi protagonis, maka judul harus memakai kata putih.
Aku sempat berpikir untuk menuliskan tentang kehidupan hitam Geylang, namun menurut pantauanku dari ribuan komen, hitam sudah banyak yang mengambilnya. Jadi aku memutuskan untuk menulis tentang putih.
Tadinya aku bingung, tapi berkat tuyul kecil-ku, Calwin Lim. Aku pun dapat ide... (bisa dibaca di buku Dua Sisi Susi) jadilah cerita berjudul Kelereng Putih. Bercerita tentang Hantu Kelereng Putih, bersetting Museum Singapura. Kami : aku dan keluarga majikanku yang pertama plus Vacum, anjing Shih Tzu mereka memang sering pergi ke museum sana untuk sekedar makan malam. Karena tempat itu mengijinkan membawa binatang peliharaan. Jadi aku masih ingat segala detilnya dengan baik meskipun aku sudah tidak bekerja di sana.
Jadilah ceritaku dan kukirimkan untuk Lomba Dua Sisi Susi.
Pembahasan tentang lomba ini selanjutnya beralih ke kelas CENDOL yang dibuka Mas Aiko. Sayang cerpenku tidak terpilih... Hanya sampai di 34 besar saja.
Kecewa memang, namun setidaknya aku sudah mencoba. Daripada dibuang sayang, akhirnya cerpen yang tidak lolos ini, aku revisi sedikit bagian-bagian yang tidak memuaskan lalu aku kirimkan ke VOI RRI (Voice Of Indonesia, Radio Republik Indonesia).
Bunda Pipiet Senja mengajakku untuk mengirim karyaku ke sana, dan aku memang sudah tertarik untuk ikutan ngirim cerpen yang kemudian akan dipilih dan dibedah secara live, via skype/telpon.
Majikanku yang pertama, Madam Ang, bekerja sebagai administrasi di Singapore Museum Changi sono. Bos-nya seorang bule, teman-teman kerja majikanku macam-macam. Ada melayu, india juga ada yang chinesse seperti dia. Tiap pulang kerja, dia selalu membawa banyak cerita. Pekerjaannya sebagai klerek sebenarnya sangat membosankan. Bahkan tak jarang dia jatuh tertidur saking sepinya suasana Museum selain di Public Holiday/School Holiday.
Tapi dia punya banyak cerita seru... tentang hantu. Ya, HANTU.
Namanya juga museum, sudah pasti barang-barang di situ adalah barang tua dan 'berhantu'.... cerita yang membuatku terpingkal-pingkal tiap ia bersungut-sungut pulang kerja adalah tentang hantu Ah Pek (paman dalam hokkien) yang nggak suka kalo lampu museum dimatikan. Tiapa habis jam kantor, majikanku dan teman-temannya selalu gagal mematikan lampu ruang kerja, karena dihidupkan lagi oleh Ah Pek, berapa kalipun mereka mencoba mematikannya.
Di sebelah museum adalah Old Changi Hospital. Bekas rumah sakit Changi ini memang kesohor jadi sarang hantunya Singapura. Hantu di situlah yang selalu mengganggu majikanku dan teman-temannya.
Sangat aneh memang negara se-modern Singapore ternyata masyarakatnya masih sangat percaya hantu. Apalagi di bulan ketujuh kalender cina, disebut juga Ghost Month... Bulan Hantu. Yaitu bulan di mana semua arwah yang sudah meninggal akan kembali ke keluarganya di bulan ini. Bulan hantu jatuhnya sekitar juli-agustus. Kebetulan hari aku menulis part 3 ini adalah hari pertama bulan hantu. Di bulan ini banyak chinesse yang akan sembayang di mana-mana, di rumah, di jalan, di bawah pohon... pokoknya di mana-mana.
Hantu-hantu ini disebut Hungry ghost, entah kurang tahu kenapa bisa. Mungkin karena mereka pada minta makan (baca ; sesajen) ya... Makanya moment bulan ketujuh disebut juga Hungry Ghost Festival. Biasanya dimeriahkan dengan pentas getai dg penyanyi yang berdandan bak burung merak. Anehnya... deretan bangku pertama di depan panggung untuk penonton konser semacam dangdutan kalau di jawa ini dikosongkan. Jangan coba-coba untuk duduk di situ meski bangkunya kosong, karena bangku-bangku kosong itu ditujukan untuk para hantu yang tak kasat mata yang dipercaya ikut menonton pertunjukkan lagu dan tari dalam bahasa mandarin dan hokkien ini.
Kalo berani duduk di situ, bisa-bisa dianggap temannya hantu... hiiii~~~~ bisa deh diikuti kemana-mana...
Di Old Changi hospital inilah sering tersebar berita tentang kemunculan hantu dari bayi hingga kakek-kakek. Mana aja ada. Kuntilanak juga ada... cuma kalau di sini namanya Pontianak.
Sore itu, sekitar pertengahan april. saat sedang asyik ngrumpi di grup Story, tiba-tiba muncul pengumuman yang diposting Mas Mayoko Aiko tentang LOMBA KUMCER HEBOH DUA SISI SUSI.
Lomba ini mengharuskan tokoh cerpennya bernama Susi dan temanya tentang sisi hitam atau sisi putih. Jika tokoh Susi itu antagonis, judul harus memakai kata hitam. Jika sebaliknya, Susi protagonis, maka judul harus memakai kata putih.
Aku sempat berpikir untuk menuliskan tentang kehidupan hitam Geylang, namun menurut pantauanku dari ribuan komen, hitam sudah banyak yang mengambilnya. Jadi aku memutuskan untuk menulis tentang putih.
Tadinya aku bingung, tapi berkat tuyul kecil-ku, Calwin Lim. Aku pun dapat ide... (bisa dibaca di buku Dua Sisi Susi) jadilah cerita berjudul Kelereng Putih. Bercerita tentang Hantu Kelereng Putih, bersetting Museum Singapura. Kami : aku dan keluarga majikanku yang pertama plus Vacum, anjing Shih Tzu mereka memang sering pergi ke museum sana untuk sekedar makan malam. Karena tempat itu mengijinkan membawa binatang peliharaan. Jadi aku masih ingat segala detilnya dengan baik meskipun aku sudah tidak bekerja di sana.
Jadilah ceritaku dan kukirimkan untuk Lomba Dua Sisi Susi.
Pembahasan tentang lomba ini selanjutnya beralih ke kelas CENDOL yang dibuka Mas Aiko. Sayang cerpenku tidak terpilih... Hanya sampai di 34 besar saja.
Kecewa memang, namun setidaknya aku sudah mencoba. Daripada dibuang sayang, akhirnya cerpen yang tidak lolos ini, aku revisi sedikit bagian-bagian yang tidak memuaskan lalu aku kirimkan ke VOI RRI (Voice Of Indonesia, Radio Republik Indonesia).
Bunda Pipiet Senja mengajakku untuk mengirim karyaku ke sana, dan aku memang sudah tertarik untuk ikutan ngirim cerpen yang kemudian akan dipilih dan dibedah secara live, via skype/telpon.
No comments:
Post a Comment