Sharing Session All About Writing With Bunda Pipiet senja.
Bunda Pipiet Senja, yang menjadi idolaku karena kerendahan hatinya. Buktinya : tak ada komen atau inbox-ku yang tak dibalasnya... dan selalu ceria kapanpun dan dimanapun.
Masih serasa bermimpi ketika suatu sore di bulan mei, sebuah inbox dari bunda memberitahuku perihal kedatangan Bunda beberapa minggu di depan, pada akhir bulan Mei. Jadilah kami bertukar SMS dan muncul ide membuat event Diskusi Kreatif Buku.
Tempat awal yang bunda inginkan adalah bersama Mujahidah di Masjid Mujahiddin. Namun karena aku tak punya koneksi di sana, aku menghubungi Fia. Salah satu temanku di Mujahidah. Namun Fia bilang Mujahidah kemungkinan ada kelas untuk acara lain. Was-was aku-pun mengontak Rista (Penulis, SIS, Speak-Up Newsletter) untuk mencari dukungan dari Pihak SIS. Gayung bersambut, Rista membalas, "Serahkan aja padaku."
Yup. Akhirnya kupasrahkan segala-galanya pada Rista. Karena hiks... aku nggak bisa keluar-keluar... Bahkan aku juga sempat meminta maaf pada bunda jika aku tak bisa hadir.
Beberapa hari kemudian aku memutar otak agar aku bisa diijinkan datang ke acara yang kemudian sudah di-set di dua tempat pada tanggal 29 Mei. Susah... Majikanku sulit diajak kompromi. Hingga aku hanya dibolehkan mengikuti part II di Masjid Muja. Itupun tentunya tak boleh lama-lama.
Yah, tak apalah... daripada tidak sama sekali.
Aku pun mulai menghitung hari.
Tanggal 28 Mei
Ketika Bunda posting bahwa beliau tiba jam 8 malam ini, aku lega dan sangat tak sabar menunggu pagi.
Pukul 10 malam Waktu Singapura
Hape jadulku yang baru beberapa hari yang lalu kuganti ringtonenya dengan lagu Tante Katty Perry berbunyi. Seseorang (kayaknya si Chinesse Singaporean) menelponku. Tentu saja aku bertanya-tanya karena aku tak mengenal nomernya.
"Hallo. I need u to pick up someone at Changi Airport here." katanya sopan.
DEG!
"Who's there?" tanyaku balik. Perasaanku sudah tak enak.
Terdengar telepon dialihtangankan. Lalu aku mendengar suara bunda.
"Nessa, ini Bunda. Feby mana? Bunda udah nunggu dua jam ini..."
Masyaallah...
Akhirnya aku diberitahu oleh yang punya telpon posisi bunda sekarang, buru-buru aku menghubungi mbk Feby yang ternyata udah di Airport! Sempat juga mencari-cari bantuan Mbak Dhalifa, sepupuku untuk jaga-jaga. Alhamdulillah tidak sampai seperti yang ku khawatirkan. Hadeuh... lega ketika akhirnya Mbak Feby dan Bunda yang saling mencari selama dua jam, dipertemukan.
Paginya berlalu dengan lancar. Cendolers Singapore merapati Bunda Pipiet Senja di SIS sesuai rencana. Dan aku masih bergelut dengan tugas negara.... Sampai jam 1 siang dapat telpon dari Mbk Lia, Muja ngk ada tempat! Alamak... Akhirnya diputuskan untuk sesi kedua dilanjutkan tetap di SIS. Namun masalah tidak berhenti di situ.
Majikanku tak membiarkanku pergi ke SIS yang jaraknya nyaris 2 jam ditempuh dg MRT dari Teck-Whye. Dia marah karena perjanjian semula aku hanya pergi ke Muja seperlunya. Muja dekat dari rumahku. Aku, Mbk Myra dan Mbak Lia memutar otak lagi mencari cara agar aku diijinkan pergi. Akhirnya datanglah sang dewa penyelamat, Pak Zafli... (maaf bukan pak Fahmi hehehe... ) dari KBRI yang merayu majikanku.
Sukstresss!
Majikan pun mengantarkan aku ke SIS di Siglap Road 20A. Drop me there and left me to run some errands, they said they went to IKEA. Ammmaaaaannn...
Duh.. adem hati ini ketika akhirnya aku bisa memeluk dan mencium Bunda Pipet... :D
Di sela-sela acara, sambil ngobrolin tentang nasib buruh migran di negara lain, bunda berbisik...
"Kirim cerpenmu ke VOI RRI, nanti kita telfon kamu untuk bedah..."
Aku jawab, "Oke, bunda."
No comments:
Post a Comment