Pengantar
Masa lalu masa yang terkenang. Tidak semua orang mampu mengingatnya. Ada suka. Terkadang terselingi duka. Ada yang ingin mengingatnya. Lebih banyak yang ingin melupakan kenangan pahit yang bisa jadi indah di kemudian hari.
Mungkinkah kenangan itu hilang sepenuhnya dari ingatan? Tentu saja tidak mungkin karena manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini menimbulkan hubungan timbal balik dan saling kait antara dunia lahir dengan dunia batin. Manusia terkadang tidak menyadari bahwa harapan, tujuan, pengalaman masa lampau dan interpretasi simbolis individual terhadap pengalaman cara pandangnya banyak menentukan tanggapan manusia terhadap lingkungan.
Demikian pula Sebuah Nama Yang Terlupa. Tidak semua orang dapat menghapal isi buku ini tapi akan lebih banyak orang yang akan mengingat cuplikan peristiwa yang telah dirangkai oleh penulis-penulis yang berhasil diantologikan dalam buku ini. Penulis-penulis dalam buku ini berusaha menulis kembali keindahan dan kepahitan peristiwa yang pernah dialaminya. Penulis-penulis ini ingin mengatakan kepada Pembaca tentang sebuah wanua yang pernah dijamahnya. Tentang sebuah desa yang menjadi tempat kelahirannya. Tentang sebuah kampung yang telah memberi arti bagi kehidupannya. Tentang sebuah pemukiman yang telah mengubah sebagian sejarah kehidupannya. Peristiwa yang dialami oleh para Penulis bisa saja pernah dialami oleh Pembaca namun beda waktu dan lokasi kejadian.
Sebuah Nama Yang Terlupa sebuah bentuk dokumen kehidupan yang dapat menjadi saksi bagi generasi yang baru tentang sebuah kehidupan yang tak akan mungkin terulang namun telah berhasil menoreh sejarah, baik untuk wanua Lipursari maupun untuk wanua-wanua lain di negara Indonesia.
Betapa kearifan masyarakat desa Lipursari ternyata bermula dari kebajikan-kebajikan dan tetuah-tetuah dari sesepuh yang telah lama beradaptasi dan hidup di wanua yang kondisi alamnya berbukit dan banyak ditumbuhi oleh tanaman kayu keras. Lipursari, desa yang sejarahnya hampir terlupakan oleh generasi mudanya. Bukan hal yang tidak mungkin jika sejarah desa Lipursari hilang dan terlupakan ketika penghuninya yang sudah sepuh tak mampu lagi bercerita kepada generasi mudanya tentang sejarah.
Istana Rumbia bermula dari kehidupan seorang bocah perempuan yang menghabiskan masa kecil bersama neneknya di sebuah gubug beratap rumbia yang terletak di dalam hutan. Kasunyataannya, gubug beratap rumbia telah menjadi istana bagi bocah perempuan itu bahkan kenangan itu telah berhasil mengubah gubug menjadi istana. Istana yang ternyata di saat sekarang telah mampu menginspirasi anak-anak lainnya ketika bocah kecil itu telah menjadi seorang ibu. Dan, bocah perempuan itu adalah saya.
Berangkat dari kenyataan-kenyataan inilah, maka Sebuah Nama Yang Terlupa insya Allah menjadi inspirasi baru bagi tumbuhnya kembali kepedulian dan perhatian generasi baru Indonesia, khususnya Lipursari terhadap lingkungan yang tentunya akan mempengaruhi sejarah kehidupannya kelak. Tidak selamanya sejarah dapat ditulis tapi sejarah yang berhasil ditulis akan membawa dampak bagi munculnya peradaban baru.
Terima kasih dan puji syukur untuk Allah SWT yang selalu menaungi Istana Rumbia, bahkan mengizinkan buku yang mengangkat Istana Rumbia, kehidupan dan tulisan anak-anak rumbia menjadi sebuah antologi yang insya Allah menginspirasi dan memotivasi Pembaca. Tidak terlupakan juga, terima kasih untuk penerbit yang telah berbaik hati menerbitkan antologi ini. Teruntuk sahabat-sahabat penggiat rumah/taman/pondok baca dan perpustakaan desa serta para donasi/pembina/pengamat/peneliti yang pernah bersentuhan dengan Istana Rumbia dan atau pernah menjamah wanua Lipursari, iringan terima kasih setulusnya diucapkan.
Lipursari, Mei 2011
Maria Bo Niok
Penulis cerpen ''Istana Rumbia'' dan inspirator rumah baca
No comments:
Post a Comment