SINOPSIS :
Beberapa minggu kemudian Hani pun diterbangkan ke Singapura bersama beberapa kawannya. Hari itu di Bandara Indonesia maupun Singapura Hani mendapati bahwa ratusan anak dari beberapa PJTKI lain yang datang bersama mereka. Meskipun tidak bareng satu agensi dan terpisah saat mereka masing-masing dijemput oleh pihak agensi Singapura.
Hani dan kawan-kawannya dijemput oleh seorang laki-laki paruh baya ras melayu yang ternyata utusan dari agen mereka. Tugasnya hanya antar jemput para BMI ini dari dan ke Bandara. Lelaki ini membawa mereka ke sebuah klinik untuk melakukan tes kesehatan lagi.
“Hai monyet-monyet… angkat koper kalian ke mobil!!” gertak laki-laki itu kasar pada Hani dan kawan-kawannya yang sudah menunggu di Bandara Changi itu selama beberapa jam. Hani dan kawan-kawannya kaget. Selain menyebut mereka ‘monyet’, “sotong’ dan ‘indon-tak-berguna’ juga menjadi nama mereka para BMI baru ini di mata lelaki utusan agensi ini. Mereka ditarik-tarik dan didorong-dorong tanpa sedikitpun rasa kemanusiaan. Yang lebih menyedihkan. Di mobil van sekecil itu mereka dijejal-jejalkan bersama barang bawaan mereka hingga terpaksa mereka duduk satu memangku yang lainnya.
Hani merasa disia-siakan. Padahal ia datang secara legal pun diperlakukan seperti ini.
Apa jadinya mereka-mereka yang datang secara tak legal?
.>>> Selengkapnya ada di Buku BICARALAH PEREMPUAN!!
Judul : Bicaralah perempuan!!!
Penulis : Kahar S Cahyono dkk (Termasuk Nessa)^^
Tebal : xvi + 218
Harga : Rp 45.000,- / SGD 15
Bicaralah Perempuan, merupakan sebuah ajang untuk menyuarakan berbagai kekerasan terhadap perempuan. Buku ini, meski banyak berbicara soal luka, penghiatanan dan air mata, tetapi tidak hendak mengajak anda berlarut-larut dalam duka. Berharap ini akan menjadi halilintar, yang membangunkan banyak orang dari mimpi panjang. Kekerasan terhadap perempuan begitu nyata, sangat dekat, dan menuntut partisipasi tanpa harus berfikir lambat.
Dalam semangat itulah buku ini hendak dilahirkan. Dari rahim gerakan serikat buruh di Serang – Banten, dalam spirit dan bagian tak terpisahkan dari Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang sudah dilaksanakan bersama-sama Komnas Perempuan. Dalam sebuah diskusi di Hotel Le Dian, bahkan buku ini diharapkan akan menjadi tonggak kebangkitan kaum perempuan; untuk lebih peduli, berbagi daya, dan bergandengan tangan dalam hangatnya kebersamaan.
Jika akhirnya buku ini diterbitkan bersama Leutika Prio secara indie, ini lebih karena pertimbangan rasional. Sekaligus untuk menjamin, agar suara yang keluar tetap lantang sebagaimana adanya. Tidak apa tidak terpajang di rak buku Gramedia, sebab buku ini memang hendak didedikasikan untuk kerja-kerja pemberdayaan.
Ini adalah murni proyek sosial. Sebuah lentera, untuk berbagi cahaya.
Tentu saja, kami mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan yang telah berpartisipasi dalam proses lahirnya buku Bicaralah Perempuan. Terutama, kepada para penulis yang telah mengirimkan naskahnya. Tidak ada imbalan, tidak ada iming-iming honor besar. Saya kira, mereka bahkan tanpa pamrih ketika mengirimkan karya. Percaya, ini akan menjadi sumbang sih yang sangat berharga, bagi upaya untuk mengkampanyekan bahwa tidak boleh ada lagi kekerasan terhadap perempuan. Sekarang, dan di waktu yang akan datang.
Senang anda sudah bersama-sama dengan kami terlibat dalam upaya membangun peradapan kemanusiaan. Memanusiakan manusia, dan bersuara bersama-sama untuk menentang segala bentuk kekerasan. Fisik dan psikis.
Apalagi,hasil penjualan buku ini, nantinya akan disumbangkan untuk kegiatan-kegiatan Biro Perempuan Forum Solidaritas Buruh Serang (FSBS) untuk melakukan penguatan dan advokasi kepada para perempuan korban kekerasan. Semoga, ketika buku ini diluncurkan dalam beberapa hari kedepan, masyarakat akan menyambut dengan antusia tinggi. Sampai disini, partisipasi teman-teman akan menjadi sangat berarti. Bahkan, mudah-mudahan abadi.
Para Penulis dan Judul Tulisan :
1. Aku Hanyalah Korban (Melati Premasita Suci)
2. Jadi Siapa Bilang Kalau Luka (Dian Nafi)
3. Ketidakberdayaanku (Faujiah Lingga)
4. Labirin Luka Suryati (Aulia Nurul Adzkia)
5. Demi Sebuah Harga Diri (Miyosi Ariefiansyah)
6. Kisah Fitri (Ariyanti)
7. Si Buta yang Tak Berdaya (Dian Prihati)
8. Bangkitlah Wahai Perempuan (Yuli Riswati)
9. Bicaralah Perempuan (Nessa Kartika)
10. Me Vs My Bos, (Selvy Erline S)
11. Pembantu-pembantu Ibu Yuki (Resti Nurfaidah)
12. Hak Buruh atas Eksploitasi dan Harga Diri Mereka (Khoirul Walid)
13. Harga Seorang Wanita (Futicha Turisqoh)
14. Menjadi Perempuan Hebat (Rosa Listyandari, S.S.)
15. Diam di Tengah Siksaan (Susanah Sutardjo )
16. Sesak perempuan Terinjak (Okti Lilis Linawati)
No comments:
Post a Comment