Karya sastra bukan hanya sekumpulan fakta telanjang melainkan menampilkan atau menyatakan fakta yang telah diolah dengan subjektifitas seorang sastrawan. Atau, boleh dibilang fakta yang diindahkan. Tidak peduli siapa penulisnya.
Dalam buku ini Nessa Kartika dan Karin Maulana berusaha menyikapi ide dan bahasa yang hidup di tengah masyarakat sekitarnya. Apalagi dengan kehidupan di luar negeri menjadi TKW, Nessa dan Karin cukup kaya akan pengalaman hidup dengan suka dukanya. Serta bagaimana Nessa kartika dan Karin Maulana menyikapi kisah kehidupan di sekitarnya dengan lukisan hati melalui jemari lentik tangannya.
Patut disyukuri bahwa Nessa Kartika dan Karin Maulana berhasil mengolah imajinasi dengan bermain kata-kata bahkan mengawinkan dua ide menjadi rangkaian kisah yang menarik.
Cerpen “Yang Tak Berakhir” kolaborasi atau pernikahan dua cerpen menjadi satu cerita menarik meski bahasanya masih sederhana, tapi cerita tersebut sudah memiliki kekuatan tersendiri kala kita tau bahwa penulisnya ternyata dua orang.
Cerita tentang “Keinginan”. Cerita klasik yang jujur diungkapkan oleh penulisnya yaitu Nessa Kartika yang dengan berani mengkisahkan bagaimana kelakuan majikan yang edan setiapkali melihat pembantunya sendirian. Kini sudah makin banyak penulis yang berani menuliskan kisah yang terlihat begitu telanjang. Itulah kelebihan penulis muda sekarang. Begitupun yang ditulis oleh Karin Maulana dalam “Sasmita” karin berhasil membuat satu sosok yang dendam kemiskinan dan dengan segala cara berusaha menggapai kebahagiaan. Namun tak ada yang dapat dia raih, selain patah hati. Hingga suatu ketika tokoh “Sasmita” menemukan jati dirinya kembali.
Sastra adalah lukisan hati dan tangis yang tak di suarakan. Bahasa ini yang sedang di”usahakan” oleh Nessa Kartika dan Karin Maulana melalui deretan syair dan untaian kata-kata sambung menyambung dalam buku ini. “KARENINA” adalah jelmaan dan leburan jiwa-jiwa yang menangis dan tertawa tanpa kata. Tarian jemari dua penulis di sini sedang membidik pembaca dengan ungkapan-ungkapan sastra. “Aku dan bintang” oleh penulisnya menampilkan sosok bandel yang mendewakan cinta. “Mahligai di Atas Pasir” kisah romantis yang dibumbui api dendam. Ada permainan emosi dalam cerpen ini Karin mampu melukiskan suasana hati tanpa menyebut nama dan tempat di mana dia berada. Kisah apik pula “Kupu-kupu di puncak beton” Nessa menggambarkan cukup jelas untuk membawa pembaca ke arena permainan Novi yang sedang melampiaskan dendam pada suaminya.
“Karena cinta adalah misteri” adalah romantika kehidupan. Cinta biru cinta yang hanya bisa dilukiskan oleh penulisnya itu sendiri.
Cinta yang salah kaprah dan cinta yang akan membuat sengsara tergambar jelas di cerpen “Ketika Cinta Tak Berdusta”. Yang ditulis oleh Nessa Kartika. Nessa berusaha menampilkan dua tokoh yang berkekuatan cinta sama tetapi salah tempat melabuhkan cintanya, tokoh-tokoh dalam cerita “Ketika Cinta Tak Berdusta” berusaha menyempurnakan dirinya dengan bantuan penulisnya.
"Dermaga terakhir", “Galaxy Sang Pemimpi”, “Love Is Not Imposible”, “Menua Bersamamu”, “Saat Bunga Tak Lagi Berbunga” Tidak semua ungkapan yang dituliskan dibuku ini merupakan realitas kehidupan penulisnya, tetapi para pembaca bisa membaca sebuah dunia, membaca budaya, karya sastra, kita persepsi dan diposisikan sebagai sesuatu yang hidup dan bersentuhan dengan realitas kehidupan sosialnya.
Dalam keseluruhan cerita di buku ini lebih hidup dengan sentuhan ilustrasi-ilustrasi hasil coretan sederhana yang dibuat oleh Nessa Kartika. Ini satu kelebihan seorang penulis bila bisa juga berbicara melalui lukisan. Karena tidak semua penulis bisa melukis. Hal ini Unik, karena latar belakang Karin dan Nessa hanyalah para Buruh Migrant Indonesia. Akhir kata. Maju terus untuk selalu berkarya dan Selamat membaca!
Maria Bo Niok
Penulis buku “Geliat Sang Kung Yan” dan “Gee Sky! Tebanglah Untuk Kembali'
website; http://www.boniok.multiply.com/
facebook: maria_gh69@yahoo.com.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment