About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Tuesday, January 11, 2011

[ANTOLOGI] SINOPSIS : TAMU MASA LALU

 

SINOPSIS : TAMU MASA LALU 

ANTOLOGI MISTERI 13 GROUP UNSA


by Nessa MetaKartika on Tuesday, January 11, 2011 at 5:19pm
Kereta api express dari arah utara datang. Sammy memandangi pantulan wajahnya di kereta yang melaju. Wajah tirusnya terbayang dan bergerak bersama kereta. Pantulannya berganti seolah berubah mimik dan berbicara padanya.

Kau hina...
kau paling hina...
kau sangat hina...
kau hina...
hina...
kau...

Wajah itu tertawa melengking. Menggaung di kepala Sammy bagai hukuman dari nurani. Sammy buru-buru menutup telinga. "Hentikan!" Serunya terengah-engah.

Sebuah tepukan di pundak membuat Sammy tersentak.

Seorang laki-laki seumuran dengannya, berwajah manis, berseragam pabrik berdiri di sana dengan wajah khawatir. Sammy yakin laki-laki ini pasti menganggapnya sudah gila. “Kau baik-baik saja? “ Tanya laki-laki itu.

Sammy mengenalinya. Lelaki ini bekerja di pabrik gelas di belakang stasiun kereta api. Sudah beberapa kali sammy memergoki laki-laki ini memandanginya. Tapi lelaki itu ternyata baru sekarang punya keberanian untuk mendekatinya.

Sammy mengangguk. “Ya, Bang.” Gemetaran Sammy menyalakan sebatang rokok. Menghirupnya dalam-dalam sebelum menghembuskannya pelan. Obat mujarab untuk kegilaan.

Sammy melenggang pergi. Lelaki itu masih menatapinya. Seperti yang selalu dilakukannya.... Di masa lalu.

No comments:

Post a Comment