semua tempat ada takdirnya
aku pernah dan masih merindukan Hongkong
namun ada sekelumit sesal dan benci
membuatku trauma
kenapa aku ada di sana…
karena takdir disana tak membuatku damai…
Nessa Kartika
Singapore
October 23, 2007
Hidup yang kualami selama ini juga tak begitu manis, Orang tuaku bercerai, Kakak-kakak dan adik-adikku pun harus hidup terpencar-pencar. Penghasilan Bapak yang pas-pasan betul-betul membuat kami harus prihatin dalam makan sehari-hari juga untuk biaya sekolah.
Begitu aku lulus SMK, aku bertekad untuk mengejar cita-citaku dengan caraku sendiri. Aku ingat saat itu aku ingin menjadi seorang diplomat. Aku ingin bekerja mengumpulkan uang untukku melanjutkan ke perguruan tinggi. Aku pun memutuskan untuk pergi bekerja ke Hongkong.
Dalam perjalananku dengan Mama ke penampungan di Jakarta, Bis Antar Kota antar Propinsi itu menyetel lagu Opick berduet dengan Melly Goeslaw. Syairnya yang sesuai dengan suasanaku merasuk dan menenangkan aku.
Dihempas gelombang dilemparkan angin
Terkisah bersedih bahagia
Di indah dunia yang berakhir sunyi
Langkah kaki di dalam rencanaNya
semua berjalan dalam kehendakNya
nafas hidup cinta dan segalaNya
Dan tertakdir
menjalani segala kehendakMu
ya robbi
Ku berserah ku berpasrah
hanya padaMu ya robbi
Bila mungkin ada luka coba tersenyumlah
Bila mungkin tawa coba bersabarlah
Karena air mata tak abadi
Akan hilang dan berganti
Bila mungkin hidup hampa dirasa
Mungkinkan hati merindukan Dia
karena hanya denganNya
hati tenang Damai jiwa dan raga
Di Penampungan, aku melihat dan mendengar begitu banyak cerita dan derita kawan-kawanku Buruh Migran Indonesia. Aku mempersiapkan hatiku untuk hal yang terburuk sekalipun. Aku pasrah pada Allah SWT. meski mimpiku untuk menggapai bintang di langit teramat sangat manis, sedangkan kehidupan yang akan kulalui belum pasti, namun aku yakin aku tak berlebihan. Aku punya waktu 2 tahun untuk berusaha mewujudkannya. Tuhan telah menyuratkan takdirku. Apapun itu, aku harus berusaha meraih kesuksesan.
Ketika tiba saatnya aku akan terbang, dalam hati aku terus mengulang-ulang lagu 'Takdir' disela semua do'a yang kubisa yang kupanjatkan dari mulai Cengkareng hingga Chek Lap Kok, HongKong.
Aku dikontrak untuk mengasuh Carly, putri Mr.Wong yang baru berumur 3 tahun. Aku langsung jatuh cinta pada Carly yang benar-benar genit dan menggemaskan. Rumah majikan juga kecil sekali. Aku tidur di gudang, kasurku ditata di atas sebuah lemari rendah. Peraturan dari majikanku sangat ketat, membuatku ingin menangis setiap hari, namun ketika aku mulai terbiasa dengan kehidupan Hongkong Aku bersyukur mereka masih memperlakukanku dengan baik. Lebih baik dari cerita-cerita yang pernah kudengar. Hingga beberapa bulan kemudian tak ada lagi komplain ke agensi ataupun ancaman akan dipulangkan. Aku berusaha bekerja sebaik-baiknya.
Setiap hari tak lupa kutulis catatan kecil di balik fotokopi buku kantonis-ku. Di bagian depan tertulis kalimat-kalimat penyemangatku.
Bila mungkin hidup hampa dirasaSaat itu Aku tak diperbolehkan sholat memakai mukena. Aku sholat hanya dengan jilbab, jaket dan sarung, beralas tilam tipisku. Sering sholat ku tak tepat waktu, namun setiap kali aku menghadap-Nya aku selalu merasa disitulah tempatku pulang. Hanya dengan berpasrah atas semua takdir Allah, Aku bisa menjalani naik turunnya kehidupan di negeri orang dengan lapang dada.
Mungkinkan hati merindukan Dia
karena hanya denganNya
hati tenang Damai jiwa dan raga
Setelah kira-kira 6 bulan tinggal di apartemen lama suatu hari Mr.Wong berkata, “Rumah kami sudah siap, nanti akhir bulan kita bisa pindah kesana, awal september Carly jg akan mulai sekolah, Sekolah Carly akan ada di dekat sana.” katanya dalam bahasa Inggris. Aku mengangguk.
Rumah baru itu bagus sekali, meski bagi ukuran rumah-rumah di kampungku rumah majikan tergolong kecil mungil. di rumah yang baru, Aku diberi kamar sendiri, tidak lagi tidur di atas lemari ataupun di sofa. Selain kerja di rumah, aku juga harus membersihkan kantor perusahaan katering Mr.Wong. tapi sejak pindah rumah Mr.Wong menjadi sangat keras padaku.
Tak lama ia mulai ringan tangan padaku juga pada istrinya. Para Staff bilang karena bisnis memburuk. Bahkan Mr.Wong terpaksa menjual mobil keluarga untuk menutup hutang. Pernah hanya karena Aku lupa memasukan kembali beberapa piring yang sudah ditiriskan ke lemari, Mr.Wong menamparku.
Sejak perusahaan dinyatakan bangkrut dan terpaksa ditutup, Mr.Wong benar-benar berubah jadi monster. Seharian ia akan berada di rumah minum-minum, Ia sering mengasari dan tak segan-segan memukulku atau Doreen.
Kami benar-benar takut. Aku benar-benar takut. tapi kebaikan Doreen dan Semangat dari mama membuatku bertahan untuk tetap bekerja.
Bila mungkin ada luka coba tersenyumlahPikiranku tak lepas dari lagu Opick. Aku tak henti berdo'a pada Yang Kuasa berharap berhentinya semua deritaku.
Bila mungkin tawa coba bersabarlah
Karena air mata tak abadi
Akan hilang dan berganti
Kesabaran juga ada batasnya. Di suatu pagi, Mr.Wong memukuliku di kantornya. Malam itu aku tak pulang ke rumah keluarga Wong. Aku takut dipukuli sampai mati. Aku hanya berjalan dan berjalan hingga kudapati tepi pantai. kembali lagu Opick yang terngiang-ngiang di otakku.
Dihempas gelombang dilemparkan anginMalam itu aku tidur di tepi pantai itu, bersembunyi di sela bebatuan. tak tampak pandangan warga yang lewat.
Terkisah bersedih bahagia
Di indah dunia yang berakhir sunyi
Langkah kaki di dalam rencanaNya
Semua berjalan dalam kehendak-Nya
Nafas hidung, Cinta dan segalanya
Hingga menjelang sore Kevina, Agensiku, akhirnya menghubungiku. Ia menanyakan dimana aku sekarang dan akan menjemputku. Yang membuatku terkejut, Kevina datang menjemput bersama Mrs.Wong. saat Doreen memelukku, Aku begitu terharu, Aku hanya bisa meminta maaf.
Pulang ke keluarga Wong, ternyata Mr.Wong tak sedikitpun merasa bersalah. Sejak minggatnya aku ia makin menjadi-jadi. Mengujiku, menjerumuskanku dalam rasa trauma. Suatu pagi aku lupa menyematkan pin sekolah Carly, aku berlari kembali ke rumah setelah Carly naik bis sekolah. Mr.Wong ada di rumah, Ia menanyaiku lalu Ia menggunakan kesalahanku sebagai alasan memukulku hingga aku jatuh pingsan. Saat sadar, Mr.Wong sudah pergi. Aku menelpon mama dan menceritakan semuanya pada mama. Mama tahu tak ada gunanya aku mencari pertolongan orang lain kali ini. orang lain tak akan ada yang mempercayaiku. Mama menyuruhku ke kantor polisi.
Pada polisi aku menceritakan perlakuan Mr.Wong. Bibirku yang pecah dan berdarah diperiksa juga. Mr. dan Mrs.Wong segera dipanggil.
Doreen menangis. “Maafkan kami. Maafkan Mam tak baik-baik menjagamu hingga semua ini terjadi…” katanya tersedu-sedu dalam bahasa inggris.
Aku mengerti, Semua ini memang berat, Perubahan perilaku Mr.Wong terjadi karena harga diri Mr.Wong yang dirasakanya sendiri tak sebanding antara kebangkrutannya dengan kesuksesan istrinya yang saat ini bekerja di sebuah Bank. Doreen sendiri menjadi korban Mr.Wong. aku bisa bilang apa?
Akhirnya aku diijinkan pulang ke tanah air.
Aku menyayangi Mrs.Wong alias Doreen dan Carly, mereka memang memintaku untuk terus bekerja untuk mereka, namun aku menolak karena aku merasa takut dan trauma pada Mr.Wong.
Aku sendiri tak tahu apakah kelak aku akan kembali ke Hongkong, Saat ini aku bekerja di Singapura. Meski masih dengan titel yang sama sebagai babu, namun majikanku yang sekarang tak pernah melayangkan tangan padaku. Bahkan mereka memperbolehkan aku berkreasi di duniaku sendiri. hal inilah yang mendorong keinginanku untuk menulis.
Meski aku tak menjadi diplomat seperti yang kucita-citakan. namun tulisan-tulisanku mampu menjadi duta Indonesia di Singapura. Aku cukup puas menjadi aku yang sekarang.
Semua tentu saja karena dorongan-dorongan yang kurasakan karena lagu Opick dan Melly Goeslaw, "Takdir". Saat aku terpuruk ataupun saat aku berada di keramaian. Tempat aku dikelilingi keluarga, sahabat dan kawan-kawan BMI ku.
Terima Kasih Opick dan Melly.
Mungkin takdirku di Hongkong tak indah, namun aku yakin semua akan benar-benar indah pada masanya. Takdirku di tempatku sekarang mungkin telah Tuhan suratkan pula, lagi-lagi aku hanya bisa berusaha. Aku akan menciptakan suksesku sendiri. Aku tak tahu apa jadinya aku bila saat itu aku masih bertahan di Hongkong. Aku juga tak bisa membayangkan apa takdirku bila aku tak ke Singapura. Aku yakin, Semua tempat ada takdir-Nya dan Allah tak akan memberi cobaan yang melebihi kemampuan kita untuk menghadapinya.