About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Wednesday, April 27, 2011

[BUKU] Perempuan Ingin Adzan Penulis : Maria Bo Niok


Harga : Rp. 35.000
Judul : Perempuan Ingin Adzan
Penulis : Maria Bo Niok
Desain Sampul : Akhi Dirman Al-Amin
Penata Aksara/ Lay Out : Emzy Azzam

Semua cerpen di buku ini adalah sebentuk gambaran hati yang kadang meledak-ledak dalam ketidakpuasan. Kadang bermain dengan sedikit imajinasi. Saat berperang dan berusaha melawan ego sendiri, penulis menciptakan jiwa kembarnya. Untuk memerangi keegoan ini Maria Bo Niok merasa harus tawakal. Terutama tawakal dalam memerangi ego-ego dari luar juga yang terkadang menghimpit egonya sendiri. Berusaha mengatasi kerikil-kerikil tajam yang menghalangi jalan kehidupan.

"Perjumpaanku dengan ibu-ibu di kampung, potret figur pekerja migran perempuan yang suka narsis, pekerja seks, kerinduan dengan sesama teman, keinginan perempuan dan perlakuan yang tidak layak dari oknum pejabat membuat aku ingin menyampaikan sesuatu. Keinginan-keinginan sederhana itulah yang akhirnya menuntun tanganku untuk merangkai tulisan."

Sebuah kumpulan cerpen dari salah satu perempuan penulis Indonesia. Dengan berbagai kejutan yang menarik. Must be read! ada banyak kejutan di sini

Tuesday, April 26, 2011

[PUISI] KANGEN

Aku merindukan kegelapan
yang memeluk resah kala bintang bertahta
Mengembarai tepian makna dari kedalaman kata dan doa
Menuju Engkau dan segala yang tersisa

Lima kali satu dalam sejati doa
sejajarkan puja puji cinta bagi Yang Esa
Tenggelam dalam temaram akan kesedihan
yang hanya boleh kubagi dengan Dia
Menanti bahasa satu persatu luruh dalam aksara.

Ada aku selalu dengan kehendakku
Yang warnakan kesah menjadikannya pelangi
Dengan lingkar naga dalam dua bola mata
Dan isyarat medusa mematungkanku
Di kangkang kaki keangkuhan
Menjajah segala bentuk keinginan
Hanya sisakan sepenggal malam
Untuk mensyukuri keajaiban
Nafas yang masih tak putus berhembus

singapore, 28 April 2011
If U knew just how much I miss U, God.
Ah... U're always knew.


[CERPEN] KEMBALI

KEMBALI
By. Nessa Kartika

Di sudut kota ini
Pernah terucap janji
Untuk s'lalu kembali
Merangkai angan dalam pasti

Jantung Risa berdentam seiring deru dan decit roda yang bergesekan dengan rel saat kereta yang telah semalaman ditumpanginya berakhir di kota kelahirannya. Kota yang telah dihindarinya selama dua tahun ini.

 Suara para penjaja makanan dan koran bersahutan. Saat satu persatu penumpang turun dari gerbong meninggalkan kereta yang mengisi mimpi mereka. Membawa kerinduan bagi yang pulang dan membawa cinta bagi para pengelana.

Kini, Surabaya. Ia kembali. Lagu dari Boomerang masih terngiang manis di telinganya, di hatinya... dalam benaknya. Ia telah kembali dan ia tak mungkin kan berbalik lagi.  Kehidupannya yang sesungguhnya baru saja dimulai.

“Surabaya... Aku kembali...” Risa bergumam sambil meraih backpacknya lalu melangkah.

Gadis cantik berambut panjang sepunggung yang ia kucir seperti ekor kuda ke dalam topinya ini masih celingak-celinguk, berjalan membelah kerumunan dari para penumpang, pendatang dan warga stasiun. Ia mencari dua sosok yang seharusnya menjemputnya di situ. Meskipun ia sebenarnya tahu cara pulang, namun dua orang itu bersikeras menunggunya di stasiun.

Risa sudah SMS kedatangannya dan kini ia hanya ingin cepat memeluk mereka. Tak peduli apapun yang telah terjadi di masa lalu mereka. Risa sangat merindukan mereka.

Saat matanya melihat mereka berdua duduk di luar,  sempat terhalang oleh kerumunan penumpang. Risa menarik dua sudut bibirnya. Senyumnya merekah.

Reva dan Krisna.

Reva adalah sosok lain darinya yang berkepribadian lebih lembut, lebih manis dan menurutnya sendiri, lebih cantik. Meski Reva selalu mengatakan Risa-lah yang cantik. Kembar sejak lahir namun berbeda dalam segala hal kecuali wajah yang memang bak pinang dibelah dua.

Lalu, Cowok tampan, tinggi, berkulit tembaga dengan rambut kemerahan. Yang dua terakhir ia dapatkan dari kegemarannya berpetualangan dengan alam raya. Beberapa tahun terakhir, Risa memang memutuskan untuk tak mencari tahu hal apapun yang berhubungan dengan cowok itu. Namun kini cowok itu ada di hadapannya. Dari sorot mata elangnya seolah ingin tahu segalanya. Segala-galanya.

“Icha...” Sebuah senyum tersungging di bibir Krisna. Manis dan sungguh membuatnya lemas. Nama kecil Risa sungguh terdengar manis di mulut cowok itu.

“Hai... Im back.” Kata Risa. Bukan ia hadapkan pada Krisna. Tapi pada gadis yang memeluknya.
“Aku sungguh merindukanmu, Cha.” Kata Reva. Risa balas memeluknya.

“Aku juga merindukanmu...” Risa berkata, namun matanya masih berpandangan dengan Krisna. Ia juga merindukan cowok itu, sangat merindukanmu.


***

Sejak Risa memutuskan untuk kuliah di Jogja. Ia dan Reva memang terus berhubungan. Tapi ada satu hal yang sungguh membuatnya tak ingin kembali. Tak ingin mendengar apapun yang terjadi. Tentang Krisna.

Hatinya terlalu terpaku pada cowok itu, hingga ia tak dapat berpaling. Meski kenyataannya kembarannya adalah kekasih Krisna.

Masih Risa ingat jelas dalam kepala bagaimana sore itu. Di Stasiun Gubeng ini, Risa hanya punya satu tekad yang membuatnya memilih untuk ke Jogja saja. Yaitu untuk merestui Reva dan Krisna setulus mungkin. Hal yang tak mungkin ia lakukan jika ia tetap bertahan di Surabaya karena hatinya tak dapat berdusta.

Krisna teman mereka sejak kecil. Selalu menjadi bintang di mata mereka. Kedewasaan Krisna menjadikannya sosok kakak sempurna.

Semua berubah ketika mereka mulai mengenal yang namanya cinta. Dan hanya Tuhan Yang Tahu mengapa cinta mereka diturunkan pada orang yang sama.

Siapapun tahu betapa matchingnya Risa dan Krisna. Mereka punya hoby yang sama, naik gunung, camping, hiking dan outbound activity yang lain. Selera musik dan makanan kegemaran pun sama.

Seyakin Krisna mencintai Risa, begitu pulalah keyakinan Risa mencintai Krisna. Orang-orang mengira mereka pacaran. Hingga suatu malam, Reva mendekati Risa.

“Ris...” Paggilnya pada Risa yang sedang sibuk dengan buku-bukunya. Mendekati UN, Risa memang kelabakan. Ia dikaruniai otak cerdas, tapi ia terlalu sibuk wira-wiri untuk hal lain dari pada sekolah.

“Ya?” Berbeda dengan Reva yang selalu bertubuh lebih lemah. Ia mengejar ketinggalan pelajaran yang tak ia hadiri karena sakit dengan caranya sendiri. Tetap tenang dan lembut.

“Kamu dan Krisna pacaran?

“Kok tiba-tiba nanya gitu?”

“Aku... Aku... “ Reva tergagap. Risa mengalihkan perhatiannya dari buku ke wajah Reva. Dan ia terpana menyadari apa yang ada di balik wajah yang bersemu merah itu.

“Kamu suka ma Krisna?”

Reva membenamkan wajahnya ke bantal biru milik Risa. “Kok kamu tahu.. sih...”

Risa kehilangan kata-kata. Ia sendiri sangat mencintai Krisna. Namun tegakah ia untuk menyakiti hati kembarannya? Tidak mungkin. Reva terlahir dengan jarak lima menit lebih dahulu. Itu artinya, Reva adalah kakaknya. Sebagai seorang adik, ia wajib mengalah untuk Reva. Risa merangkul Reva. “Aku bahagia mendengarnya... “

Reva menatap Risa, “Benarkah? Tapi kalian tidak pacaran?”

Risa menggeleng, meskipun itu sungguh menghancurkan hatinya.

***

“Reva menyukaimu.” Kata Risa tanpa basa-basi sore itu selepas jam sekolah.

Hari ini Reva sakit lagi. Ia tak masuk sekolah. Risa memutuskan untuk membantu Reva mengungkapakan perasaannya pada Krisna.

Krisna menatapnya dalam. Ia berdeham sebelum menjawab, “Tapi kamu tau, aku menyukaimu.”

Risa memalingkan wajah. “Aku tidak penting, Kris...”

“Kau penting bagiku, Cha.”

“Kalau aku penting bagimu, kau akan mendengarkanku sekarang. Kau penting bagi Reva. Kau adalah dewa di matanya. Kau adalah satu-satunya obat yang dibutuhkan Reva.”

Krisna tak menjawab.

Risa meninggalkannya. Dan tekad itu muncul. Selepas kelulusan, ia akan meinggalkan Surabaya. Meninggalkan Krisna, supaya cowok itu tak perlu memikirkannya.

Waktu yang tak berpihak
Risau hati jangan kau lihat
Dalam enggan janji ingatkan
Satu s'lalu arah harapan

***

“Mana Krisna?” tanya Risa sore itu dengan sebuah novel di tangannya pada Reva yang sedang asyik nonton DVD, “tumben malam minggu nggak ngapel...?”

“Dia naik gunung.”

“Oh ya? Gunung mana?” Tiba-tiba Risa gatal ingin naik gunung juga,  tapi ditahannya rasa itu, karena ia tak ingin terlalu banyak berada di dekat Krisna. Sudah sebulan ia pulang ke Surabaya ini, namun hanya satu kali ia melihat Krisna, yaitu saat cowok itu menjemputnya di Stasiun bersama Reva.

“Rinjani katanya... atau mana, aku lupa.”

Reva tetap tak mengalihkan matanya dari DVD yang menayangkan serial korea. Risa memutuskan untuk meninggalkannya. Tepat saat telepon berdering. Risa mengangkatnya dan ia pucat pasi. “Apa, Pak? Krisna hilang?”

Reva dan Risa berpandangan. Reva mendekat. “Oh Tuhan... Apa katanya?”

“Ayah Krisna bilang ada telepon dari grup Krisna. Mereka tidak menemukan Krisna dalam grup.” Kata Risa dengan suara bergetar. Sebulir airmata turun membasahi pipinya. “Bagaimana ini, Va... Aku sanggup kehilangan dia untukmu... tapi aku tak sanggup kehilangan dia dengan cara ini...”

Reva kaget melihat Risa menangis, “Cha, kamu juga...? Oh Icha.... Maafkan aku...” Reva tersadar betapa Risa mencintai Krisna, ia memeluk Risa yang kini terisak.

Mereka masih bertangisan dengan pikiran masing-masing ketika bel pintu berbunyi.

Risa menyeka airmatanya dan berjalan ke pintu. Di sana, telah berdiri sesosok tampan yang beberapa menit yang lalu dikabarkan hilang. Risa ternganga. “Kris... na..”

Krisna tertawa memeluknya. “Aku sungguh tak tahu harus dengan cara apa supaya membuatmu mengakui semua ini.”

Risa bingung, “Tapi... Reva...?”

Reva tersenyum lembut, “Surprise....!” Katanya ringan.

Risa kehilangan kata-kata. Yang berputar-putar dan menari di otaknya hanyalah bintang-bintang.  Lagu Boomerang, terdengar mengalun manis dari MP3 milik Krisna.

Agar selalu terucap
Ungkapkan penuh hasrat
Rasa ini jangan pernah berakhir
Genggam erat hatiku
Raih juga tanganku kekasih

Aku kembali

***

This story inspired by Kembali-Boomerang


 
 
Lagi lebay ><....!

[PUISI] U made my day

Kekasih
Aku hadir bersama kenang
percintaan malam dengan kebebasan

Merangkai rinai rinai hujan
pèrsembahan rembulan
Kenyataan tak bisa kupegang

Indah hanya dilamunkan
sàmbut aku

Hingga tiba sang fajar
Merampasku pulang
pada kesendirian.

26 April 2011
singapore masih hujan

[BUKU] LAMUNAN BIDADARI

LAMUNAN BIDADARI



Kegagalan bukan berarti sebuah akhir...
Kegagalan itu membuatku meninggalkanmu.
Meninggalkan mimpi-mimpiku akanmu
tapi membuatku sayangi diriku sendiri
lebih dari sebelumnya.

Kenangan itu kusatukan,
Kurangkaikan
Dan kubingkai dalam lamunan.

Rangkaian puisi 
[Operation Dear Hell]

------------------------------

Bisa di download secara gratis di :

[BUKU] Perempuan Ingin Adzan Penulis : Maria Bo Niok


Harga : Rp. 35.000
Judul : Perempuan Ingin Adzan
Penulis : Maria Bo Niok
Desain Sampul : Akhi Dirman Al-Amin
Penata Aksara/ Lay Out : Emzy Azzam

Semua cerpen di buku ini adalah sebentuk gambaran hati yang kadang meledak-ledak dalam ketidakpuasan. Kadang bermain dengan sedikit imajinasi. Saat berperang dan berusaha melawan ego sendiri, penulis menciptakan jiwa kembarnya. Untuk memerangi keegoan ini Maria Bo Niok merasa harus tawakal. Terutama tawakal dalam memerangi ego-ego dari luar juga yang terkadang menghimpit egonya sendiri. Berusaha mengatasi kerikil-kerikil tajam yang menghalangi jalan kehidupan.

"Perjumpaanku dengan ibu-ibu di kampung, potret figur pekerja migran perempuan yang suka narsis, pekerja seks, kerinduan dengan sesama teman, keinginan perempuan dan perlakuan yang tidak layak dari oknum pejabat membuat aku ingin menyampaikan sesuatu. Keinginan-keinginan sederhana itulah yang akhirnya menuntun tanganku untuk merangkai tulisan."

Sebuah kumpulan cerpen dari salah satu perempuan penulis Indonesia. Dengan berbagai kejutan yang menarik. Must be read! ada banyak kejutan di sini

Monday, April 25, 2011

[ARTIKEL] TABLOID DIA


 
 
Di tabloid DIA.

Edisi 25 April 2011

"Kartini Perkasa" di Negeri Singa

dan

400 Dolar Yang Begitu Berharga

By. Sultan Yohana

Bisa dibaca di :

http://batamseksi.blogspot.com/2011/05/nessa-tki-yang-mencintai-buku.html

Monday, April 18, 2011

[BUKU] INDONESIA MEMAHAMI KAHLIL GIBRAN




Judul Buku : Indonesia Memahami Kahlil Gibran

Tebal : 104 halaman

Penerbit : Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), Indonesian Heritage Trust.

Cetakan : Indonesia Heritage Trust, Jakarta,2011




TERBITNYA dan peluncuran buku "Indonesia Memahami Kahlil Gibran" diselenggarakan di Pura Pejeng, Wantilan, Gianyar dalam acara World Heritage Day, yang bertepatan dengan Peringatan Seribu Tahun Samuan Tiga.

Buku yang diterbitkan oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) itu berisi lebih dari 50 karangan dari berbagai penjuru tanah air. Isinya tentang bagaimana masyarakat Indonesa membaca, menafsirkan, memahami dan salah paham pada Kahlil Gibran. Pujangga Amerika yang menulis dalam bahasa Arab dan lahir di Lebanon pada tahun 1883 itu memang menjadi ikon kesusastraan dan filsafat. Karya-karyanya banyak digemari dan selama bertahun-tahun menjadi best seller di Amerika maupun Eopa.

Indonesia mulai mengenal karya Gibran dari terjemahan bahasa Belanda pada tahun 1920-an, sebelum penyair terkenal itu wafat di New York 1931. Nama Kahlil Gibran muncul bersama Iqbal, Rumi, dan Rabindranath Tagore.

Gibran tidak pernah memenangkan hadiah Nobel, tetapi karyanya tercatat paling laris. Hanya kalah laris dengan kitab Injil, begitu kata kritikusnya.

Buku yang diluncurkan di Gianyar ini menunjukkan bagaimana karya Gibran dikagumi di negeri ini. Banyak orang Indonesia memberi nama anaknya Muhamad Gibran, Chairil Gibran, dan Abel Gibran atau semacamnya. Hal itu menunjukkan bahwa Gibran disukai oleh kaum Muslim, meskipun dia Kristen Maronit.

Seorang guru sekolah dasar di Cianjur, Jawa Barat, bernama Miraj Dodi Kurniawan, mengagumi Gibran karena pandai bergaul untuk merukunkan berbagai umat.



Nabi

Banyak pendapat juga mengatakan, Gibran adalah nabi untuk semua agama, dan patriot untuk semua negara. Gibran mengajar pembacanya untuk mencintai dengan benar negara, agama dan keluarga.

BPPI melakukan peluncuran itu sebagai bagian dari peringatan Seribu Tahun Samuan Tiga. Konsep kerukunan beribadat, bernegara dan berbudaya yang dirintis di Budulu, Bali, sejak seribu tahun yang lalu (1011 Masehi) ternyata juga menjawab pentingnya toleransi, pluralisme dan multibudaya yang dikembangkan dewasa ini.

Rupanya ada paralelisme dan kesamaan antara cita-cita hidup rukun yang dikembangkan oleh Mpu Kuturan di Bali dengan Kahlil Gibran, untuk tanah airnya, Lebanon. Kedua hal ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada dunia.

Buku "Indonesia Memahami Kahlil Gibran" merupakan volume kedua setelah "Kahlil Gibran di Indonesia" yang terbit Januari 2011 untuk memeriahkan hari lahir Gibran. BPPI memanfaatkan berbagai kerja sama untuk menyebarluaskan pendidikan cinta pusaka kebudayaan. Selain mempromosikan pelestarian budaya tak-ragawi seperti sastra, musik, tari, kuliner, tradisi dan adat-istiadat; BPPI juga mengampanyekan pelestrian budaya ragawi (candi, monumen, dst).

Sebagai penutup disebutkan bahwa Samuan Tiga merupakan pertemuan perdana, semacam parlemen agama-agama sedunia, yang dirintis dan dikembangkan oleh Father Maximilian Mizzi, setelah Deklarasi Asisi di Italia. Pemikiran Kahlil Gibran serta tradisi Samuan Tiga di Bali telah bersama-sama memberikan inspirasi kepada dunia.



* Eka Budianta,

seorang anggota Dewan Pakar BPPI, dari Jakarta

Sumber : BALI POST, 17 April 2011
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=28&id=50458

KELAS CENDOL

yuk yg mau belajar ttg tetek bengek fiksi...
gabung di grup
"CErita - meNulis - Diskusi OnLine (Penerbit Nikko + mayokO aikO)"

Cennndooooolllll.... :)

Sunday, April 10, 2011

[BUKU] INDONESIA MEMAHAMI GIBRAN

 
Tata ulang ranjang penyair Kahlil Gibran, 
sampul buku yang akan diluncurkan dalam 
World Heritage Day, 18 April 2011 
di Puri Pejeng, Wantilan, Gianyar, Bali. 
Mulai pukul 15:00 
dengan Sesantian Sutasoma, karya Mpu Tantular.

Saturday, April 9, 2011

[ARTIKEL BINTANG INDONESIA] Nessa~Karin

Bintang Indonesia Edisi 1038 
– Minggu kedua April 2011…

Asia :
Proyek amal MARCHING J dihadiri 400 ribu orang
Serial Korea terbaru : BAD GUY

Barat :
tapak tilas perjalanan cinta KATE~WILLIAM
Baju pengantin Reese Witherspoon & Michael Bubble

Gossip :
Nessa~Karin
TKW yang juga penulis buku

Perkawinan “terlarang” ICHA~UMAR

SANY0118

Titi Sjuman
Totalitas Perempuan Indonesia Kini

52 Halaman 
– Harga : Rp. 7.000,-

Monday, April 4, 2011

[ARTIKEL THE JAKARTA POST] Breaking Stereotype

 
 
The Jakarta Post | Fri, 04/01/2011 8:56 AM | Feature


Seeking to break the “dumb” stereotype that has stuck to Indonesian foreign domestic workers (TKW) for years, tech-savvy maids Nessa Kartika and Karina Maulana published a compilation of stories about
domestic helpers.

“We started our book project around the time of the Sumiati case. We were concerned about people still regarding us [maids] as dumb. [Thus] we wanted to show them a different side of us,” Nessa, a 27-year-old maid originally from Wonosobo, told The Jakarta Post recently. She created her own blog, nessakartika.blogspot.com, with the catchy tagline “Babu juga bisa menulis” or “a maid – babu is a derogatory term used to refer to a maid — can also write”.

Sumiati binti Salan Mustapa was a young Indonesian domestic worker who was stabbed, beaten and burned by her Saudi employer last year.

Nessa and Karina’s book, titled Karenina Singa Bauhinia, is a compilation of 13 short stories recounting the lives of domestic workers in Singapore and Hong Kong.

Nessa wrote her stories from the Lion (Singa) city-state, while co-writer Karina, the 27-year-old from Blitar, penned hers from Hong Kong, which has Bauhinia flower as its national floral symbol.

Nessa has been working in Singapore for the past four years.

She met Karina – who has worked in Hong Kong since 1998 – for the first time through the social media network Facebook, out of their similar passion for writing. They then worked together on a writing competition, the UNSA (Untuk Sahabat) Award in 2010. The duo yielded a short story titled Yang Tak Kan Berakhir (Endlessness), about the long-distance love between an Indonesian migrant worker and his girlfriend back home. The story touches upon the issue of loyalty and virginity. Their other stories revolve around relationship, life and work issues faced by migrant workers, such as romantic relations with a male employer, abusive employers, rape, prostitution, homosexuality and surrogate motherhood.

“We didn’t win the competition though. [But] we started writing more short stories on Indonesian maids, which became this book,” said Nessa, born with the name Annisa Hanifa, and daughter of domestic
worker-cum-writer Maria Boniok.

Nessa and Karina spent three months collecting and writing their stories as well as communicating mainly via chat, Facebook, SMS and over the phone.

“My working hours stretch from 6 a.m. to midnight. I rarely take my day off. The Internet and writing are my only salvation after midnight,” said Karina.

Similarly, Nessa, who has not had day off since the past two years, said: “I dug out my old stories, then rewrote and typed them up in my boss’ laptop [with their permission], after I finish the chores.”

Nessa, who last year also initiated the online community for Indonesian Migrant Workers (BMI) in Singapore through a social media account, credited her employer’s teenage son for bringing Facebook to her attention.

“He taught me how to use Facebook to play online games. Now I find it useful for writing,” she said. Nessa also hopes she will get the license to publish the book in Indonesia this year, through a Jogja-based publisher, Leutika. An English version of the book will follow soon.

Nessa and Karina are not the first Indonesian migrant workers to have published their writing. They definitely won’t be the last ones either.

Their book was printed in January by the Hong Kong-based Dragon Family Publisher, an-indie label publishing house that belongs to Mega Vristian. Vristian, also a domestic worker, produced “Nubuat Labirin Luka” (Predicting the Labirin wound), an anthology of poetry to honor the late human right defender Munir. Other migrant workers-cum-writers include Eni Kusuma who published a motivational book titled Anda Luar Biasa! (You are incredible!) in 2007, as well as Nessa’s mother Maria Bo Niok, who wrote the memoir Geliat Sang Kung Yan (The Maid's Wriggle) and a guide book for job seekers abroad, Gee Sky! Terbanglah untuk kembali (Gee Sky! Fly to return).

– Agnes Winarti

http://www.thejakartapost.com/news/2011/04/01/breaking-stereotypes.html

Sunday, April 3, 2011

[PUISI] Blink!

Ada yang tak terhingga dalam dada.
Mencurìgai malam membentang.
Menari memintal benang merah
Menjadi cerìta yang berujung
Pada dua arah.

Andai keinginan ini lelah
Yang kujamah hanya gelisah.
Melihat gundah tak terbantah
Biru, berkeliaran...
Dalam lompatan masa
Ada Tiada
dan
MimPi ini kembali Patah.

JB. 2411
Utk lelakiku dari Masa lalu.
TePat di hari ini.

Mbah Aman

Friday, April 1, 2011

[ARTIKEL INDOSUARA TAIWAN] 30 HDCN

*copas dr Okti Li, Taiwan*

30 Hari Dalam Cinta Nya
Menguak Perjuangan Kisah Nyata Hamba Pencari Cinta dan Keridhoan Nya, di Berbagai Negara

Setelah melalui penantian yang cukup panjang, pada akhirnya April 2011 Ismania dapat menambah koleksi buku terbitan IndosuarA. Telah hadir buku antologi (kumpulan kisah) 30 Hari Dalam Cinta Nya (30HDCN) di Taiwan, kisah nyata yang menceritakan perjuangan para penulis saat bergelut dengan berbagai keterbatasan dan kesulitan saat menjalani 30 hari nan suci, bulan Ramadhan.

Antologi yang sangat inspiratif ini menceritakan kisah perjuangan serta pengalaman menjalani bulan suci Ramadhan di berbagai penjuru dunia, satu hal yang tidak banyak diketahui masyarakat umum. Lewat buku ini, kita diajak mendalami secara lebih jauh warna ramadhan di berbagai belahan dunia.

Antologi 30HDCN kali ini dikemas lebih menarik untuk versi Taiwan, setelah sebelumnya terbit dan beredar untuk pertama kalinya di Hong Kong.
Dua puluh delapan karya dari 24 orang penulis yang tinggal di berbagai negara (Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Belanda, Finlandia dan Jerman) terdiri dari berbagai latar belakang mulai dari pelajar, ibu rumah tangga sampai buruh migran ikut hadir menyuguhkan kisah yang sangat inspiratif, menyentuh, menggugah dan membukakan mata hati pembaca betapa sesungguhnya banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari kisah mereka.

Tak mudah untuk menjalankan kewajiban dalam situasi dan kondisi yang jauh berbeda dengan keadaan pada saat penulis berada di Indonesia. Demi meraih kasih-Nya, perjuangan pun dilakukan, menyadarkan kita untuk selalu mensyukuri betapa lebih beruntungnya kita, dibanding kesulitan yang mereka hadapi.

Buku ini sejatinya terbit dan mulai beredar tahun 2010 atas prakarsa Mega Vristian beserta kawan-kawan di Hong Kong. Karena memiliki tema dan latar kepenulisan yang cukup unik serta beragam, menjadikan buku ini banyak diminati dan dipastikan akan menjadi penyemarak warna Ramadhan setiap tahunnya. Disamping menggiatkan kembali gerakan membaca dan menulis, diterbitkannya buku ini juga bermaksud sebagai sarana penghubung dalam menyampaikan suka duka liku-liku perjuangan menegakan kewajiban hamba atas perintah Sang Pencinta.

Secara tidak langsung buku ini juga mengangkat kredibilitas buruh migran yang menempati posisi hampir dua per tiga dari keseluruhan kisah. Delapan penulis yang tinggal di Taiwan menempati urutan terbanyak pertama setelah 6 penulis yang tinggal di Hong Kong menempati posisi urut nomor dua.

Untuk memenuhi permintaan hadirnya buku antologi yang datang dari berbagai negara, Okti Li sebagai salah satu penulis antologi 30HDCN yang tinggal di Taiwan berinisiatif untuk menjembatani penulis bertemu dengan IndosuarA, penerbit sekaligus distributor.
"Mengingat banyak permintaan dari pembaca yang ingin memiliki buku ini, serta melihat nilai estetika yang sangat bermutu sebagai gebrakan awal dalam dunia kepenulisan kaum buruh migran, maka diputuskan untuk menerbitkan karya ini di Taiwan. Kita juga akan melihat kedepannya, jika ada kesempatan dan banyak peminat,mungkin buku antologi ini akan terbit juga di Indonesia," demikian seperti diungkapkan Okti, selaku koordinator penerbitan antologi 30HDCN di Taiwan.

"Terbitnya 30HDCN di Taiwan dipercaya akan membawa perubahan kepada Ramadhan-ramadhan selanjutnya, tidak hanya untuk kaum buruh migran tapi juga untuk komunitas umum. Kita berharap dan berencana, 30HDCN ini terbit dan alih bahasa dalam versi Ingris dan Mandarin." Lanjut Okti, optimis.*