About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Tuesday, October 30, 2012

Peringatan Hari Sumpah Pemuda

PURBALINGGA,  Peringatan Hari Sumpah Pemuda Propinsi Jawa Tengah dipusatkan di Kabupaten Purbalingga,  Gubernur Jateng Bibit Waluyo dalam amanat upacara mengajak agar para pemuda untuk kembali lebih menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan itu untuk bisa memfilter perkembangan zaman yang semakin maju. Apalagi untuk `IT yang tidak mengenal istilah batasan baik ruang maupun waktu, sewaktu-waktu kita bisa menengok kebelahan bumi bagian manapun, baik Indonesia, Amerika ataupun Eropa. Kita harus bisa membentengi jatidiri Indonesia dengan nilai - nilai Pancasila, kata Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dalam pidatonya pada acara peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke 84 di Kabupaten Purbalinga.

Dalam kesempatan itu pula diberikan penghargaan  kepada 15 pemuda pelopor dalam berbagai bidang yang  telah melalui seleksi mulai dari tingkat kabupaten hingga ke provinsi oleh Provinsi Jawa Tengah.



Peraih penghargaan untuk bidang keolahragaan, juara I – III Puspa Aprilia (Kota Salatiga, Endri Dwi Pramularso (Pemalang), dan Muhamad Syaeful Anam (Grobogan).
Peraih penghargaan untuk bidang pendidikan juara I – III, Arif Sulistiono (Kota Pekalongan), Intan Furotul Aini (Demak), dan Ibnu Fathi (Kab Pekalongan).

Bidang teknologi tepat guna, juara I – III, Imron Mashadi (Demak), Syamsu Ma’arif (Kudus), dan A’ang Khoirudin (Rembang). Kemudian bidang seni dan budaya, juara I hingga III, Danas Moro  (Temanggung), Anissa Hanifa (Wonosobo), Laras Risna Hastuti (Demak), bidang pariwisata juara I – III, Edhi Suparman (Purworejo), Rahayu (Temanggung), Luthfy Avian Ananda (Rembang).

Penghargaan lomba gerak jalan 28 kilometer, juara I dari Kabupaten Blora yang diterima Adi Purwanto, juara II Kabupaten Rembang (Sunarto), dan juara III Kabupaten Kudus yang diterima oleh Bambang Widiharto.
DSCF0519edit1
Setelah penyerahan penghargaan acara dilanjutkan dengan pagelaran seni kolosal yang menampilkan 250 anggota Pencak Silat Merpati Putih, dimulai dengan Tata Gerak Rangkaian Gerak Ditempat (RGT) yang disambung dengan Jurus Tunggal versi Ikatan Pencak Silat (IPSI) dan Penampilan seorang pengendara sepeda motor dengan mata tertutup dan berputar keliling alun-alun, juga membuat decak kagum masyarakat yang menyaksikannya. Seorang pengendara ini melintasi berbagai rintangan yang dibuat oleh teman-temannya.

Selain atraksi bersepeda motor dengan mata tertutup, dua orang anggota perguruan ini juga membaca tulisan disebuah album yang ditulis oleh Gubernur Jateng. Tulisan itu dengan mudahnya dibaca hanya dengan meraba. Mata mereka sebelumnya sudah ditutup plester dan dilapisi kain.

Tak hanya itu, perguruan Merpati Putih juga menyuguhkan atraksi mematahkan es balok yang berlapis empat, bahkan salah satu peserta demo masih duduk di kelas 2 SD dengan dipukul dua stang pompa dragon.

Tak mau kalah dengan penampilan Merpati Putih, Komandan Kodim 0702 Purbalingga Letkol Inf Jati Bambang turun ke lapangan mematahkan besi dengan tangan maupun dengan pahanya.
DSCF05201
DSCF05271

Acara dilanjutkan dengan Pagelaran Tari Lenggasor yang dimeriahkan oleh sekitar 75 penari, Tari Lenggasor merupakan Tari Kreasi Banyumasan yang merupakan filosofi dari kata Lenggah dan Ngisor, kata lenggah dalam bahasa Indonesia berarti duduk, dan ngisor dalam bahasa indonesia berarti di bawah, secara keseluruhan berarti duduk di bawah, dimana ini menggambarkan bahwa yang lebih muda menghormati yang tua.
DSCF0548edit
DSCF0549edit

Pagelaran seni diakhiri oleh pertunjukan Rampak Kentong atau lebih populer dengan nama thek-thek, yang diikuti sekitar 150 pemuda pemudi yang tergabung dalam grup thek-thek "KINGSAN". Seni thek-thek membawakan beberapa lagu yang dikemas dengan apik dengan iringan musik dari kentongan, angklung, gambang, suling, bedug besar, bedug kecil, eret-eret, tripok/teplak, dan tamboring. Penampilan pertama dengan lagu ’Linggamas’ (Purbalingga Banyumas), kemudian lagu Bangun Pemuda Pemudi, Dawet Ayu Banjarnegara, Baturaden, Jaranan, dan lagu Darah Muda.
DSCF0567edit

Seni thek-thek merupakan kolaborasi antara seni musik dengan seni tari, dimana separuh anggota memainkan musik untuk mengiringi separuhnya lagi anggota yang menari. Musik kenthongan atau thek - thek pada awalnya dimainkan oleh sebagian orang yang tengah melakukan ronda. Alat musiknya dari bambu dan dimainkan oleh sekitar 7 – 10 orang. Namun, kali ini musik kenthongan dimainkan secara apik dengan menyuguhkan lagu-lagu yang menarik pula serta atraksi para pemusiknya. (dpu/k)
DSCF0582edit

Monday, October 29, 2012

Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda Prov. Jawa Tengah ke 84

DSC_0023.JPG
PURBALINGGA – Gubernur Jateng Bibit Waluyo mengajak kepada para pemuda untuk menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini untuk membentengi perkembangan zaman yang semakin maju dan mengglobal. Hari ini terjadi apa di Indonesia, jam ini pula kita bisa dilihat di Amerika, Eropa, di mana saja seluruh dunia ini.

"Kalau lapangan sepak bola mudah dipagari, tapi kalau NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), kita ini mau dipagari dengan apa? Pagarnya adalah jati diri bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia yang dimaksud adalah nilai-nilai Pancasila.,” kata Gubernur Bibit Waluyo usai menjadi inspektur upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-84 tingkat Jateng yang dipusatkan di alun-alun Purbalingga, Minggu (28/10).

Menurut Gubernur Bibit, pemuda Indonesia untuk maju, mandiri, dan berdaya saing tinggi menuju Komunitas ASEAN 2015. Indonesia harus unggul di antara negara-negara ASEAN karena jumlah penduduk negara ini sudah mencapai 240 juta jiwa. "Harus itu, tidak boleh ditawar-tawar. Kalau kita tidak maju, tidak mandiri, tidak berkreativitas, dan tidak berdaya saing tinggi, kita akan kalah di antara negara-negara ASEAN," katanya. Oleh karena itu, lanjut Gubernur, pemuda Indonesia harus bangkit, maju, mandiri, dan berdaya saing tinggi. "Caranya dengan menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari," kata Gubernur.

Pemuda Pelopor
            Dalam peringatan HSP tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng memberikan penghargaan kepada 15 pemuda pelopor dalam berbagai bidang. Mereka telah melalui seleksi mulai dari tingkat kabupaten hingga ke provinsi. Peraih penghargaan tersebut untuk bidang pendidikan masing-masing juara I – III, Arif Sulistiono (Kota Pekalongan), Intan Furotul Aini (Demak), dan Ibnu Fathi (Kab Pekalongan).

           Bidang teknologi tepat guna, juara I – III, Imron Mashadi (Demak), Syamsu Ma’arif (Kudus), dan A’ang Khoirudin (Rembang). Kemudian bidang seni dan budaya, juara I hingga III, Danas Moro  (Temanggung), Anissa Hanifa (Wonosobo), Laras Risna Hastuti (Demak), bidang pariwisata juara I – III, Edhi Suparman (Purworejo), Rahayu (Temanggung), Luthfy Avian Ananda (Rembang).

            Bidang keolahragaan, juara I – III Puspa Aprilia (Kota Salatiga, Endri Dwi Pramularso (Pemalang), dan Muhamad Syaeful Anam (Grobogan). Dalam kesempatan tersebut gubernur Jateng Bibit Waluyo juga menyerahkan penghargaan lomba gerak jalan 28 kilometer, juara I dari Kabupaten Blora yang diterima Adi Purwanto, juara II Kabupaten Rembang (Sunarto), dan juara III Kabupaten Kudus yang diterima oleh Bambang Widiharto.

Atraksi Merpati Putih
            Peringatan tersebut juga dimeriahkan dengan atraksi perguruan Merpati Putih yang menampilkan 250 anggotanya. Mereka menampilkan berbagai atraksi yang membuat Gubernur Jateng Bibit Waluyo dan tamu undangan kagum. Penampilan seorang pengendara sepeda motor dengan mata tertutup dan berputar keliling alun-alun, juga membuat decak kagum masyarakat yang menyaksikannya. Seorang pengendara ini melintasi berbagai rintangan yang dibuat oleh teman-temannya.  Selain atraksi bersepeda motor dengan mata tertutup, dua orang anggota perguruan ini juga membaca tulisan disebuah album yang ditulis oleh Gubernur Jateng. Tulisan itu dengan mudahnya dibaca hanya dengan meraba. Mata mereka sebelumnya sudah ditutup plester dan dilapisi kain. Tak hanya itu, perguruan Merpati Putih juga menyuguhkan atraksi mematahkan es balok yang berlapis empat  serta besi cor.

         Tak mau kalah dengan penampilan Merpati Putih, Komandan Kodim 0702 Purbalingga Letkol Inf Jati Bambang turun ke lapangan mematahkan besi dengan tangan maupun dengan pahanya.

Tarian Lenggasor
            Sementara penampilan tarian lenggasor yang diikuti sekitar 75 orang juga tak kalah menariknya. Lenggasor merupakan tari kreasi Banyumasan yang merupakan gabungan dari kata Lenggah dan Ngisor. Lenggah Ngisor dalam bahasa Indonesia artinya duduk di bawah. Adat ketimuran selalu menghormati kepada yang lebih tua atau yang dituakan dengan cara merendah.  Dalam tarian ini, Lenggasor diartikan sebagai bekti atau taat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan cara bersyukur melalui kepandaian dan kelebihan yang dimiliknya.

Kenthongan
            Penampilan yang tak kalah menariknya adalah sekitar 150 pemuda-pemudi memainkan musik kenthongan atau thek-thek. Mereka yang tergabung dalam kelompok musik kenthongan ’Kingsan’ tampil apik dan kompak. Musik kenthongan pada awalnya dimainkan oleh sebagian orang yang tengah melakukan ronda. Alat musiknya dari bambu dan dimainkan oleh sekitar 7 – 10 orang. Namun, kali ini musik kenthongan dimainkan secara apik dengan menyuguhkan lagu-lagu yang menarik pula serta atraksi para pemusiknya.

            Dihadapan Gubernu jateng Bibit Waluyo dan tamu undangan serta pemuda utusan kabupaten/kota se-Jateng, kelompok musik asal Purbalingga ini menyuguhkan enam buah lagu. Penampilan pertama dengan lagu ’Linggamas’ (Purbalingga Banyumas), kemudian lagu Bangun Pemuda Pemudi, Dawet Ayu Banjarnegara, Baturaden, Jaranan, dan lagu Darah Muda.

            Pelatih grup Kingsan, Joko mengatakan, grup kenthongan selain menyuguhkan lagu-lagu juga ditampilkan para penarinya. Sedang alat musik yang dipakai, yang semula didominasi kenthongan, kini bertambah seperti angklung, gambang, suling, bedug besarm bedug kecil, eret-eret, tripok/teplak, dan tamboring.


            Usai menyaksikan penampilan kesenian dan Merpati Putih, Gubernur Jateng meninjau 40 stand Gelar Karya Pemuda se-Jateng. Gubernur Bibit yang didampingi Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko mencermati satu demi satu hasil karya para pemuda di Jateng.  *www.jatengprov.go.id_Kab.Purbalingga-Humas

Sunday, October 28, 2012

Sumpah Pemuda Jawa Tengah 2012

Taken at Alun Alun Purbalingga


Acara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke - 84 Provinsi Jawa Tengah yang dipusatkan di Kabupaten Purbalingga. Dengan agenda utama penyerahan penghargaan PEMUDA PELOPOR Tingkat provinsi Jawa Tengah oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah, H. Bibit Waluyo.



Ada 15 orang Pemuda Pelopor Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Untuk kategori Seni-Budaya yaitu Danas Moro dari Kabupaten Temanggung sebagai Terbaik I dan Laras Risna H sebagai Terbaik II.

 
 
Selain itu digelar juga Expo pemuda Se-Jawa Tengah di kompleks Alun-alun Purbalingga. Ini dia Stan Pemuda Kabupaten Wonosobo





 

 

Menampilkan Expo produk UD. Mari, RB. Istana Rumbia dan Indah Salon 




 
 

 

bersama Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonosobo yang diwakili oleh Kabidpora, Bpk Enang Basuki.

 


Saya juga sempat bertemu dan berbincang dengan Bupati Purbalingga, Bapak Drs. H. Heru Sudjatmoko, MSi dan Gubernur Jawa Tengah, Bapak H. Bibit Waluyo.


 
Saya dan Gubernur Jateng sedang berdiskusi tentang karya-karya penulis Jawa Tengah yang menulis dalam antologi "TUGU", sebuah kumpulan cerita bertema Jawa Tengah. Penulis yang tergabung yaitu Nessa Kartika (saya sendiri), Dian Nafi (Demak), Sutono Adiwerna dan N. Dhyra (Tegal). Saya juga memperkenalkan karya para Buruh Migran Indonesia (BMI) asal Jawa Tengah dan lain-lain di Singapura yang tergabung dalam Grup BMI Singapura menjadi kontributor buku "DARI HATI DAN CINTAKU".

 Benar-benar pengalaman luarbiasa.  [NK]



Catatan Malam Minggu

Mendapatimu di pelataran rasa
Ragamu terlihat letih lepas mengembara
Kau menari liari belantara mayapada
dalam kesemuan jiwa-jiwa

Aku meredup memaknai setiap firasat
Angin mendekap segugus awan yang tersesat
Sinarmu terang butakan aku, seolah tahu
; ku tak ingin menahan langkahmu

Duh Gusti, dalam doa sunyi malam minggu
saat malam percaya takdir biru tetaplah biru
kenyataannya di sana tak ada aku,
bagaimana kulagukan tembang rinduku?

Friday, October 26, 2012

JANGAN BOSAN

Kau jangan bosan
Menuliskan kisah kita
: Seperti kenyataannya

Kau jangan bosan
Merangkum mimpi dan keinginan
Lalu menjadikannya puisi
Doa pembuka pagi dan pengantar malam
Tak berkesudahan

Kau jangan bosan pula
Menamparku dengan harapan

Kumohon ...
Kau jangan pernah bosan ... padaku.

Purbalingga, 261012

Monday, October 15, 2012

Elegi Paruh Oktober

 ]Doa Phoenix[

Sepi menggulung sisa hari
gemakan rindu, meragu dalam aksara rayu

cahyanya memudar pasi
tak bersedia mengirimkan bisikanku untukmu

Kau bagai sebuah buku
yang hanya untuk memuaskan netra rindu
ketidakhadiranmu bagai elegi
menjamah gelisah hari-hari

Wahai penyair Matahari,
jika risalah ini sampai padamu
tolong lepaskan ruhku yang tertinggal dalam dekapmu

 

Sunday, October 14, 2012

SEMUSIM


Terpisah oleh kemarau semusim
Selepas hujan,
masihkah ada aku di sana?
masihkah namaku : chinta?

Hanya mampu
Memuaskan rindu dengan puisimu
Yang kutahu tak kautujukan untukku
Agar hatiku belajar
; melepaskanmu

[Galaxy Net, after midnite] 

 

 BUTUH SEDETIK UNTUK JATUH CINTA
TAPI BUTUH SELAMANYA UNTUK MELUPAKAN

Saturday, October 13, 2012

Membacamu

Seiring malam,
yang kuingin adalah memelukmu
Menghapus syarat, melupakan sikap
Kembali berada di sini meski salah
dan tetap berada di sini meski goyah



Menganggap aku tahu
siapa yang menjadi merah tiap pagimu
menjadi biru tiap malammu
menjadi aku di setiap harimu

Aku tak bisa berkata rindu
hanya membacamu
; kelu

Tuesday, October 9, 2012

[Puisi] Saranghae


Menarilah dengan senyum
dan nikmati waktu

Tak usah bertanya tentang rasa
karena ia telah ada,
bahkan sebelum kau menyadarinya

Menyenandungkan satu dua tiga empat lima
dan hupla!
Kita sudah di sana

Saranghae...



(}{)

[Puisi] Kering


Ada bara merona di jantungku
Lidahnya menjilati sekujur raga
dalam bisu mencari mata air
melepas dahaga tanpa pengakuan siapa-siapa

Bukan sewangi sepasang pengantin
tertatih kita menyusuri kegersangan

mencoba berteriak menyuarakan keinginan

Di tepi gerimis kucoba merangkai kalimat dari hati
Untuk engkau yang tak pernah kubuatkan puisi

Kau yang membuatku bersimpuh di lembah baliem
genggam jemari hatiku di bawah hujan pertama
saksi bagi kepasrahan mentari
di benak kitalah kembara hati bersaksi
 
9 Oktober 2012.


Sunday, October 7, 2012

Malam Dan Aku

; Untuk kau yang tak boleh kusebut namanya

Malam ini aku ditemani dengan kenangan, deretan lagu cinta dan nafas yang tercekat di tenggorokan, tak mampu keluar secara normal dari rongga hidungku. Panas seluruh mukaku dan kau tahukah apa nama cairan yang menggenang di pelupuk mataku?

Harus kuakui kepengecutanku. Menutup otakku sendiri untuk namamu. Bahkan saat aku lupa cara untuk melupakanmu, aku menyenangkan diriku sendiri untuk merasa cemburu. Berharap... itulah cara terbaik untuk menjauhkanku dengan rasaku.

Membiarkan mereka memajang satu demi satu kepedihan. Menutup mata pun aku tetap tak mampu untuk tak melihatnya. Terlalu manis, terlalu sakit.

Galauku, apakah yang kupikirkan sama dengan yang kaupikirkan?

[Pulau Dewata, UWRF 2012]

Friday, October 5, 2012

[Cerpen] SENANDUNG GERIMIS



Deg!
Jantungku berdegub kencang saat kudengar Mas Rahman mengucapkan kata, “tentara.”
Ada sesuatu menusuk ulu hatiku. Aku tak bisa menamainya. Rasa ini baru untuk pertama kalinya kurasakan. Bukan salah kakak sepupuku itu kalau ia ingin menjodohkanku. Usiaku dua puluh Sembilan, umur yang dimana-mana dianggap sudah kasep. Terlambat menikah. Dan bukan salah Mas Rahman juga kalau orang yang dijodohkannya denganku adalah seorang tentara.
“Dia saat ini bertugas di Makasar, Ran. Orangnya pulang bulan Oktober ini. Kalau kalian berjodoh, ia ingin segera menikahimu dan memboyongmu ke Makasar.”
Mas Rahman memberiku shock yang kedua dengan lancarnya. Seolah kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya sebatas kabar burung yang disebar setiap pagi oleh ibu-ibu kompleks saat bertemu di warung Mbak Nah.
“Mas tahu ini mengagetkanmu. Mas hanya ingin membantu. Pikirkan baik-baik, Ran. Kalau dia pulang, Mas Rahman juga akan ambil cuti dan pulang ke Wonosobo.”
Kakak sepupuku yang kini menjadi instuktur di Pusdik-Bekang Bandung itu lalu mengakhiri pembicaraan.
Aku hanya mampu menatap kosong pada benda bernama telepon genggam di tanganku. Pelan, aku mulai mencerna kalimat-kalimat yang dikirim oleh Mas Rahman baru saja.
“Profesinya tentara …,” gumamku tanpa sadar.
Otakku melanjutkan, jika aku menerimanya, aku harus siap melepaskan segalanya. Melepaskan kehidupanku di Wonosobo, melepaskan kebahagiaan sebagai wanita single, melepaskan kebebasanku … dan sebagai istri seorang Tentara aku harus siap ditinggal-tinggal. Siapkah aku?
***
Siang itu gerimis. Mutiara-mutiara langit berjatuhan dan menimbulkan bunyi kemeretak kecil di atap seng rumah. Setelah kemarau semusim, gerimis mampu sedikit menyiram kegersangan. Aku menatap ke arah dedaunan berbagai pepohonan di luar rumah. Debu luruh. Hanya gerimis, namun warna-warni alam yang selama ini dicuri oleh kemarau kembali lagi. Hijau menjadi hijau, merah menjadi merah. Seolah ada peri yang menyulap permukaan bumi … Tring! 
Kesenduan muncul begitu saja, mengamini situasi. Begitu juga dengan lelucon tentang kenyataan bahwa ternyata aku tidak menyukai kesendirian, namun aku merasa masih terlalu galau.
Aku mencorat-coret buku tulis yang kupegang dengan gambar benang kusut. Tak satu kata pun aku hasilkan, padahal seharusnya aku membuat draft untuk surat lamaran kerja dan curriculum vitae.
Endah yang datang padaku membawakan info lowongan pekerjaan dan untuk memaksaku melamar kerja di sebuah toko swalayan, akhirnya menjadi tempat membuang segala uneg-uneg. Itulah gunanya sahabat, bukan?
“Dipikir dulu baik-baik. Toh, kamu tak wajib menerima lamaran si Fana ini. Aku sebagai sahabat hanya bisa berdoa yang terbaik bagimu. Keputusan tetap di tanganmu,” kata Endah tanpa beban.
Aku sendiri tak tahu kenapa kali ini merasa begitu terbebani, ada yang memberatiku dalam perjodohan ini.
“Entahlah, Ndah. Rasanya semua belum nyata bagiku,” aku menyahuti sahabatku yang sedang hamil anak kedua itu menghadap sendiri sebaskom opak dan secobek sambel gosreh. Makanan favorit kami yang murah meriah.
“Jangan kebanyakan sambal, Ndah. Nanti bayimu cengeng,” kataku lagi memperingatkan.
“Apanya yang nggak nyata? Makasar? Fana? Atau tentara?” Endah tak menyahuti peringatanku. Baginya mengurusi soal perjodohanku lebih menarik.
“Sudah kubilang, aku tak keberatan dengan apapun profesi suamiku atau berasal darimana ia. Hanya saja, semua masih mengganjal. Ada hal-hal yang belum bisa kuterima secara normal,” kataku gamang.
Endah manggut-manggut. “Iya, sih. Kalau aku jadi kamu, aku juga pasti begitu.”
Lalu percakapan tentang Fana si Tentara pun berakhir di sini. Kami tersedot oleh kemagisan gerimis, membuat diam lebih menyenangkan daripada sekedar mengobrol. Menikmati DVD film Korea terbaru yang dibawa Endah sambil mengemil.
Pikiranku kembali sibuk. Aku menanti Oktober.
***
            Bulan Oktober datang seperti hama. Kuingin menghindari dan memberantasnya, tapi aku tak dapat mengembalikan waktu. Aku menjadi sangat jumpy, kaget oleh hal remeh temeh yang terjadi di sekitarku –terutama bunyi hape.
            Bunyi hape yang sesungguhnya kutunggu datang dua hari kemudian. Kali ini Mas Rahman memberitahuku bahwa temannya yang bernama Fana itu sudah berada di Wonosobo, tapi Fana akan menemuiku bersama Mas Rahman.
            “Aku sedang siap-siap mau pulang. Kalau aku berangkat nanti jam enam atau tujuh, aku sampai Wonosobo sekitar subuh.” Kakak sepupuku terdengar bersemangat.
            Ah, aku merasa berdosa.
            “Mas cuti berapa hari sih?”
            “Cuma dua hari. Besok malam aku kembali ke Bandung. Makanya aku ingin kamu mengambil keputusan yang tepat. Jangan sampai menyesal.”
            “Iyaaaaa … Iya, hati-hati di jalan. Tak usah buru-buru.”
            “Sip. Sampai jumpa besok. Dandan yang cantik. Aku yakin dia makin naksir kalau sepupuku lebih cantik orangnya daripada fotonya.”
            Aku garuk-garuk kepala, “foto mana sih yang dia lihat?”
            “Sudah kubilang yang kamu pakai bando pas pada ke Bandung, itu lah ….”
            I’m totally forget.
            “Dia sudah tau foto aku, kenapa aku nggak dikasih lihat fotonya?” aku merajuk.
            “Besok juga kamu lihat orangnya.”
            “Curang,” cibirku.
            “Dan siap-siap aja berkata ‘I do’
            “Norak!” rutukku.
            “Kenapa? Kalau bisa kasih aja aku jawabannya sekarang juga. Jadi besok aku tinggal menikahkan kalian.”
            “Idih, dimana keadilan? Ini bukan jamannya Siti Nurbaya kaliiiii …,” elakku.
“Iya, iya. Kamu memang harus melihat orangnya dulu.” Kakak sepupuku tertawa dan menutup telepon.
            Aku lupa aku masih belum memutuskan apa-apa, karena aku tak tahu apa yang harus kupikirkan.
***
            Gerimis tumpah lagi. Hanya gerimis. Tak pernah naik skalanya menjadi hujan yang menyegarkan. Tidak juga sampai membuat kota asri ini basah. Hanya butiran-butiran penanda musim panas yang panjang usai sudah.
            Menyambar jaket pink-ku, kuterobos gerimis.
            Aku melarikan motorku ke arah selatan. Menuju rumah budheku di Selomerto. Mas Rahman menungguku di rumah ibunya. Aku tahu pasti temannya yang bernama Fana ini sudah berada di sana.
            Aku merasakan wajahku merona.
“Apa-apaan ini?” desisku. Tak mungkin aku tertarik pada Fana sebelum aku bertemu orangnya. Tak mungkin aku menyerah begitu saja pada Makasar dan Tentara. Tak mungkiiiiin …
Kenyataannya, hati kecilku tak berhenti berdebat tentang waktu. Musim hujan datang lagi dan tahun akan berganti. Usiaku akan bertambah. Aku akan menjadi tua dan akan tetap tanpa pendamping jika usaha Mas Rahman menjodohkanku kali ini gagal.
Aku tak ingin menghitung berapa perjodohan yang kugagalkan karena ketololanku. Ketidakmampuanku mengambil keputusan. Hasilnya? Endah, sahabat yang seumur denganku kini sudah punya putra dan sedang hamil lagi. Aku masih tetap sendiri.
            Bermalam-malam aku mencoba mengartikan rasa ngilu yang menusuk ketika pertama kutahu profesi Fana adalah tentara. Mungkinkah itu karena aku bahagia? Akhirnya menemukan laki-laki mapan? Putera Negara? Memang selama ini berulangkali sahabat dan keluargaku berusaha menjodohkanku dengan berbagai macam laki-laki. Selalu kutolak dengan alasan belum cocok.
Tapi, aku tak pernah merasa seperti ini.
Pikiranku berkecamuk dalam gerimis. Fokusku mengendarai motor buyar. Di pertigaan stopan Selomerto, aku bertabrakan dengan sebuah mobil pick-up.
***
            Bau anyir dan gelombang gelap menghantamku, membuatku ingin tidur saja, tak usah bernafas saja, namun rasa seperti perut terinjak membuatku muntah. Dan aku sadar.
            Alam tak beraturan, bayangan warna-warninya menjadi ganda… menjadi tiga. Aku merasakan orang-orang bicara, namun hanya denging di telingaku. Aku kembali terpejam.
***
            Di luar masih gerimis, belum menjadi hujan.
            Ingin aku bangkit, membuka jendela dan mencium aroma air langit, namun aku belum sanggup hidup tanpa mesin-mesin dan selang yang dihubungkan ke tubuhku oleh dokter.
            “Ini keajaiban bahwa kamu baik-baik saja, otak berfungsi sempurna dan tak mengalami luka berarti.” Dokter mencatat sesuatu di berkasnya. “Entah apa yang membuatmu koma sekian lama,” katanya lagi sebelum beranjak keluar dari bangsalku menuju pasien yang lainnya.
            Sekian lama?
            Ya, aku koma selama sebulan. Gila kan? Otakku bahkan masih berfungsi untuk mengingat setiap detail sebulan yang lalu dan sebelum-sebelumnya. Aku baik-baik saja. Dokter sudah meyakinkanku dengan bolak-balik men-scan kepalaku. Bolak-balik dalam artian sebenarnya.
            Aku merasakan gerimis mulai turun di wajahku. Menyesali waktu, memaki takdir. Tuhan sedang bercanda dengan aku.
            Ibu dan Endah masuk ke kamar perawatan. Melihatku yang menangis, mereka segera memelukku.
            “Haish, jangan menangis. Yang penting sekarang kamu baik-baik saja,” kata Ibu dan Endah seirama.
            Aku hanya terdiam, di tanganku menggenggam sebuah foto, foto Fana yang diambil Endah ketika ia menungguiku koma di Rumah Sakit.
“Dia terus berbicara padamu meski kamu koma saat itu. Dia bersungguh-sungguh telah jatuh cinta padamu,” kata Endah.
 Aku menatapnya. Setelah melihat Fana meski dalam gambar, perasaanku tak berubah dari sebelumnya, bukan tampang yang kujadikan patokan. Namun, hatiku makin yakin bahwa selama ini aku menunggu laki-laki sepertinya. Bukan karena tampangnya atau karena dia tentara, tapi kesungguhannya.
           Fana sudah kembali ke Makasar, bersama janjinya untuk pulang untukku. Janjiku untuknya : jika dia pulang lagi nanti, aku sudah punya jawaban untuknya. 
           Perlahan ... gerimis menjadi hujan. [NeKa]     

Suka terharu dengan pernikahan anggota TNI. Kalau ngrias ceweknya selalu membuatku berpikir. Semoga mereka semua bahagia. Amin.
 

SELAMAT HARI TNI ke 67
Dirgahayu!

KITA

: Puisi untuk Ay

Hujan Turun

Kita telah berjalan tertatih
menerobos letih
tersaruk gerimis berbuih
Ingin menunjukkan niat kita bersih

Kita berulang kali bertanya
mengapa dalam sekejap mata
Tuhan turunkan cinta

Kita tak kuasa meminta
dalam doa mulia
; hujan pertama
sembuhkan tiap luka
basuh segala duka
hingga di langkah selanjutnya
tiada lagi airmata dan dusta

Kita, semoga akan tercipta.


[Hujan pertama kota Asri, 5 Oktober 2012]