About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Thursday, December 1, 2011

[ARTIKEL TIM INTERNASIONAL] Babu Juga Bisa Menulis

Nessa Kartika

Nessa Kartika: Babu Juga Bisa Menulis
By. Ari Trismana

Terlahir dengan nama Anissa Hanifa, 27 Mei 1983 di Kota Wonosobo, Jawa Tengah. Putri sulung dari pasangan M. Hatru dan Siti Mariam ini, sedari kecil telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya karena bercerai. Semasa bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 1 Wonosobo, dan SLTP Muhammadiyah 1 Wonosobo sering terpilih untuk mewakili sekolah dalam lomba mengarang dan beberapa kali berhasil meraih juara.

Kegemarannya menulis ia lanjutkan saat masuk SMK Negeri 1 Wonosobo.  Karya-karyanya berupa cerpen diterbitkan rutin di majalah sekolahnya. Setelah lulus SMK tahun 2002 ia sempat berkerja di pabrik garmen di Bandung, Jawa Barat. Hingga akhirnya pada tahun 2003 gadis asal  Dukuh Pasunten Desa Lipursari Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo ini memutuskan untuk berkerja ke Hongkong. Nessa berangkat ke Hongkong melalui sebuah PJTKI. Setelah tiga bulan di penampungan Cengkareng, Jakarta, ia berangkat bulan agustus.

Namun di Hongkong, ia tak bernasib baik. Nessa sempat menjadi korban kekerasan dari majikannya yang kerap memukulinya. “Baru kerja 15 bulan, tepatnya bulan mei 2004, saya minta pulang. Karena bos saya usahanya bangkrut sehingga stress dan sering mukulin istrinya dan saya,” terang gadis yang akrab disapa Anik ini.

Selepas dari Hongkong, Nessa kembali ke kampung halamannya di Wonosobo. Di Wonosobo Nessa bekerja di sebuah stasiun radio swasta Nawa Kartika FM. Disitulah ia memiliki nama udara “Nessa Kartika.”  Nama Nessa Kartika inilah yang lebih banyak dikenal oleh rekan-rekan dan kenalannya hingga saat ini. Di tahun 2004 pula Nessa memutuskan menikah dengan Wahidun dan tahun berikutnya melahirkan seorang putra yang diberi nama Muhammad Axl Satriaji Wahid. Tetapi karena berbagai pertimbangan dan seijin suami, meski berat baginya, akhirnya pada tahun 2007 Nessa memutuskan kembali menjadi TKI. Kali ini ia memilih Singapura melalui sebuah PJTKI di Karangayu, Semarang.

Beruntung baginya, di Singapura ia mendapatkan majikan yang baik. Saat senggang setelah kerja utamanya menjaga orang jompo selesai, Nessa diijinkan menggunakan komputer sang majikan untuk keperluan menulis dan membaca berbagai artikel di internet.
“Tugas saya menjaga seorang kakek, biasanya setelah semua kebutuhan kakek terpenuhi, dia banyak istirahat. Saat itulah kesempatan saya untuk memanfaatkan internet” ungkap pemilik blog www.nessakartika.blogspot.com ini.

Dari Facebook Hingga Ubud Writers and Readers Festival
Awalnya Facebook digunakannya untuk berkomunikasi dengan keluarga, suami serta anaknya. “Dari FB, ternyata punya banyak kenalan dan akhirnya terdorong untuk berlatih menulis secara lebih serius. Gurunya adalah semua kawan FB yang biasa menulis. Kadang-kadang menulis buat dibaca sendiri atau buat lomba dan beberapa kali menang lomba,” demikian Nessa menjelaskan peran FB baginya.

Nessa juga sangat rajin  mencari informasi yang berhubungan dengan lomba menulis, karena ia meyakini bahwa keikutsertaan dalam suatu ajang lomba akan mampu mengasah kemampuannya. Melalui dunia maya, Nessa juga berupaya memajukan kemampuan menulis, salah satunya dengan cara bergabung di group “Untuk Sahabat”di Facebook. “Di forum itu, banyak penulis top yang rendah hati dan mau berbagi kepada penulis pemula yang sedang belajar. Grup ini dibuat oleh Abang Dang Aji Sidik dari Surabaya,” papar Nessa.

Semasa bekerja di Singapura, Nessa tidak hanya mengembangkan kemampuan menulisnya untuk diri sendiri. Didukung KBRI di Singapura Nessa membuka semacam “hotline” melalui surat baik secara konvensional maupun melalui elektronik mail.  “Lewat cara itu secara tidak langsung sebenarnya mendorong kawan-kawan buruh migran belajar mengungkapkan pengalamannya lewat tulisan. Sayangnya kawan-kawan belum banyak yang menanggapi,” ungkapnya menyesal.
Meski kesulitan selalu saja ada, namun Nessa terus membuktikan bahwa ketekunannya pasti akan berbuah keberhasilan. Pada bulan juli 2011 Nessa mengikuti lomba cerpen Bilik Sastra yang diselenggarakan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Voice of Indonesia.
“Alhamdulilah dilomba itu karya saya menjadi pemenang kedua,” katanya gembira.
“Hadiah dari lomba itu saya mendapat tiket pulang pergi Singapura – Jakarta dan akomodasi selama 4 hari 3 malam untuk menghadiri sidang bersama Dewan Perwakilan Daerah dan DPR RI 16 Agustus 2011, serta menjadi tamu undangan di upacara bendera 17 agustus 2011 di Istana Merdeka,” lanjutnya dengan bangga.

Tak berhenti sampai disitu saja, kepiawaian menulis perempuan cantik yang tak malu disebut babu ini, terus membawanya pada pengalaman-pengalaman besar yang tak mudah dimiliki oleh banyak orang. Bersama puluhan penulis terkenal dari dalam dan luar negeri, Nessa berkesempatan menjadi peserta di Ubud Writers and Readers Festival 5-9 Oktober 2011 di Ubud, Bali.
“Saya tak menduga dapat undangan untuk acara itu. Saya ini cuma babu. Babu yang juga bisa menulis,”  ungkapnya terus terang. “Bisa ketemu dengan penulis-penulis terkenal rasanya seperti mimpi,” sambungnya.
Baginya bertemu dengan banyak orang adalah kesempatan untuk menceritakan bermacam pengalaman menjadi TKI. “Saya berharap akan semakin banyak orang yang perhatian dengan persoalan nasib buruh migran,” ungkapnya dengan serius.

BNP2TKI bahkan menobatkan Nessa Kartika sebagai “Pahlawan Devisa Penulis Cerpen” Saat penobatan, Nessa berkesempatan bertemu dengan Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat. Dalam kesempatan tersebut tak lupa Nessa menyampaikan pentingnya perhatian serius terhadap nasib buruh migran dan keluarganya.
“Saya ceritakan hal-hal pahit yang dialami buruh migran, saya tahu cerita saya saat itu didengar bahkan dicatat, tapi saya tak tahu apakah ada langkah nyata yang dijalankan untuk bantu merubah nasib buruh migran,” sambil tertawa Nessa menjelaskan.

Tetap Ingin Jadi TKI dan Penulis
Saat ini meski Nessa menjalani hari-harinya dengan tenang bersama suami dan anaknya di Wonosobo, tetapi ia masih berharap suatu hari nanti ia dapat kembali bekerja ke luar negeri.
“Bagi saya kerja ke luar negeri bukan semata-mata cari uang. Tugas menulis saya belum selesai. Saya ingin terus menuliskan pengalaman-pengalaman buruh migran agar diketahui lebih banyak orang lagi” ungkap Nessa yang saat ini menjadi penyiar di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Pesona FM, Wonosobo.

Nessa memiliki harapan bahwa suatu saat nanti menulis dapat dijadikan sarana oleh buruh migran untuk mengungkapkan pengalaman sehingga dapat diketahui oleh banyak orang.
“Menulis, apapun bentuknya dapat dijadikan seperti senjata. Orang lain dapat mengetahui persoalan kita lewat tulisan. Orang lain juga mungkin bisa memberikan dukungan setelah membaca tulisan kita. Karena itulah saya harap kawan-kawan buruh migran tidak malu dan tidak takut menulis,” demikian pesan Nessa untuk buruh migran Indonesia.

* * * * *

Tuesday, November 29, 2011

[PUISI] SEPERTI...

Seperti saat malam berbintang
Udara dingin menusuk
Aroma hujan menguar
Yang kuinginkan hanya memelukmu

Seperti berdiri di sebuah stasiun
Menunggu kereta mana menuju ke tujuan kita
Yang kuingin hanya memegang tanganmu

Seperti itulah perasaanku padamu.

Seperti saat subuh rapuh
Ku dalam dekapan kebencian
Dengan segala daya
Kuingin mengingatmu
Tuk menikmati rasa mencinta dan dicinta

Seperti saat nafas kita menyatu
Dalam ciuman panjang mengiris ulu hati
Akan cinta terlarang
Yang kuingin hanya menciummu sekali lagi

Seperti saat aku dan kau berada di dunia antah berantah
Saling mendekap, lalu menangis
Menyadari betapa kita akan merindukan hal ini lagi
Yang kuingin hanya mendengar suaramu setiap waktu

Seperti semua itulah aku mencintaimu.

29-11-2011

Thursday, November 24, 2011

Monday, November 21, 2011

[PUISI] Jika Rindu itu Rinai Hujan


NOV RAIN, 21112011

Jika rindu adalah rinai hujan...
cinta adalah semesta mendamba
dengan segala janji langit dan awan
...
Jika rindu adalah rinai hujan
Cinta adalah bumi
dengan bagian yang berbahagia
bagian yang tersakiti
bagian yang memuja
bagian yang terlupakan

Jika rindu adalah rinai hujan
Waktu dan kenangan akan kebersamaan
menjadi syukur atas keterbatasan
hal kecil tentang kebahagiaan
sesederhana rasa yang kita eja saat kekeringan

Jika rindu adalah rinai hujan...
cintaku padamu adalah musim penghujan.

Sunday, November 20, 2011

[PUISI] Jika Rindu Itu Pohon

Jika rindu itu pohon
Mengakar, mengayomi, tumpuan harapan para petani

Aku persembahkan seluruh benihnya di hati pada bumi
Kubiarkan tumbuh liar
Dicintai oleh alamraya
Dan aku...
Hanya menunggu masa
Hingga aku bisa memeluknya
 
 

Saturday, November 19, 2011

[PUISI] Cinta Kita Tak Bersaksi


Cinta kìta tak bersaksi
Bahkan langit dan bumi tak seharusnya mengetahui

Cinta kita hanya butuh keyakinan
Kau mencintaiku lebih
... Aku mempercayai lebih

Cinta kita seadanya
Asal ada kau dan aku
Itulah cinta.

Tuesday, November 15, 2011

[PUISI] 3-0

Untuk saat-saat tak bahagia...

Terima kasih telah membahagiakan aku

Untuk saat-saat aku bahagia,

Maafkan karena aku belum mampu membahagiakanmu.

Sepuluh matahari, 151111

Monday, November 14, 2011

[ARTIKEL THE MALAYSIAN INSIDER] BABU JUGA BISA MENULIS

Opinion
    
Uthaya Sankar SB berkarya dalam Bahasa Malaysia. Beliau adalah presiden Kumpulan Sasterawan Kavyan (Kavyan) dan pemilik tunggal Perunding Media, Motivasi dan Penerbitan Uthaya. Selain menulis, membaca dan bercakap, beliau juga suka menonton filem.

Babu juga bisa menulis

November 14, 2011
14 NOV — Pembekuan yang dikenakan oleh kerajaan Indonesia sejak 26 Jun 2009 terhadap penghantaran pembantu rumah (Tenaga Kerja Wanita, TKW) ke Malaysia akan ditarik balik pada 1 Disember 2011.
Demikian diumumkan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono selepas mengadakan rundingan tahunan kelapan bersama Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak di Lombok pada 20 Oktober lalu.
Sementara itu, pada 18-19 November ini, kedua-dua negara dijadual mengadakan rundingan di Bali bagi menetapkan pelbagai terma berhubung pengambilan TKW.

Buku ‘Singa Bauhinia’ membuktikan pembantu rumah juga boleh menulis.
Bernama pada 21 Oktober lalu memetik Menteri Sumber Manusia, Datuk Seri Dr S. Subramaniam sebagai berkata bahawa TKW antara lain perlu dibayar gaji tambahan sekiranya mereka diminta bekerja pada hari cuti rehat mereka.
Dalam pada itu, khabarnya terdapat sekitar 170,000 TKW di Singapura pada masa ini, tetapi lebih separuh daripada jumlah itu tidak diperuntukkan hak cuti rehat.
Saya mendapat maklumat ini daripada trivia yang dipaparkan di dinding akaun Facebook milik Nessa Kartika, atau nama sebenarnya Anissa Hanifa.
Peluang untuk bertemu Nessa muncul sewaktu kami sama-sama diundang ke Ubud Writers & Readers Festival di Bali pada 5-9 Oktober lalu.
Ibu berumur 28 tahun ini tidak malu untuk mengaku dirinya seorang TKW. Malah, pada blognya di www.nessakartika.blogspot.com, dia mencatatkan dengan berani: “Babu Juga Bisa Menulis”.
Dalam Bahasa Jawa, “babu” merujuk kepada wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah. Namun, istilah itu juga boleh membawa makna “bapa”, “encik”, “adik lelaki”, “kerani”, “tuan”, “datuk” dan banyak lagi mengikut konteks bahasa, budaya dan zaman.

Anissa Hanifa @ Nessa Kartika.
Atau, menurut Nessa sendiri, babu adalah “orang upahan” dalam bahasa paling kasar.
Saya begitu terkesan mendengar perkongsian pengalamannya pada sesi bertajuk “Under the Rug” di Left Bank Lounge, Ubud pada 8 Oktober lalu.
Nessa pernah bekerja sebagai TKW di Hong Kong — di mana dia turut menjadi mangsa gangguan seksual oleh majikan — sebelum bekerja di Singapura.
Segala pengalaman diri serta apa yang pernah dilihat atau didengar daripada rakan-rakan TKW dan Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong dan Singapura dijadikan asas untuk digarap menjadi fiksyen.
Wanita yang berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah ini bekerjasama dengan seorang lagi TKW di Hong Kong, Karin Maulana, untuk menghasilkan kumpulan cerpen berjudul “Singa Bauhinia” (Hong Kong: 2011).
Dalam kesibukan bekerja sebagai pembantu rumah bagi sebuah keluarga di Choa Chu Kang, Singapura, Nessa menggunakan masa terluang untuk menulis.
“Saya amat bertuah kerana majikan membenarkan saya menggunakan komputer dan akses Internet di rumah mereka,” kata wanita itu yang boleh bercakap dialek Mandarin, Kantonis dan Hokkien.
Kisah kelahiran buku “Singa Bauhinia” turut mendapat perhatian dan publisiti meluas di pelbagai media di Singapura, Hong Kong dan Indonesia.

Media di Indonesia dan Singapura memuji keberanian Nessa dan Karin.
Akhbar Straits Times (Singapura) pada 22 Februari lalu melaporkan bahawa Nessa yang bekerja di Singapura berkomunikasi bersama Karin di Hong Kong menerusi e-mel dan Facebook untuk menyiapkan buku berkenaan yang memuatkan 14 buah cerpen.
Nessa ternyata mahu mengubah persepsi bahawa golongan TKW adalah wanita yang “bodoh” dan tidak tahu “bersuara” walaupun diperlakukan sesuka hati oleh majikan.
Cerpen-cerpen dalam “Singa Bauhinia” terbukti mampu merakamkan pengalaman sebenar TKW yang diceritakan pula menerusi sudut pandangan serta menggunakan “suara” mereka sendiri.
“Saya dan Karin memulakan projek buku ini sewaktu dunia baru sahaja dikejutkan kes TKW bernama Sumiati Salam Mustapa yang dilaporkan ditikam, dibelasah dan dibakar oleh majikannya di Arab Saudi,” kata Nessa di akhbar Jakarta Post pada 1 April lalu.
(Belum diambil kira pelbagai kes besar melibatkan majikan dan pembantu rumah yang dilaporkan — atau tidak dilaporkan — di Malaysia.)
Walaupun cerpen-cerpen di dalam “Singa Bauhinia” menggunakan Bahasa Indonesia, saya yakin bahawa pembaca di Malaysia tidak akan menghadapi sebarang masalah untuk memahaminya.
Apatah lagi ramai juga generasi muda pelbagai kaum di Malaysia pada realiti memang diasuh dan dibesarkan sejak lahir oleh TKW (“kakak”) dari Indonesia!
Bercakap mengenai hakikat ini, saya teringat akan pandangan yang dikemukakan oleh Nessa, Jaladara dan Rida Firtia semasa sesi “Under the Rug” di Ubud.
Harapan dan impian mereka adalah bahawa anak-anak di Singapura, Malaysia, Hong Kong dan negara-negara lain yang diasuh dan dibesarkan oleh TKW akan lebih memahami golongan itu dari segi psikologi dan kemanusiaan.
“Saya harap apabila anak-anak ini nanti sudah besar, berkeluarga dan punyai babu di rumah, mereka tahu melayan TKW dengan sedikit perikemanusiaan,” kata Nessa dengan suara sebak.
Harapan yang diluahkannya itu turut mengundang air mata ahli panel yang lain serta menyentuh perasaan para hadirin yang terdiri daripada kelompok penulis dan peminat sastera antarabangsa.
Mungkin sahaja pengalaman TKW di Singapura dan Hong Kong seperti yang diceritakan menerusi “Singa Bauhinia” tidak sama dengan keadaan serta realiti di Malaysia. Ulang: Mungkin.
Dalam cerpen “Keinginan” karya Nessa, diceritakan kisah Hana yang pergi ke Hong Kong sebagai TKW. Digambarkan rasa rindu kepada anak-anak kecil yang terpaksa ditinggalkan di kampung bagi tempoh beberapa tahun.
Tidak sekadar itu, Hana juga menjadi mangsa apabila majikan mengalami kerugian dalam perniagaan atau menghadapi masalah peribadi.
Selama 15 bulan bekerja di Hong Kong, watak Hana berasa takut dan trauma berikutan gangguan seksual serta menjadi mangsa rogol oleh majikan.
Berbeza pula dengan cerpen “Love Is Not Impossible” di mana Dave, seorang pemuda, jatuh cinta pada Evin, TKW yang bekerja di rumah bapanya.
Cerpen “Kupu-kupu Puncak Beton” menceritakan mengenai watak Novi yang sudah hampir empat tahun bekerja sebagai TKW di Singapura.
Suatu hari, dia bertemu Rana, seorang lelaki Bangladesh yang meminta Novi melayan nafsunya sebagai ganti untuk mendapatkan sebuah telefon bimbit percuma.
Seterusnya, cerpen “Cinta Singa Bauhinia” berkisar tentang Lia yang kecewa berikutan kekasihnya, Gun, berkahwin dengan wanita lain.
Lalu, ketika menjadi TKW di Hong Kong, Lia menjalin hubungan bersama seorang tomboy bernama Retno. Pengakhiran cerita ini pasti membuatkan ramai menepuk dahi.
Menerusi cerpen “Hanya Aku dan Bintang”, Nessa mengangkat kisah Eva yang lari dari rumah bersama kekasihnya, Bintang.

Jaladara bersama buku ‘Surat Berdarah untuk Presiden’.
Mereka melarikan diri dari Jawa dan cuba memulakan hidup baru di Bandung. Apa yang menjadi masalah adalah bahawa mereka belum bernikah secara sah.
Kehidupan menjadi lebih rumit apabila Bintang kemalangan dan Eva terpaksa bekerja di kelab malam.
Buku ini turut disertakan komen pembaca yang terdiri daripada beberapa penulis Indonesia serta beberapa BMI dan TKW yang bekerja di Hong Kong, Korea dan Singapura.
Sebuah lagi buku yang secara khusus merakamkan catatan pengalaman sebenar BMI dan TKW di Hong Kong berjudul “Surat Berdarah untuk Presiden” (2010).
Para TKW antara lain mendedahkan bagaimana mereka tidak lagi dianggap atau dilayan sebagai warga Indonesia sebaik sahaja mereka memperoleh permit untuk menjadi BMI.
Buku “Singa Bauhinia” dan “Surat Berdarah untuk Presiden” khabarnya sudah diserahkan ke pejabat Presiden Indonesia tetapi tiada apa-apa maklum balas diterima.
Dalam pada itu, apa yang saya harapkan adalah supaya majikan di Malaysia membaca kedua-dua buku ini untuk memahami jiwa TKW yang sudah/bakal diambil bekerja sebagai pembantu rumah.
Saya akui bahawa “harapan” ini adalah terlalu tinggi dan hampir mustahil untuk menjadi kenyataan di negara bertuah ini.
Mungkin lebih mudah untuk “mengharapkan” kerajaan memberi kerakyatan kepada pendatang asing tanpa izin (PATI) berbanding mengimpikan rakyat Malaysia membaca buku cerita mengenai BMI dan TKW.
Maka, saya memutuskan untuk meletakkan harapan yang lebih diterima akal rasional: Semoga para BMI dan TKW di Malaysia membaca kedua-dua buku ini dan seterusnya mendapat semangat untuk turut menulis fiksyen berdasarkan pengalaman diri.
* The views expressed here are the personal opinion of the columnist.

SAJAK RASA

‎|
SAJAK RASA

Pertanyaanku adalah:
kalimat apa yang hendak kau berikan ketika
ingin kutulis sajak untukmu?
Kau berserah padaku.

Pikirku adalah:
penjara hati, sekat rasa dan gelombang rindu
Pikirmu adalah:
alam entah dimana, tanpa manusia, tanpa sinyal

Aku bertanya kepada malam:
bagaimana menyiasati rasa
membongkar penjara dan kepapaan

Gerimis yang menjawab:
siang tadi mendung
dan esok matahari, aku tiada

angin menerbangkan asa
meliukkan tarian rindu
menyetuh luka yang nyaris binasa

: kita pernah mengalami hal-hal yang jauh lebih menyedihkan!

Aku masih ingin bertanya,
tapi malam utusanmu mengetuk pintu
berterus terang ingin menengok isi hatiku

: aku pernah mengalami hal-hal yang jauh lebih menyedihkan

Aku ingin kita sepakati beberapa hal saja:
di tengah kemiskinan dan ketidakberdayaan kita
kita masih bersyukur mengecap yang hanya ada pada kita

siang tadi mendung
esok matahari
dan kita bisa menikmati semuanya
dengan cara kita
kepercayaan
harapan
niat
doa
kepasrahan pagi kepada siang,
siang kepada malam
dan malam kepada cahaya

Aku tak akan bertanya lagi kepada diammu
karena kita telah punya kesepakatan rasa
sajak-sajak hati
sajak-sajak kerelaan

14-11-2011