Hana menghembuskan nafasnya, mengamati kesibukan bandara Cek Lap Kok yang nampak dari jendela pesawat yang membawanya ke Hongkong. Hana berada diantara keinginan-keinginan hatinya yang saling mendesak, bagai pesawat yang meluncur laju dari landasannya, Keinginan-keinginannya begitu tinggi tak mungkin baginya untuk kembali pulang sebelum semua terwujud.
Hidup yang dialaminya selama ini juga tak begitu manis, Orang tuanya hanya berpenghasilan pas-pasan untuk menyekolahkan ia dan kedua adiknya mereka betul-betul harus prihatin jadi begitu ia lulus SMA, bertekad untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya, membantu orang tua untuk menyekolahkan adik-adiknya dan siapa tahu ia bisa kembali melanjutkan ke perguruan tinggi, ia minta ijin orang tua untuk bekerja di Hongkong. awalnya Bapak dan Ibu tak mengijinkan, bagi mereka makan tak makan asal kumpul, mereka akan bahagia. namun tekad Hana yang bulat membuat mereka terpaksa megijinkan Hana pergi merantau dengan berurai airmata.
Di PT, Hana melihat dan mendengar begitu banyak cerita dan pengalaman kawan-kawannya dan ketika tiba saatnya ia akan berangkat ia telah mempersiapkan hatinya untuk hal yang terburuk sekalipun. meski mimpinya untuk menggapai bintang di langit teramat sangat manis, sedangkan kehidupan yang akan dilaluinya belum pasti, namun Hana yakin ia tak berlebihan. ia punya waktu 2 tahun untuk berusaha mewujudkannya.
“Hongkong.. I’m coming…,” bisik hatinya sambil terus berdoa di ambang pintu keluar pesawat.
Hidup yang dialaminya selama ini juga tak begitu manis, Orang tuanya hanya berpenghasilan pas-pasan untuk menyekolahkan ia dan kedua adiknya mereka betul-betul harus prihatin jadi begitu ia lulus SMA, bertekad untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya, membantu orang tua untuk menyekolahkan adik-adiknya dan siapa tahu ia bisa kembali melanjutkan ke perguruan tinggi, ia minta ijin orang tua untuk bekerja di Hongkong. awalnya Bapak dan Ibu tak mengijinkan, bagi mereka makan tak makan asal kumpul, mereka akan bahagia. namun tekad Hana yang bulat membuat mereka terpaksa megijinkan Hana pergi merantau dengan berurai airmata.
Di PT, Hana melihat dan mendengar begitu banyak cerita dan pengalaman kawan-kawannya dan ketika tiba saatnya ia akan berangkat ia telah mempersiapkan hatinya untuk hal yang terburuk sekalipun. meski mimpinya untuk menggapai bintang di langit teramat sangat manis, sedangkan kehidupan yang akan dilaluinya belum pasti, namun Hana yakin ia tak berlebihan. ia punya waktu 2 tahun untuk berusaha mewujudkannya.
“Hongkong.. I’m coming…,” bisik hatinya sambil terus berdoa di ambang pintu keluar pesawat.
***
No comments:
Post a Comment