Sinopsis
Kutoleh ke belakang. Tak ada yang aneh, hanya tembok tinggi menjulang dengan tanaman pakis terjulur menempel dari atas ke bawah. Sekilas perasaan itu menajam, aku menahan nafas. Kulafalkan surat Annas.
Temanku, Hartini terheran-heran, "Ada apa, Mbak?"
"Aku merasa ada yang lelaki memperhatikanku," kataku.
Hartini ikut menoleh ke belakangnya, lalu cuma tertawa. "Perasaan saja."
Aku mengangguk. Aku yakin aku diperhatikan, Ketajaman indera keenamku tak pernah salah. Kurapalkan beberapa do'a pada siapapun itu, agar tak menggangguku. Meski begitu sebagai perempuan yang berada di antara total dua ratus perempuan, aku menepiskan perasaan itu.
~~
Namun, ketika pada suatu hari minggu...
Anakku yang berumur dua tahun, bicara pun belum lincah. Kata pertama yang meluncur dari mulutnya hari itu adalah, “Ma, aku mau main sama dia....”
Aku berpandangan dengan suamiku, kami mengikuti arah yang ditunjuk putraku, taman di sudut belakang.....
Bulu kudukku merinding seketika...
~~~~~~
Dwilogi ini :
Part 1 : ANTOLOGI NULISBUKU - "Bayi Ratus Ibu"
Part 2 : ANTOLOGI UNSA KEMATIAN - "Misteri Kematian Bayi Ratus Ibu"
Dwilogi ini :
Part 1 : ANTOLOGI NULISBUKU - "Bayi Ratus Ibu"
Part 2 : ANTOLOGI UNSA KEMATIAN - "Misteri Kematian Bayi Ratus Ibu"
No comments:
Post a Comment