BASABASI
By Nessa Kartika
Malam sudah dikepung oleh kabut. Selepas isya tak ada warga ke luar rumah. Warga lebih memilih untuk menarik selimut, tidur. Segelintir pemuda bertahan di prapatan, bercengkrama di depan warung, ngopi dan melinting tembakau murahan. Percakapan seputar cewek, kegiatan mereka tadi, kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh kayu dan buruh pabrik roti, atau mencakapkan BasaBasi.
BasaBasi punya seorang istri, tukang pijat tua renta, hoby ngomong jelek. Walau kasar omongannya, tapi tenaga tua nya banyak dicari, terutama buruh kasar yang badannya pegal linu, atau ibu ibu yang anaknya kecengklak, istilahnya.
Akhir-akhir ini istri BasaBasi kemana-mana sambil mengumbar cerita tentang sang suami yang sakit tak jelas. Sejak menderita serangan stroke yang terakhir kali, hidupnya di ranjang saja, diasuh oleh istri dan menantunya yang gendut.
Keadaannya bukan tambah baik malah tambah tak jelas. Hidup tidak mati pun tidak. Badan tak boleh tersentuh. Meski sudah tak nalar, tak dengar dan tak mampu gerak, namun berisiknya minta ampun. Tak peduli pagi, siang atau malam, bahkan tengah malam... seharian, selalu berteriak-teriak minta tolong karena kesakitan.
Keluarga sudah tak tahu harus menolong bagaimana lagi, si Istri sempat mengeluh pula, "Pak, kenapa kau tak mati saja...? Bertahun-tahun kau begini, kasihan lah yang masih hidup, kasihan kau lah... ."
Pemuda desa sudah tahu tentang susuk yang dipakai BasiBasi, sudah diambil Pak Kyai. Mereka bercanda tentang tujuan apa digunakannya susuk itu, mereka tau si Istri bawelnya setengah mati. Andai balita yang dibawa pijat bisa lari, sudah lari lah mereka takut dengan mukanya yang mirip Mak lampir pula.
Seharusnya, setelah susuk itu ditarik dari badan, orang langsung bisa mati wajar, apalagi jika sakitnya BasaBasi memang karena umurnya yang sudah tua, sudah bobrok juga organ badan, waktunya mati. Namun BasaBasi masih begitu begitu saja.
Timbul tanya di hati warga, glenak glenik tetangga, para ibu tukang rumpi sambil berjemur, obrolan pemuda sambil siskampling, "siapa yang mengerjai BasaBasi?"
Rahasia umum tentang identitas si Dukun Santet, tak habis diceritakan di sini, yang masih rajin mengelilingi rumah-rumah setiap tengah malam dengan sepatu bot-nya.
Entah apa masalah mereka, apa yang membuatnya tega dan apa tujuannya. Hanya Allah ta'ala dan si Dukun yang tahu. Warga dan keluarga lama-lama hanya bisa mengelus dada dan berharap BasaBasi segera mati. (Wonosobo, 24 November #2016)
No comments:
Post a Comment