Setiap hari aku berjuang untuk tetap hidup, walau di rumahku sendiri tak ada yang peduli aku hidup atau mati.
HB ku sudah mepet, hasil lab minggu lalu di angka 7,5. Dr. Dia menyuruhku cek lab ulang setelah HD dan segera opname untuk transfusi. Aku tidak suka ini.
Aku tidak kontrol hari itu. Tak peduli betapa lemasnya aku. Jalan saja sudah nabrak-nabrak tak karuan. Mungkin hari ini HB ku sudah 6 atau 5, nafasku mulai sesak, pusing berkunang karena kurang darah dan juga serangan hipotemia beberapa kali dalam satu minggu. Wonosobo dingin.
Aku tidak tahu pada siapa ku bercerita soal kondisiku. Kuhadapi saja seorang diri.
Saat hipotemia menyerang aku hanya bisa membungkus air panas dengan plastik dan memeluknya dalam selimut. Jika serangan anemia menyerang, aku hanya bisa berhenti sejenak dari aktifitasku, menutup mata, dan ketika kembali kubuka mata, kuharap semua baik baik saja.
Mata kiriku buram. Dr Ivan mencurigainya retinopati, memberiku surat rujukan balik ke puskesmas, itu dua bulan lalu. Sampai hari ini, aku takut ke puskesmas.
Semoga Allah memberiku kekuatan.
22 Juli 2019
No comments:
Post a Comment