Bos Perempuanku alias Simbok adalah pengidap penyakit 'sok-penting' akut, itu membuatnya selalu merasa orang seisi dunia punya utang ke dia. Hobbynya 'nggak-suka'. 'nggak-suka-liat-artis-di-tipi', 'nggak-suka-liat tetangga-bikin-pesta', 'nggak-suka-liat orang-laen-seneng'... pokonya nggak suka. yang paling parah adalah penyakit kambuhan simbok 'alergi-mertua' yang kalo kumat ributnya bisa kedenger orang sekomplek... huft...
bos laki-laki ku orangnya sissy, macam banci. kotor dikit aja ribut. tapi yang aku seneng, bos laki ku orangnya nggak suka bikin masalah. diem... aja.
Nah lain lagi si simbah, mertuanya simbok, ibunya bos lakiku. yang biasa kupanggil lampir. orang ini udah setengah gila gara-gara anak laki-laki satu-satunya kawin ma orang (maksudnya ya simbok ku) n aq sebagai pembantu, alien yg datang dari Indonesa bawa koper isi dua stel baju dalam setahun bajuku ngk muat dua lemari... hihihi... telah merampas tugas lampir satu-satunya sebagai ibu rumah tangga.
Yang tadinya lampir harus nyapu, ngepel, masak sekarang tugas aku.
yang seharusnya jaga cucu laki-laki satu-satunya sekarang tugas aku.
Jadi kesimpulannya Lampir tak suka pada dua orang di rumah ini. Aku dan Simbok.
Lampir akan duduk di sofa ruang tamu yang merupakan tempat dimana dari situ bisa melihat seisi rumah kalo aku lagi bertugas. Lampir akan jalan bolak balik kayak setrikaan kalo aku lagi make dapur. n jelas radio on. bukan radio beneran tapi si lampir yang akan ngoceh dari aku mulai masak sampe selesai sampe aku keluar dari dapur yang konon dulunya adalah wilayahnya. tapi sebagai pembantu teladan aku diem aja, telinga ku shut off. habis perkara.
nah di suatu pagi di hari minggu.
Lampir dan suaminya bangun siangan jam 12an mau makan. semua makan siang dah tertata di meja. Aku menyuapi baby. lampir seperti biasa mondar-mandir tapi diam-diam di pintu dapur doank. si Bapak lagi sikat gigi di wastafel luar kamar mandi yang berseberangan dengan dapur. simbok mau bikin kopi.
aku sibuk ma baby tak liat simbok berkutak-katik dengan laci pertama kabinet dapur yang isinya sendok n keluarganya. nyari sendok kecil buat ngaduk kopi.
"diatas," kata lampir tiba-tiba.
kami semua melongo, nengok ke atas, ga da yang aneh...
"apa?" balas simbokku ketus
aku juga bertanya-tanya apa maksud lampirku, orang di atas ngk ada apa2 kok
lampir di ketusin ngk langsung jawab malah bergumam ngk jelas
simbok bertanya lagi, "apaan?"
si bapak menyahut tak senang, "di atas sendoknya... kayak gitu aja kamu bentak ibu."
aku baru ngeh...
ooowwwh... sendok... maksud lampir sendoknya ada di lemari dapur yang atas.
tapi perang keluarga terlanjur pecah
"aku ngk bentak, aku ngk mudeng aja maksud dia tiba-tiba bilang di atas... kirain apaan."
"jelas2 kamu lagi nyari sendok, jelas aja maksud dia sendoknya yg diatas."
"iya tapi aku kan nggak tanya, dia tiba2 bilang di atas mana aku tahu maksudnya dia..."
bla...bla..bla...
Aku terpaksa mengungsikan baby ke kamar, nyetel disney chanel keras-keras.
biar baby ngk denger perang di luar.
nggak lama kemudian simbok masuk dengan muka teramat-sangat-masam-sekali-berurai-air-mata.
perang dingin berlangsung seharian.
malam hari simbok mengemasi baju2 dan sepatunya ke tas.
"mau kemana?" tanyaku
"keluar" kata simbok mencium baby yg tertidur lalu mengangkut 2 tas besarnya keluar rumah.
aq bengong.
Simbok purik...
sebagai wanita bersuami aku tahu rasanya dongkol bertengkar ma suami gara2 mertua
aq juga tahu rasanya purik
(terus terang kalo aku purik ke tempat ibuku malah malu sendiri, coz ibu malah bodo-bodoin aku... :(
belum termasuk malu nya kalo orang lain tau)
tapi sebagai babu, aq bingung menghadapi situasi seperti ini.
apalagi pertengkaran mereka dimulai gara-gara sebuah sendok.
byuuuh....
bos ku laki juga bingung
dia keluar masuk kamar nggak mantep.
aku mau ngomong sesuatu pun takut dianggap ikut campur.
jadi aku diam aja.
tak lama aku dengar bapak keluar rumah.
dua jam kemudian simbok masuk lengkap dengan 2 tas yang tadi dibawanya, dengan muka penuh air mata nangis bak film india.
"wat happened? r u okay?" tanyaku bener-bener pengen tau
tapi simbok melengos, cover selimut, tidur (ato pura-pura tidur)
aku masih terdiam, nanya salah, kalo nggak nanya jg salah.
yang penting aku dah berusaha menampakkan perhatianku, dia nggak mau jawab ya udah
besok juga dia cerita sendiri
tapi aku menarik nafas lega.
malam itu simbok cuma purik selama dua jam.
No comments:
Post a Comment