Bp.Sugiyatno pembicara dari Kebumen |
Sabtu, 8 September 2012 menjadi hari yang bersejarah bagi Wonosobo
khususnya bagi dunia penulisan (literasi). Pasalnya, pada hari itu telah
sukses digelar acara louncing dan bedah dua buku karya penulis-penulis
Wonosobo dan sekitarnya. Acara yang digelar di Ruang Diskusi Perputakaan
Wonosobo ini berlangsung mulai jam 14.00 sampai jam 18.00 WIB. Di
samping acara inti louncing dan bedah dua buku, pembacaan puisi, acara
juga dimeriahkan dengan penampilan Teater Banyu berupa musikalisasi
Puisi.
Peserta serius ikuti acara |
Peserta yang sebagian besar siswa SMPN 1 Wonosobo dan beberapa dari
sekolah lain (SMAN 1, SMAN 2, SMKN 1, MTsN, dll ) sangat antusias
mengikuti acara. Terbukti dengan banyaknya pertanyaan pada saat tanya
jawab. Dalam hal ini, Haqqi el-Anshary (Budayawan Wonosobo) yang
berperan ganda sebagai pembicara sekaligus host menanggapi secara
positif. Haqqi sangat bangga dengan motivasi peserta untuk mengetahui
lebih lanjut soal tulis-menulis, mengingat kalau “ omongan bisa tertiup
angin tetapi tulisan akan tetap abadi”, katanya. Sementara itu,
Sugiyatno (Penulis, Pembicara dari Kebumen) memotivasi peserta dengan
filosofinya tentang menulis, “ Menulis itu untuk ibadah, sedang
penerbitan buku untuk bersilaturahmi dengan kawan penulis. Tulisan akan
mengenang sebuah sejarah. Jadi, di mana pun kita usahakan untuk
menulis”.
Alysfiska Diffa W. (peserta) mengajukan pertanyaan |
Karya sastra berperan dalam pembentukan generasi penerus sastra. Karena
itu, Tossa Poetra (Penulis, Editor Buku, Pembicara dari Trenggalek)
datang jauh-jauh ke Wonosobo. Menurutnya, “ Wonosobo itu pusatnya Pulau
Jawa. Banyaknya sastrawan Wonosobo mudah-mudahan akan menggerakkan
perkembangan sastra di Wonosobo dan menjadi pusat sastra Pulau Jawa
bahkan Indonesia”. Penggerak sastra Cyber ini menambahkan alasan mengapa
acara digelar tanggal 8 September, karena hari itu adalah Hari Baca
Tulis Internasional.
Dena Isti Pasha, penanya yang paling lucu |
Sementara itu, Nessa Kartika (Penulis, Pembicara
dari Wonosobo) berbagi resep menulis.
" Mengawali sebuah karya dapat dengan sebuah kalimat. Dalam menulis harus selalu fokus. Menulis prosa (cerpen) harus utuh, sedang menulis puisi kita haru memadatkan bahasa dan mengubah bahasa menjadi lebih indah/puitis", kata Nessa.
" Mengawali sebuah karya dapat dengan sebuah kalimat. Dalam menulis harus selalu fokus. Menulis prosa (cerpen) harus utuh, sedang menulis puisi kita haru memadatkan bahasa dan mengubah bahasa menjadi lebih indah/puitis", kata Nessa.
Masih tentang resep menulis,
Tossa menambahkan beberapa resep menulis menurut beberapa penulis, yakni
dengan teori matahari kata (Mas Doyok), Menyebutkan satu kata benda
lalu diberi kata kerja dan kata pujian (Mas Rkhmat), Kepala Bernomor
(Mas DoyoK), dll. Sebelum acara yang didukung oleh Komunitas Sastra
Wonosobo, Komunitas Kamboja, Sembilan Putiara Publishing dan Perpusda
Wonosobo usai tampil parade pembacaan puisi oleh Djebeng Asmarasufi,
Maria Bo Niok, Stevi Sumangkut, Alfa Ulfalah, Yusuf AN,Vanera El-Arj,
dan Pekik Sat Siswonirmolo.
Nessa Kartika, penulis perempuan wonosobo |
Sebagai penutup acara adalah Pembagian Dorprize (Buku) bagi peserta yang
bertanya, yakni Lintang Madani, Dyah Ayu, Dena Isni Pasha, Alysfiska
Diffa Wijaya, Nur Resqi Handhiningsari, Alfa Ulfalah, Eko Hastuti, dan
Seorang Siswi dari SMAN 1 Wonosobo. Alhamdulillah, acara yang gratis ini
berlangsung dengan meriah dan sukses. (Eko Hastuti)
No comments:
Post a Comment