PURBALINGGA
- 15 pemuda pelopor dalam berbagai bidang yang telah melalui seleksi
mulai dari tingkat kabupaten hingga ke provinsi oleh Provinsi Jawa Tengah,
menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Tengah, pada acara Peringatan Hari
Sumpah Pemuda ke-84 Tingkat Provinsi Jawa Tengah, yang berlangsung di Kabupaten
Purbalingga, Minggu (28/10) lalu.
Peraih
penghargaan untuk bidang keolahragaan, juara I – III Puspa Aprilia (Kota
Salatiga, Endri Dwi Pramularso (Pemalang), dan Muhamad Syaeful Anam (Grobogan). Peraih
penghargaan untuk bidang pendidikan juara I – III, Arif Sulistiono (Kota
Pekalongan), Intan Furotul Aini (Demak), dan Ibnu Fathi (Kab Pekalongan).
Bidang
teknologi tepat guna, juara I – III, Imron Mashadi (Demak), Syamsu Ma’arif
(Kudus), dan A’ang Khoirudin (Rembang). Kemudian bidang seni dan budaya, juara
I hingga III, Danas Moro (Temanggung), Anissa Hanifa (Wonosobo), Laras
Risna Hastuti (Demak), bidang pariwisata juara I – III, Edhi Suparman
(Purworejo), Rahayu (Temanggung), Luthfy Avian Ananda (Rembang).
Penghargaan
lomba gerak jalan 28 kilometer, juara I dari Kabupaten Blora yang diterima Adi
Purwanto, juara II Kabupaten Rembang (Sunarto), dan juara III Kabupaten Kudus
yang diterima oleh Bambang Widiharto.
Gubernur
Jateng Bibit Waluyo dalam amanatnya, mengajak agar para pemuda untuk kembali
lebih menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan itu untuk bisa memfilter perkembangan zaman yang semakin
maju. Apalagi untuk `IT yang tidak mengenal istilah batasan baik ruang maupun
waktu, sewaktu-waktu kita bisa menengok kebelahan bumi bagian manapun, baik
Indonesia, Amerika ataupun Eropa. Kita harus bisa membentengi jatidiri
Indonesia dengan nilai - nilai Pancasila, kata Gubernur Jawa Tengah Bibit
Waluyo dalam pidatonya pada acara peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke 84 di Kabupaten
Purbalinga.
Usai
upacara dilanjutkan dengan pagelaran seni kolosal yang menampilkan 250 anggota
Pencak Silat Merpati Putih, dimulai dengan Tata Gerak Rangkaian Gerak Ditempat
(RGT) yang disambung dengan Jurus Tunggal versi Ikatan Pencak Silat (IPSI)
dan Penampilan seorang pengendara sepeda motor dengan mata tertutup dan
berputar keliling alun-alun, juga membuat decak kagum masyarakat yang
menyaksikannya. Seorang pengendara ini melintasi berbagai rintangan yang dibuat
oleh teman-temannya.
Selain
atraksi bersepeda motor dengan mata tertutup, dua orang anggota perguruan ini
juga membaca tulisan disebuah album yang ditulis oleh Gubernur Jateng. Tulisan
itu dengan mudahnya dibaca hanya dengan meraba. Mata mereka sebelumnya sudah
ditutup plester dan dilapisi kain.
Tak
hanya itu, perguruan Merpati Putih juga menyuguhkan atraksi mematahkan es balok
yang berlapis empat, bahkan salah satu peserta demo masih duduk di kelas 2 SD
dengan dipukul dua stang pompa dragon. Tak
mau kalah dengan penampilan Merpati Putih, Komandan Kodim 0702 Purbalingga
Letkol Inf Jati Bambang turun ke lapangan mematahkan besi dengan tangan maupun
dengan pahanya.
Acara
dilanjutkan dengan Pagelaran Tari Lenggasor yang dimeriahkan oleh sekitar 75
penari, Tari Lenggasor merupakan Tari Kreasi Banyumasan yang merupakan filosofi
dari kata Lenggah dan Ngisor, kata lenggah dalam bahasa Indonesia berarti
duduk, dan ngisor dalam bahasa indonesia berarti di bawah, secara keseluruhan
berarti duduk di bawah, dimana ini menggambarkan bahwa yang lebih muda
menghormati yang tua.
Pagelaran
seni diakhiri oleh pertunjukan Rampak Kentong atau lebih populer dengan nama
thek-thek, yang diikuti sekitar 150 pemuda pemudi yang tergabung dalam grup
thek-thek "KINGSAN". Seni thek-thek membawakan beberapa lagu yang
dikemas dengan apik dengan iringan musik dari kentongan, angklung, gambang,
suling, bedug besar, bedug kecil, eret-eret, tripok/teplak, dan tamboring. Penampilan
pertama dengan lagu ’Linggamas’ (Purbalingga Banyumas), kemudian lagu Bangun
Pemuda Pemudi, Dawet Ayu Banjarnegara, Baturaden, Jaranan, dan lagu Darah Muda.
Seni
thek-thek merupakan kolaborasi antara seni musik dengan seni tari, dimana
separuh anggota memainkan musik untuk mengiringi separuhnya lagi anggota yang
menari. Musik kenthongan atau thek - thek pada awalnya dimainkan oleh sebagian
orang yang tengah melakukan ronda. Alat musiknya dari bambu dan dimainkan oleh
sekitar 7 – 10 orang. Namun, kali ini musik kenthongan dimainkan secara apik
dengan menyuguhkan lagu-lagu yang menarik pula serta atraksi para pemusiknya. [Irfan]
Sumber : http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=33945