Adzan subuh baru saja berlalu. Lantunan sholawat merambat pelan melalui speaker masjid negeri di awan. Gigil masih menjadi setan. Aku belum beranjak hingga pesan notifikasi datang, media sosial. Kuraih hape-ku tapi berubah pikiran.
"Panggilan adzan sama panggilan medsos kok lebih tergerak dengan panggilan medsos? Astaghfirulloh...," pikirku.
Kutendang selimutku, berangkat wudhu dan menunaikan subuh.
_o0o_
Klunting!
Kali ini kuraih hape-ku sambil menuju dapur, kata Iwan Fals, 'Hari ini aku rasa kopi nikmat sekali'. Segera aku membuat segelas kopi susu dan duduk di dekat jendela terbuka.
Suara cericipan anak ayam yang sudah diumbar dan cuitan burung di dahan membuatku merasa nyaman.
Membuka layar hape dan tiba-tiba merasa deja-vu.
Sebuah nama yang terlupa muncul di notifikasi. Sejenak aku terbawa perasaan. Meskipun tidak banyak kenangan, namun keberadaannya penting untukku.
Seorang sahabat yang telah lama pergi. Bagaimana menyapa 'apa khabar?' dalam situasi seperti ini? Namanya cukup menghadirkan geletar kerinduan, seolah selama ini dia ada namun tak saling bicara. Seolah waktu diputar ke tahun-tahun yang lama. Seolah berada di kota yang sama namun tak saling menyapa, karena dikira tak ada.
Kemudian rendesvous yang dibatalkan oleh hujan dan keadaan. Ketika pertemanan tiba-tiba hilang.
Aku menyesap kopiku, sambil memikirkannya pelan. Perlahan, seperti matahari muncul di ufuk timur.
-o0o-
#AyamJantanDariTimur
No comments:
Post a Comment