Suatu hari saat sedang rias pengantin di pinggiran Wonosobo, aku bersama temanku, tak usahlah aku sebut namanya, sebut saja mbak Bunga. Perias juga, selain itu dia orang kesenian, umur 3-4 tahun di atasku.
Sambil make up muka orang dia curhat tentang suaminya (Pak X) yang notabene adalah suami orang sedang galau.
"Galau kenapa, mbak?"
"Istrinya pulang dari Hongkong, Pak X sedang mencari waktu untuk terus terang soal hubungan kami."
Whattt??
Serius aku seperti shock, ada sedikit sakit hati. Walau aku bukan teman Mrs X, menjadi teman Mbak Bunga tidak membuatku mendukung beberapa hal, apalagi ini.
Mbak Bunga dan Mr X sama-sama seniman, dipertemukan di panggung. Namun kepergian Mrs X ke luar negeri pasti bukan tanpa alasan, aku yakin benar awalnya motif ekonomi. Hal ini tidak membuat aku nyaman. Cinta lokasi atau kesepian bukan alasan untuk mengkhianati istri. Apalagi istri yang adalah TKW.
Sebagai seorang konselor BMI/TKI/TKW aku ikut sakit hati. Sekali lagi aku bilang, posisiku sebagai teman Mbak Bunga tidak membuatku mendukung ini.
Sekitar 2 tahun yang lalu ketika mbak Bunga berbinar-binar bercerita tentang Mr X aku ikut senang, namun ketika mendengar latar belakang Mr X yang adalah suami orang dengan dua anak yang sudah remaja, ditambah istrinya adalah seorang buruh migran, aku miris.
Aku tidak menyalahkan cinta, bisa jatuh pada siapa saja.
"Aku cuma pinjam, mbak Nessa. Selama aku berhubungan sama Mr X, tidak ada niat sama sekali agar ia bercerai dan sebagainya. Aku sadar dia suami orang." Mbak Bunga melanjutkan ceritanya.
Aku terbawa perasaan. Aku juga bersuami, jika suatu saat (amit-amit) terjadi suamiku diambil orang, bagaimana?
Kata-kata pinjam itu apakah suatu pembenaran? Seolah 'suami' itu barang.
Walaupun untuk kasus seperti ini Mr X pasti bukan satu-satunya di dunia. Sudah banyak terjadi. Tingkat perceraian yang tinggi di Wonosobo juga mayoritas penyebabnya karena suami/istri bekerja di luar negeri.
Reaksi Mrs X jelas saja ngamuk. Mbak Bunga menceritakannya padaku beberapa hari kemudian.
"Sepertinya Mr X berat memilihku, padahal aku tidak berharap ."
Satu keluarga lagi retak. Dua orang anak jadi korban. Satu orang TKI jadi single parrent, dan akan kembali ke luar negeri lagi untuk bekerja mati-matian menafkahi anak. Daur kehidupan yang menguras emosi. Klise, terjadi dimana-mana pada banyak teman BMI.
Apakah tidak ada cara mencegahnya? Agar tak ada lagi TKI yang jadi sapi perah, tidak dianggap manusia.
Pikirku hanya, setelah ini apa?
_o0o_
#tulisanintropeksi #baper #love #hate
No comments:
Post a Comment