·
Inspirasi
wanita Tabloid Taman Plaza edisi Juli-Agustus 2012
Wakil Bupati Kabupaten Wonosobo :
MAYA ROSIDA
Mencapai usia 187 tahun Kabupaten Wonosobo yang makin sukses
membangun, ternyata menyisakan beberapa bagian yang tak seimbang sebagai kota
kecil, yaitu keberadaan anak jalanan yang angkanya mencapai lebih dari 100
orang. Apakah Pemerintahan Kholiq-Maya melewatkan aspek ini? Bagaimana Ibu Wakil
Bupati, Maya Rosida menyikapi hal ini?
Pada (13/7) Taman Plaza
mendapat kesempatan untuk meliput langsung dialog Ibu Maya dengan anak-anak
jalanan yang tergabung dalam FKJM. Forum Komunitas Jalanan Merdeka yang
dikoordinir oleh Wheny Avatar, mantan anak jalanan yang kini menjadi pembina
anak jalanan.
Anak jalanan identik dengan predikat sampah
masyarakat, pengangguran, pemalas padahal ada hal lain yang menjadi akar
persoalan anak-anak tersebut sehingga akhirnya harus berkeliaran di jalanan.
Ibu Maya mengategorikannya menjadi 4 (empat), di antaranya karena masalah
ekonomi, anak tersebut meninggalkan atau ditinggalkan oleh keluarganya, meninggalkan
sekolahnya dan mempunyai kegiatan keseharian yang rutin di jalanan.
Anak-anak jalanan itu
memiliki berbagai masalah, seperti pendidikan, kesehatan dan alih profesi.
Menurut Ibu Maya, Pemerintah Kabupaten Wonosobo bekerjasama dengan Dinas
Sosial, Dinas Kesehatan, Pemberdayaan Perempuan dan Anak telah menerapkan
program-program Pemerintah yang teraspirasi dari kebutuhan dan permasalahan
anak jalanan dan akan dimasukkan dalam program tahun 2013. Tujuannya supaya
sinergisitas dapat terjalin dengan baik dan hak anak dapat diakomodir oleh
Pemerintah.
Peran Dinas Sosial sendiri
diakui oleh FKJM sangat membantu, selain menerbitkan surat-surat keterangan (Jamkesmas,
Surat Miskin, Askes) yang dapat membantu jika ada anak-anak yang sakit dan
harus dirawat di RS. “Satu hal yang memprihatinkan adalah saat kami kehilangan
salah satu teman kami, dia menderita komplikasi gagal ginjal dan lain-lain, terlambat
diketahui dan ditemukan sudah menjadi mayat di dekat gereja Jalan Bhayangkara.”
Namun diakui oleh FKJM,
semua bukan hanya kesalahan Dinsos atau Dinkes, karena memang kesadaran untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan dari para anak jalanan itu sangat minim.
Seperti contoh, biasanya mereka datang ke seminar-seminar tentang AIDS dan
Penyakit Menular Seksual yang diadakan oleh instansi-instansi maupun LSM, namun
saat ditawari untuk melakukan check-up mereka tidak mau. Pemeriksaan tersebut memang
tidak dipungut biaya dan juga dijamin kerahasiaan identitas, namun dari anak
jalanan pribadi yang menolak karena sudah takut duluan dengan hasil yang akan
diterima.
Padahal jika pun kemudian
diketemukan penderita AIDS di antara anak jalanan, Pemda akan tetap
mendampingi. Seperti saat mendampingi penderita AIDS yang kemudian bahkan
Pemerintah dapat membantu menikahkan sesama penderita AIDS laki-laki dan
perempuan.
Diharapkan dengan adanya
keterbukaan seperti itu, resiko penularan AIDS dapat dicegah. Karena jika tidak
diperiksakan dan kemudian penderita positif HIV yang tidak tahu bahwa dia
positif, kemudian berinteraksi dengan yang masih sehat justru berbahaya.
Dinsos juga telah membantu
memasukkan beberapa anak tunawisma ke panti-panti asuhan. Seperti anak jalanan
bernama Fahrul, orangtuanya yang berasal dari Kecamatan Leksono tidak jelas
keberadaannya. Oleh Dinsos, Fahrul telah dimasukkan ke Panti Asuhan Mardi
Yuwono, namun akhirnya Fahrul memilih untuk pergi dari Panti dan tidak pulang,
akhirnya kembali berkeliaran.
Bu Maya pernah memergoki
Fahrul satu kali di kota dan membawanya pulang ke Rumah Dinas Wakil Bupati,
memandikannya, memberinya makan dan memberinya uang, bahkan ditawari untuk
menjadi anak asuh Bu Maya, Fahrul sempat mengiyakan, namun setelah itu Fahrul
menghilang lagi.
“Fahrul itu jiwanya masih
anak-anak sekali. Jika ada yang berusaha memberinya bimbingan, dia mengiyakan,
tapi dia kembali pada keasyikannya bermain di jalan,” kata Bu Maya prihatin.
Ditanya soal komunikasi
dan pendekatan pemerintah kepada anak jalanan sehingga mereka tidak lagi
berkeliaran di jalan, Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah bekerjasama dengan
berbagai pihak seperti GNOTA untuk mendorong anak-anak yang masih usia sekolah
untuk kembali belajar melalui kejar paket, diantaranya dari GOW dan PKBM.
Selain itu ada beberapa
project pilot pelatihan-pelatihan seperti UMKM, penjahitan, bengkel dan
sebagainya yang akan diberikan bantuan alat produksi sebagai stimultan usaha.
Tujuannya supaya anak-anak jalanan tersebut meningkat kesejahteraannya, mentas
dari jalan karena mempunyai profesi dan pendapatan dari usaha mandiri.
Hal ini cukup sukses
menarik anak jalanan untuk mandiri, di antaranya Agus yang sudah 3 (tiga) tahun
ini membuka usaha produksi susu kedelai dengan 2 (dua) karyawan dan Wheny serta
istrinya yang berjualan buntil (olahan sayur daun talas) dengan pemasarannya
dibantu oleh GOW.
Anak-anak jalanan cukup
mengeluhkan adanya penggarukkan secara kasar yang dilakukan oleh Satpol PP
setiap saat, terutama menjelang penilaian Adipura, Ramadan dan Lebaran, ada
tamu pemerintah, dll. Untuk anak-anak yang punya usaha seperti berjualan
asongan bisa lolos, namun untuk pengemis, pengamen, penganggur dan lain-lain
biasanya sampai harus mendekam di tahanan. Untuk ini Bu Maya berjanji akan
mendata dan membuatkan kartu tanda identitas kepada seluruh anak jalanan
tersebut, sehingga jika ada penggarukkan, anak-anak tersebut dapat ditangani
dengan benar.
Shelter anak jalanan
Wonosobo masih di rumah pribadi milik Wheny di Sirandu. Beberapa yang tinggal
di situ adalah tunawisma, dan atau anak-anak yang terusir dari tempat
tinggalnya. Ada
yang diusir dari kontrakannya karena pemilik kontrakan tidak suka satu kamar
dihuni oleh beberapa anak sekaligus.
Sesuai dengan isi pasal 33
UUD 1945 seharusnya yatim piatu dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Menurut
Bu Maya, “sebagai Kabupaten layak anak, program Pemerintah Kabupaten Wonosobo
pun diharapkan bisa diimplikasikan ke anak-anak jalanan. Namun memang anak
jalanan bukan hanya masalah pemerintah, karena kemauan anak satu dengan yang
lain berbeda-beda.”
Ibu Maya Rosida menutup
pertemuan dengan memberi dukungan terhadap cita-cita para anak jalanan.
“Kesuksesan adalah semangat dari kita sendiri. Semoga dengan adanya dialog
berkesinambungan antara anak jalanan dengan Ibu, akan ada perubahan paradigma
bahwa anak jalanan bukanlah
beban, tapi asset pembangunan.” [NeKa]
ReplyDeleteLegendaQQ.Net
Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang LEGENDARIS !!!
Min Depo 20Rb !!!
Kartu Para Sang LEGENDA !!!
WinRate Tertinggi !!!
Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan diri anda di Legenda QQ
Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama kami !!!
Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar" nya !!!
Contact Us :
+ live chat : legendapelangi.com
+ Skype : Legenda QQ
+ BBM : 2AE190C9