About Me

About Me
Writer, Pengelola Rumah Baca Istana Rumbia, Staff redaksi Tabloid Taman Plaza, Admin Yayasan CENDOL Universal Nikko (Koordinator bedah cerpen OCK), perias dan Make-up artist PELANGI Asosiasi Entertainment, Crew Wonosobo Costume Carnival dan Crew 'A' Event Organizer (Multazam Network), pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Cerpenis Terbaik VOI RRI 2011, dan diundang untuk Upacara HUT RI ke 66 di Istana Negara bersama Presiden RI. BMI Teladan yang mengikuti Sidang Paripurna DPR RI 2011 dan menjadi tamu Ketua DPD RI. Dinobatkan sebagai Pahlawan Devisa Penulis Cerpen BNP2TKI Tahun 2011. Pemuda Pelopor Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah kategori Seni-Budaya Tahun 2012. Menyukai langit, stasiun kereta, dan warna biru. Salah satu penulis Undangan Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 di Ubud, Bali. Dapat dihubungi via Email FB/YM : Nessa_kartika@yahoo.com.

Thursday, December 16, 2021

#cerpen CAHAYA part 1

Oleh. Nessa Kartika

Kinan mengenalnya ketika pertama bekerja di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat. Jalan berdebu setelah kemarau panjang. Belokan dan tikungan membuat isi perutnya serasa ingin berhamburan.

"Ibu, pusing," kata ibunya.
Sementara Pak Har di jok belakang hanya diam.

Mobil carry terus membelah jalan aspal rusak menuju desa Kasihan. Samping kanan kiri bergantian kebun salak, kopi dan albasia. Sudah setengah jam kami digoncang kesana kemari.

"Masih jauhkah?" Mas Toro sang supir mulai meyesali medan.
Kinan yang pernah ke daerah sini dengan motor lupa-lupa ingat, "sepertinya satu desa lagi... Paling parah jalan sebelum lapangan dan sampailah."

"Byuhh... Jauh sekali. Kalau dapat istri orang sini bagaimana?" Boss Yadi yang duduk sebelah sopir mencolek Mas Toro.
"Aku nggak mau," jawab Mas Toro.
Semua tergelak, sekejap lupa bahwa mereka sedang pada mabuk darat.

Benar saja, di depan mereka jalan susah dilewati. Sebuah lapangan bola di bawah bahu jalan. Seluas mata memandang view gunung dieng memanjakan mata.

Dan di atasnya, desa Kasihan twrpampang seperti desa-desa di film Korea. Bedanya bukan salju yang ada di atap-atapnya, tapi debu musim kemarau.

"Tinggal cari rumah lurahnya," kata Bos Yadi.
"Kades, boss... Ini desa, bukan kelurahan." Pak Har meralat.
"Nanti kita tanya orang," jawabku.

Ternyata rumah kades di dekat situ, sayangnya orangnya tidak di rumah. Sedang pergi ke kecamatan dan mereka hanya bertemu istrinya. Wanita sederhana saja.

***

No comments:

Post a Comment