Udara begitu dingin dan renyah. Nafasku berubah menjadi awan kecil, begitupun dengan orang-orang yang berjalan cepat di sekelilingku. Aku harus sedikit mendaki bukit mencapai gerbang entry menuju stasiun kereta api bawah tanah.
Langkahku melewati sebuah taman berisi pepohonan yang daun-daunnya sudah berguguran. Seperti sepotong hatiku yang kutinggalkan di Indonesia, untuk seorang laki-laki yang bahkan tak pernah lagi kupikirkan di sini.
Isi hatiku sepi dan sedingin tempat ini. Tidak berharap juga tidak menyerah. Biasa saja.
Semakin aku ke bawah tanah, udara dingin menusuk tulang digantikan udara hangat sedikit pengap. Aku nerapatkan jaketku.
Tiba di peron yang kutuju, aku berjalan ke gerbong belakang. Kereta tiba semenit lagi. Pintu belum dibuka, aku nenunggu dengan sabar di sisi kanan. Sisi kiri digunakan oleh penumpang yang nanti keluar, biasanya tak banyak di ujung gerbong ini.
Aku memilih gerbong paling ujung karena sepi. Aku bisa tidur sepuas hati. Apalagi Chai Wan terletak di ujubg pulau, jika pun aku terlelap, masinis yang berbalik akan membangunkanku. Kereta cepat ini punya dua kepala, masinis tinggal menuju ekor jika mau membalikkan arah kereta. Praktis.
Denting lagu natal terdengar meriah, suasana peron sudah didekorasi sedemikian rupa. Aku menatap jam digital di atasku yang berganti angka 11.30 ketika akhirnya kereta tiba.
***
Desir hati terasa ketika melewati gedung-gedung kawasan industri. Di sini tidak meriah seperti Kow Loon. Rumah susun kuno berderet dan bangunan kumuh milik nelayan dimana-mana.
Di sisi kananku verjalan menuju gudang Kingsly bebatuan pantai, dimana jika aku lelah aku akan berhenti sejenak duduk di sana. Hanya ini waktu luangku, pun terbatas lima sampai sepuluh menit saja. Kalau kelamaan Kingsly pasti marah-marah karena aku terlambat.
Kingsly mempunyai sebuah kantor perusahaan catering dan dapur raksasa. Para chef bekerja sepanjang pagi, Orang-orang belajar memasak di sore dan malam hari. Aku punya waktu dua jam selepas jam makan siang untuk bersih-bersih setiap harinya sebelum kelas dimulai lagi.
Jangan bayangkan alat rumah tangga di sini. Tempat ini seperti laboratorium alien dengan segala alat dan mesin berbahan stainless steel yang harus kugosok dan kucuci sampai mengkilat.
Tidak ada belas kasihan, dari langit-langit sampai dinding dan lantai semua harus kucuci. Tidak ada gunanya semua training kerja rumah tangga waktu di penampungan, disini aku robot pembersih baja anti karat. Waktuku hanya dua jam saja.
Lalu Kingsly akan membawaku makan siang di sebuah warung au lam mien sebelum aku pulang lagi dengan kereta. Kingsly akan pulang dengan mobilnya.
Tidak mungkin majikanku ini mengajakku ikut mobilnya, badanku sangat kotor tentu saja setelah mencuci semua minyak dan debu.
Justru aku menikmati betul trip ini. Di jalan aku akan mampir ke 7/11 untuk membeli potato chip, air mineral dan buah-buahan. Duduk di pantai atau stasiun menunggu kereta, lalu aku mencari telepon umum, mencari ayah atau ibuku melalui wartel terdekat untuk berbincang. Satu dua koin sen dolar sudah cukup untuk menuntaskan kerinduanku. Hidup sesederhana itu.
Aku kembali ke Kwun Tong, menuju rumah nenek. Nanti malam baru kami akan dijemput pulang ke Lam Tin.
***
No comments:
Post a Comment