Nessa MetaKartika
"Bang Aji, kata abang mau ajak Neng jalan-jalan malam mingguan pake sepeda KEPJOD Abang yang tenar itu, Bang...?" kata Cinta merayu dengan suara semerdu mungkin pada pujaan hatinya.
"Eh ... se ... sebenarnya iya, Neng... " kata Aji.
"Trus kenapa Abang hari ini nyeker?" selidik Cinta sambil mrengut, "naik sepeda itu kan kita makin mesra Bang, ban-nya LOPE, jalan jadi nggak rata, bisa peluk-peluk pinggang abang, mesraaaa gituuu..."
Aji garuk-garuk kepala yang sebenarnya nggak gatal, "Sepeda KEPJODnya abang jual ke si Lucky yang udah ngebet kawin, katanya dia mau ngelamar si Mieny yang anti Pa'le-entin, siapa tau ban LOPE sepeda KEPJOD bisa meluluhkan hatinya kalo dijadikan hadiah pa'le-entin ... ."
Cinta mendelik, "Kok gituuu sih baaaanggg ... ?? 'kan aku juga mau...! Abang tegaaaa ... . Ada sepeda KEPJOD Abang kusayang, tak ada sepeda KEPJOD Abang terpaksa kutendang..." katanya sambil melenggang pergi meninggalkan Aji yang meratap.
"Cintaaaa ... Oh, Cintaaaaa ... Jangan tinggalkan Abang ... ."
Karin Maulana
"Kaulah nafasku...kaulah nadiku. Kaulah jantungku...."
Alunan lagu "Kaulah hidup matiku" terdengar dari gramaphone di sudut restoran. Cinta,gadis berbaju pink itu masih saja diam dengan bibir yang mengerucut, merengut dan melengkung dengan... sudut tajam kebawah. Dia marah.
Dia memilin-milin ujung jilbabnya dengan kasar. Aji, pemuda yang di depannya hanya terdiam seribu bahasa, berulang kali berusaha merayu gadis di depannya dengan sekotak coklat dan setangkai mawar yang dlengkapi dengan rangkaian kalimat-kalimat yang dipinjamnya dari para pujangga, tapi berkali pula si gadis mencibir dengan kejam.
Pemuda di depannya akhirnya berkata, "Jangan marah dong, Neng, aku sengaja mengajakmu datang ke tempat ini karena ingin merayakan pa'le-entin berdua sama kamu"
"Aku ga butuh ini semua, Bang. Pa'le-entin apaan? Aku bukan pelahap coklat. Juga bukan pecinta mawar. Huh!
"Trus mau kamu apa?"
"Aku mau Abang ambil lagi itu sepeda dengan ban LOPE-LOPE dari si Lucky!"
"Haduh, Neng. Aku kan sudah jual ke dia. Uangnya sudah aku pakai beli sekotak coklat dan memesan tempat romantis ini buat kita berdua."
"Pokoknya ga mau. Pilih ambil kembali sepeda itu atau kita putus, titik!"
"Ok ... ok. tunggu sebentar ya. Jangan pergi."
***
"Neng ... lihat kesini ... ," Aji melambaikan tangan pada Cinta yang masih menunggunya di restoran.
"Nahhh, ini baru yang aku mau. Yuk pulang, Bang. Kita keliling kota dengan sepeda KEPJOD ini. Persetan dengan Pa'le-entin-pa'le-entinan."
"Yukk ... ."
Akhirnya mereka pun keliling kota dengan sepeda KEPJOD impian sambil mendendangkan lagu Cinta Yang Sempurna-nya Kangen Band.
"Saat kita melaju, di atas roda dua. Pegang erat pundakku ..."
Tiba-tiba, Brukkk!
ban-nya kempes. Karena bentuknya tidak bundar maka sepeda oleng dan jatuh ke aspal.
Nasib ... nasib.
*** The End ***
"Bang Aji, kata abang mau ajak Neng jalan-jalan malam mingguan pake sepeda KEPJOD Abang yang tenar itu, Bang...?" kata Cinta merayu dengan suara semerdu mungkin pada pujaan hatinya.
"Eh ... se ... sebenarnya iya, Neng... " kata Aji.
"Trus kenapa Abang hari ini nyeker?" selidik Cinta sambil mrengut, "naik sepeda itu kan kita makin mesra Bang, ban-nya LOPE, jalan jadi nggak rata, bisa peluk-peluk pinggang abang, mesraaaa gituuu..."
Aji garuk-garuk kepala yang sebenarnya nggak gatal, "Sepeda KEPJODnya abang jual ke si Lucky yang udah ngebet kawin, katanya dia mau ngelamar si Mieny yang anti Pa'le-entin, siapa tau ban LOPE sepeda KEPJOD bisa meluluhkan hatinya kalo dijadikan hadiah pa'le-entin ... ."
Cinta mendelik, "Kok gituuu sih baaaanggg ... ?? 'kan aku juga mau...! Abang tegaaaa ... . Ada sepeda KEPJOD Abang kusayang, tak ada sepeda KEPJOD Abang terpaksa kutendang..." katanya sambil melenggang pergi meninggalkan Aji yang meratap.
"Cintaaaa ... Oh, Cintaaaaa ... Jangan tinggalkan Abang ... ."
Karin Maulana
"Kaulah nafasku...kaulah nadiku. Kaulah jantungku...."
Alunan lagu "Kaulah hidup matiku" terdengar dari gramaphone di sudut restoran. Cinta,gadis berbaju pink itu masih saja diam dengan bibir yang mengerucut, merengut dan melengkung dengan... sudut tajam kebawah. Dia marah.
Dia memilin-milin ujung jilbabnya dengan kasar. Aji, pemuda yang di depannya hanya terdiam seribu bahasa, berulang kali berusaha merayu gadis di depannya dengan sekotak coklat dan setangkai mawar yang dlengkapi dengan rangkaian kalimat-kalimat yang dipinjamnya dari para pujangga, tapi berkali pula si gadis mencibir dengan kejam.
Pemuda di depannya akhirnya berkata, "Jangan marah dong, Neng, aku sengaja mengajakmu datang ke tempat ini karena ingin merayakan pa'le-entin berdua sama kamu"
"Aku ga butuh ini semua, Bang. Pa'le-entin apaan? Aku bukan pelahap coklat. Juga bukan pecinta mawar. Huh!
"Trus mau kamu apa?"
"Aku mau Abang ambil lagi itu sepeda dengan ban LOPE-LOPE dari si Lucky!"
"Haduh, Neng. Aku kan sudah jual ke dia. Uangnya sudah aku pakai beli sekotak coklat dan memesan tempat romantis ini buat kita berdua."
"Pokoknya ga mau. Pilih ambil kembali sepeda itu atau kita putus, titik!"
"Ok ... ok. tunggu sebentar ya. Jangan pergi."
***
"Neng ... lihat kesini ... ," Aji melambaikan tangan pada Cinta yang masih menunggunya di restoran.
"Nahhh, ini baru yang aku mau. Yuk pulang, Bang. Kita keliling kota dengan sepeda KEPJOD ini. Persetan dengan Pa'le-entin-pa'le-entinan."
"Yukk ... ."
Akhirnya mereka pun keliling kota dengan sepeda KEPJOD impian sambil mendendangkan lagu Cinta Yang Sempurna-nya Kangen Band.
"Saat kita melaju, di atas roda dua. Pegang erat pundakku ..."
Tiba-tiba, Brukkk!
ban-nya kempes. Karena bentuknya tidak bundar maka sepeda oleng dan jatuh ke aspal.
Nasib ... nasib.
*** The End ***
No comments:
Post a Comment