on Friday, February 25, 2011 at 7:32pm
Kutatap ia dengan caranya berdiri
Mengangkangi gelombang pecah
Terkirimkan mimpi-mimpi patah
Aku disini terduduk oleh kenyataan
Tak ada hati yang memiliki
Hanya sebentuk arti
Seberapa jauh tangan menggapai
tak akan mencapai
Dihalau angin yang tak hantar tawanya
Pada gendang telinga
Merambat ke otak hadirkan tanya
Masihkah bersuara sama?
Terseret kuhadir
menelan pahitnya sepi yang memeluk pinggangku
Pertanyaannya tetap sama
Tak berbeda
Meski yang kuraba hanya kedalaman dua mata
Ku pernah hadir di hatinya
dan seyakinnya masih di sana
Haruskah kuberjalan saja
dan berdoa agar tak terlihat
atau berubah haluan
merindukan ketidaksengajaan berikutnya
Jika aku mendekat
; masihkah ia tertawa ?
Singapore, feb 25,2011
Terbahak menertawakan surya tenggelam
Mengangkangi gelombang pecah
Terkirimkan mimpi-mimpi patah
Aku disini terduduk oleh kenyataan
Tak ada hati yang memiliki
Hanya sebentuk arti
Seberapa jauh tangan menggapai
tak akan mencapai
Dihalau angin yang tak hantar tawanya
Pada gendang telinga
Merambat ke otak hadirkan tanya
Masihkah bersuara sama?
Terseret kuhadir
menelan pahitnya sepi yang memeluk pinggangku
Pertanyaannya tetap sama
Tak berbeda
Meski yang kuraba hanya kedalaman dua mata
Ku pernah hadir di hatinya
dan seyakinnya masih di sana
Haruskah kuberjalan saja
dan berdoa agar tak terlihat
atau berubah haluan
merindukan ketidaksengajaan berikutnya
Jika aku mendekat
; masihkah ia tertawa ?
Singapore, feb 25,2011
Terbahak menertawakan surya tenggelam
No comments:
Post a Comment