Saturday, December 28, 2019
#PUISI PENYAIR
Monday, December 2, 2019
#puisi FAJAR
#Pusi DEJA VU
#puisi FAJAR
Monday, November 4, 2019
#puisi Alone
Thursday, October 31, 2019
#Puisi HARI RAYA CINTA
Pagi ini aku menikmati secangkir kopi dengan sepotong roti
Kumulai hari dengan tersenyum
Nanti aku akan bertemu denganmu
Tak usahlah kita bercanda tawa
Kita sibuk
Kita rahasia
Tapi,
Seperti biasanya, kau duduk disana
Aku melihatmu mengawasiku
Diam diam, hati kita bertautan.
Perjumpaan ini
Cukup dinikmati dalam dalam
Sementara mentari mulai bergeser ke arah terbenam, pada sore hujan
Kita segera rayakan
Dafam, happy haloween
Tuesday, October 22, 2019
#puisi PERTEMUAN
Aku masih memikirkanmu
seperti matahari mencintai pagi
Mendoakan kebaikan kebaikan
Untuk setiap pertemuan
Setiap hari
Kau hanya tak tahu saja.
Wonoboga, 23 Oktober 2019
Thursday, October 17, 2019
#puisi lovesick
I miss you so much
Its hurt
My eyes burn
My heart turn
Help me
Forget you
This so early morning
Missing you
Is torturing
For you
I belonging
18 okt 19
With shaterred heart
Thursday, October 10, 2019
#Puisi Tanda Baca
Aku masih menuliskan puisi untukmu
Bagiku, kau adalah keindahan
Tak terbantahkan
Kau hanya perlu membaca tanda
Tak usah bertanya
Hadir begitu saja
Hanya perlu melihatmu sekilas
Hatiku akan penuh dengan puisi pantas
Aku masih sangat mencintaimu
Kau tak perlu tahu
Nikmati saja hidupmu
Hingga saat kau sadar
Cinta ini pudar
Aku tak akan ada lagi untukmu
#kuripan 8102019
Giriseba #2
Saturday, October 5, 2019
Sunday, September 29, 2019
TRANSPLANTASI GINJAL YES OR NO? BISMILLAH
Oleh Nessa Kartika
Tulisan ini untuk melunasi janji saya pada Tony Samosir, Ketua Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI).
***
Hari Sabtu, 28 September 2019, pagi-pagi seorang sahabat mengingatkan, "Nessa, jadi mau ikut seminar di Jogja nggak? Aku temani."
Aku pasien GGK yang tidak punya pendamping HD, ketika beberapa minggu yang lalu ada info kegiatan untuk belajar tentang penyakit yang kualami sejak kurang lebih 18 bulan lalu, tanpa pikir panjang aku mendaftar dan mengajak temanku itu. Keluargaku kebetulan sedang sibuk sendiri-sendiri. Ibuku sibuk, adik-adik repot dengan anak-anak.
Lalu ada percakapan di Grup KPCDI, Bang Tony sedang di Semarang hari itu, menuju Jogja.
"Nessa, kalo ke Jogja coba hubungi Tony. Dia di Jogja," kata wakil ketua KPCDI Semarang via whatsapp. Siang itu dia juga sudah lebih dulu bertemu dengan Tony.
Beberapa bulan ini Ibu sedang membaweli aku soal transplantasi. Betapa Ibu ingin mendonorkan ginjalnya. Salah satu motivasinya karena waktu kontrol dokter BTKV, beliau bilang Ibu sangat sehat. Ibu berulangkali mengajakku ke dokter KGH di Semarang atau dimanapun untuk mulai proses menuju transplantasi dengan donor ginjal beliau sendiri.
Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang hayat. Itu pepatahnya.
Jadilah sore itu segera kami pesan travel dan berangkat ke Jogja.
***
Perjalanan ke Jogja tanpa halangan. Aku menghubungi Tony.
"Bang, posisi dimana?"
"Aku di Roti B*oy Malioboro, Mbak Nessa."
"Aku kesitu."
Tapi, tiba di Tugu, jalan macet karena ada demo entah apa, ditambah keramaian malam minggu. Sampai arah Malioboro, sopir travel menyerah, mobil terjebak macet, dia mengambil arah lain dan menurunkan kami di jalan. Terpaksa kami menyambung dengan mobil ojol, tapi 2x orderan di cancel karena lagi-lagi kena macet padahal kami sudah menunggu dan menunggu.
Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, kami masih di pinggiran jalan pasar kembang
Tony sudah bergeser kembali ke Hotel.
Kali ini kami panggil ojek motor, terpaksa suruh bang ojol bawa temannya karena kami berdua, salah satu hp sudah flat, sehingga tidak bisa menggunakan aplikasi.
Jam 10.00 kami baru sampai ke Hotel tempat Tony menginap.
***
"Kamu tahu? Mungkin kamu tidak tega dengan ibumu, tapi mereka lebih tidak tega melihat kamu," kata Tony, ketika aku katakan alasanku menunda-nunda ajakan transplantasi.
"Ibuku sehat banget, aku kasihan."
"Nessa, mereka donor karena mereka sehat. Kalau mereka sakit masa mau donor?" Katanya lagi, "mumpung kamunya juga masih sehat." Tony sendiri sudah transplantasi sejak tahun 2015 dengan donor istrinya.
"Awal GGK kenapa, Nessa?"
"Hipertensi," jawabku.
"Begitulah orang-orang aktivis kayak kita. Penyakitnya hipertensi karena keras kepala," katanya. 😁😁😁😁
Kebetulan kami seumuran dan sama-sama pernah kuliah di Jogja, sehingga pertemuan pertama terasa seperti pertemuan dengan teman lama.
Tony juga bercerita tentang asal muasal ia membentuk Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia, juga kegiatan advokasi yang dilakukannya selama ini di seluruh Indonesia. Ia baru-baru ini melakulan advokasi pada para pasien hemodialisa di salah satu rumah sakit di Ternate karena menghentikan layanan cuci darah karena jarum fistula habis.
Waktu semakin malam, tapi perbincangan kami semakin asyik. Kami bergeser ke rumah makan nasi padang di depan hotel.
"Kalau orang sudah transplant, nanti struktur tulang, dan lain-lain akan berubah," kata Tony lagi, "uremik itu yang membuat pasien cepat haus, kalau ginjalnya berfungsi maka tubuh tidak menyimpan uremik."
Aku perhatikan wajah Tony. Aku ingat teman-teman lain. Begitu rupanya. Lalu Tony menjelaskan tentang alasan mengapa transplantasi. Salah satunya yaitu tingkat keberhasilan operasi transplantasi adalah di atas 95%. Di luar negeri pasien dan donor diarahkan untuk transplantasi dan bahkan mereka punya bank donor untuk itu. Di Indonesia masih Hemodialisa dan CAPD. Lalu dia bercerita tentang bagaimana pasien Hemodialisa menjadi sasaran bisnis obat dan bahkan herbal.
Tony juga bilang bahwa proses transplantasi bisa dimulai dengan tes kecocokan. "Kamu bisa melakukannya di Jogja, Nessa, semua dicover BPJS."
Iya, kalau disuruh memilih rumah sakit besar di Jogja atau Semarang, tentu saja aku memilih Jogja karena lebih adem dan lebih familiar.
"Aku merasa belum siap bujet-nya, Bang. Tau sendiri rumah sakitnya jauh dan harus bolak balik pastinya."
Aku menambahkan andai ada suatu rumah shelter atau tempat tinggal sementara untuk mempermudah proses. Lalu waktu yang harus disiapkan juga, saat ini dengan segala kesibukan pekerjaan aku tadinya belum mantap.
Aku ceritakan pada Tony bagaimana keluarga besarku sangat mendukung rencana transplantasi ini. Bahkan adik-adikku juga siap dites kecocokannya menjadi donor ginjal untukku.
"Segera, Nessa. Nanti kami bantu," kata Tony lagi. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 WIB dini hari.
Aku hanya menjawab, "Bismillah dulu."
Masih banyak yang harus disiapkan. Masih banyak yg harus dipelajari. Yang penting Bismillahirrahmanirrahiim...
(NK)
Yogyakarta, 29 September 2019
Wednesday, September 18, 2019
INOVASI WARNA WARNI PERPUSTAKAAN YANG MENGAKTIFKAN OTAK KANAN
Perpustakaan dahulu hanya sebagai tempat untuk membaca, kini dalam perkembangannya banyak dialihfungsikan menjadi tempat menyelenggarakan macam-macam kegiatan.
Perpustakaan kini bisa menjadi tempat berdiskusi, juga tempat berkegiatan produktif. Apalagi saat ini pengunjung tidak hanya untuk mencari buku, namun juga berselancar di dunia maya. Di era serba digital, ide bisa didapat dari mana saja, interior yang sesuai akan merangsang kreatifitas.
Kegiatan di perpustakaan yang beragam kini bisa didukung dengan interior perpustakaan yang sesuai dengan trend forecasting. Selain inovasi warna warni yang dapat merangsang otak kanan, juga pasti membuat kita betah berlama-lama.
Apa itu trend forecasting?
Kreatifitas di bidang desain ini sudah berjalan sejak 2008 ini diinisiasi oleh Dina Midiani (IFC) dan Irvan A. Noe’man (BD+A Design). Didukung penuh oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) sejak 2016.
Kreatifitas ini dinamakan Singularity 19/20. Jika coba aplikasikan pada interior perpustakaan, dan inilah kreasinya.
1.Exuberrant
Keceriaan Optimisme
Tabrak warna menjadi trend yang asyik. Warna merah, kuning, hijau dan lain-lain tajam dan optimis. Selain menampilkan ruangan yang ceria, juga membuat kita semakin bersemangat kan?
Oh iya, kita juga bisa aplikasikan dengan gambar-gambar kartun sehingga anak-anak akan semakin suka.
2. Neo Medieval
Romantisme Abad Pertengahan
Untuk kita yang suka hal-hal yang berbau klasik mungkin akan nyaman berada di perpustakaan dengan interior warna-warna tanah, rak buku kayu tua, kursi-kursi perancis serta perabot yang tak kalah klasik.
Kenyamanan dari interior seperti ini dijamin membuat kita melahap buku tak ingat waktu.
3. Svarga
Keindahan Spiritual
Jika kita suka petualangan, interior ini sangat cocok, dimana kreasi dan perabot interior pun bisa bercerita.
Dengan perpaduan warna warna pastel yang menawan, petpustakaan disulap menjadi tempat yang sangat indah.
Setiap benda di perpustakaan dapat mempunyai cerita yang saling menyambung. Tentu saja temanya bisa disesuaikan dengan keinginan kita, contohnya : tema lautan, bunga-bunga dan lain sebagainya
4. Cortex
Paradoks Kecerdasan Artifisial
Untuk tema modern, simple dan futuristik ini sudah banyak bisa kita jumpai di sekitar kita.
Warna-warna putih, silver dan biru muda menjadi ciri interior ini, dipadukan dengan abstrak desain ini membuat kita seolah berada di masa depan.
Begitulah di antara kreatifitas trend forecasting yang bisa kita aplikasikan di perpustakaan kita sehingga dapat merangsang otak kanan. Mana yang menurut kalian bagus?
Perpustakaan Istana Rumbia Lipursari adalah salah satu perpustakaan yang menerapkan Exuberrant di interior perpusnya.
Sumber gambar : Google
Postingan blog ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Pameran Produk Inovasi Jawa Tengah 2019 dan saya melawan hoax dengan cara tidak copy dan forward berita apapun yang tidak jelas sumbernya
#LombaBlogPPIJateng2019
#PPIJATENG2019WONOSOBO
#JawaTengahGayeng
#JawaTengahIndah
Friday, September 13, 2019
#cerpen MALAIKAT TAK BERSAYAP
Oĺeh Nessa Kartika
Everywhere I'm looking now
I'm surrounded by your embraces
Baby, I can feel your hallo
...
Mesin di samping ranjang berputar. Selang-selang ikut berdetak seirama jantung, memompa darah keluar dari tubuh, masih terasa hangatnya, sebelum memutar membuang racun dan masuk kembali ke dalam tubuh dalam keadaan sudah bersih. As good as new.
Aku masih terdiam, menatap wajah tidurnya yang tenang, tanpa suara. Laki-laki itu belum berubah. Masih setampan tujuh belas tahun lalu, kalau kau percaya.
Aku serius.
Tak ada yang berubah darinya. Hanya hati kami, mungkin. Kalau itu perlu diperjelas.
Selama ini aku kemana? Aku tidak tahu keadaannya saat terpuruk dimakan penyakit. Aku bahkan masih menganggap penyakit ini tak nyata, sampai kutemukan kembali dia.
Seorang perawat lewat mendorong alat tensi.
"Belum bangun ya? Biasanya dia di rumah tidak bisa tidur, cuma waktu HD bisa tidur." Perawat itu memberitahu aku.
Aku mengangguk. Aku ingat kebiasaannya begadang, insomnia katanya. Aku tak tahu adakah keterkaitannya dengan kebiasaan tidak bisa tidurnya sekarang, ataukah karena gagal ginjal yang dideritanya.
Laki-laki ini pernah begitu penting bagiku. Aku mencintainya bagaikan bumi mencintai langit. Kalaupun aku diguna-guna, sungguh canggih dukun itu, aku melintasi dua lautan, pun tetap mencintainya.
Dia masih mencintaiku. Aku tahu. Facebook foto profilnya memakai fotonya yang kuambil nyaris dua puluh tahun lalu. Senyumnya bebas, duduk di antara barisan pepohonan teh yang kerdil meski telah berumur puluhan tahun, di bentangan perkebunan di kaki gunung sindorokah? Manis sekali percintaan kami waktu itu.
Zaman itu, duduk bersebelahan pun sudah luar biasa bahagia. Apalagi bisa jalan-jalan berdua di kebun teh seperti itu, dobel indahnya. Indah pemandangannya dan indah detak jantungku, berhenti di dia.
Darah muda kami haus petualangan, mencintai alamraya seperti halnya mencintai ibu kandung. Dua tiga pendakian selanjutnya, aku masih mencintainya meski saat itu aku sendiri tak yakin apakah dia mencintaiku.
Betul.
Aku yang mengejarnya mati-matian, perlu waktu bertahun-tahun sampai dia meminang.
Lalu aku jatuh cinta pada Jack.
***
"Kamu dari tadi?"
Suaranya menyadarkanku.
Laki-laki itu duduk, satu tangannya terjulur, ditusuk dua buah selang berisi darah yang mengalir. Aku tak tahu yang mana yang masuk, mana yang keluar. Ia tersambung dengan mesin, seperti baterai yang sedang mengecas.
"Kamu sudah bangun...," aku duduk di dekat kakinya, berhati-hati agar tidak menyenggol selang. Melihat pun aku tidak berani. Ini mengerikan, tapi aku ingin bicara padanya.
"Obat tensi yang kutelan setelah makan siang membuatku teler," katanya.
"Oh, perawat bilang kalau malam kamu tidak bisa tidur," kataku.
Ia tertawa, "hmmm... sudah berteman dengan perawat saat aku tidur. Cepat sekali." Ia meledekku.
Kapa
Aku merasakan wajahku panas. Pasti wajahku bersemu merah. Kuabaikan rasa maluku. "Aku tidak berani membangunkanmu."
Dia tersenyum.
"Sebenarnya kenapa bisa sakit begini?" Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi padanya sejak hari itu. Hari reuni. Hari minggu dua tahun yang lalu. Saat kami bertemu tapi saling memalingkan muka.
Oh, bukan apa-apa. Aku sudah move on. Hanya kaget. Dia menikah dengan teman SMA-ku. Ini nyata.
Ketika beberapa minggu yang lalu ia bercerita padaku di medsos bahwa ia dan istrinya sudah berpisah karena penyakit ini, aku hanya bisa merenung. Memahami situasinya.
Aku sendiri tak yakin, jika aku dalam posisi itu, bisakah aku tetap berada di sampingnya. Menemaninya membeli waktu lewat mesin-mesin berdarah ini.
Aku sudah tidak punya perasaan apa-apa padanya. Demi kenangan masa lalu aku datang kemari.
Kedatanganku menyalakan api gembira di matanya.
***
Aku teramat sangat mencintainya, dulu. Hingga pertemuan kembali ini membuat bagian hatiku yang kosong terasa aneh. Aku tidak merindukannya. Tidak pernah. Aku hanya menghargai waktu yang pernah kami lewati bersama, walau sampai kinipun aku masih tak tahu apa artiku bagi dia.
Perasaan itu yang mendorongku pergi.
Tidak ada wanita yang tahan digantung perasaannya. Atau mungkin aku yang salah membaca, namun jika mengingat Jack-ku yang telah tiada, aku tak mau melihat ke belakang.
Namun... ada rahasia yang mestinya kusampaikan. Seharusnya kusampaikan tujuhbelas tahun yang lalu. Aku berharap punya keberanian untuk menyampaikannya sebelum aku kembali pergi. Dia berhak tahu.
Selama ini rahasia itu kukubur dalam-dalam. Meskipun rasa bersalah tanpa ampun menggerogoti. Aku tidak menyalahkan waktu yang telah menjauhkannya dariku, sehingga rahasia ini terkunci rapat. Aku menyalahkan takdir yang mempertemukan kami kembali. Andai dia tidak sakit, akankah aku peduli?
Aku begitu berhati-hati agar tidak ingin tahu kehidupan rumah tangganya, walau istrinya adalah teman sekolahku. Aku bahkan tidak yakin istrinya tahu aku mantannya.
Aku mencoba mencari celah, dari percakapan kami.
Aku menatap sekeliling, ke teman-temannya sesama pasien, ke para perawat, ke dokter jaga, ke tukang bersih-bersih yang sedang mengganti dua jerigen air di mesin yang sudah ditinggalkan. Tak ada yang peduli. Semua sibuk sendiri-sendiri.
Bayi.
Aku ingin memberitahunya tentang bayi kami. Bayi yang sudah diambil kembali tujuh belas tahun lalu oleh Yang Maha Kuasa.
Pelan-pelan saja.
Aku berpikir dulu akan dimulai dari mana.
---- The End
#puisi Detak
Hatiku berhenti di kamu
Memuja hingga sakitnya tiada terkira
Kenangan mengabur laksana kabut
Di pucuk negeri kahyangan
Detaknya tak beraturan
Menimbang
Harapan yang kian hari kian jauh
di memory
Tak mau pergi
Ada rasa yang harus diungkit
Supaya tidak jadi penyakit
Dan hampa antara kita
: usai
Biar menjadi kenangan
Thursday, September 12, 2019
#puisi Done with You
Think I'm done with you
missing you never through
Love you hurt too much
All alone willowing in my heart
Time I don't have
God, farthen us
Learn the truth
We're still here
to be apart
too hard
| 11919
Tuesday, September 3, 2019
#Film #Filmpendek IMPIANA
Tuesday, August 20, 2019
La tahla
Jangan mengeluh pada manusia
Tak kan ada habisnya
Mengeluhlah sama Allah
Di sepertiga malam
Di tiap selesai sholat
Allah menjawab doa doa kita kontan
Tanpa perantara
Allah memberi yang kita butuhkan
Bukan yang kita inginkan
Allah tahu yang terbaik
Bersabarlah...
#selfmotivated
Tuesday, July 23, 2019
Sunday, July 21, 2019
Scared of Lonely
Setiap hari aku berjuang untuk tetap hidup, walau di rumahku sendiri tak ada yang peduli aku hidup atau mati.
HB ku sudah mepet, hasil lab minggu lalu di angka 7,5. Dr. Dia menyuruhku cek lab ulang setelah HD dan segera opname untuk transfusi. Aku tidak suka ini.
Aku tidak kontrol hari itu. Tak peduli betapa lemasnya aku. Jalan saja sudah nabrak-nabrak tak karuan. Mungkin hari ini HB ku sudah 6 atau 5, nafasku mulai sesak, pusing berkunang karena kurang darah dan juga serangan hipotemia beberapa kali dalam satu minggu. Wonosobo dingin.
Aku tidak tahu pada siapa ku bercerita soal kondisiku. Kuhadapi saja seorang diri.
Saat hipotemia menyerang aku hanya bisa membungkus air panas dengan plastik dan memeluknya dalam selimut. Jika serangan anemia menyerang, aku hanya bisa berhenti sejenak dari aktifitasku, menutup mata, dan ketika kembali kubuka mata, kuharap semua baik baik saja.
Mata kiriku buram. Dr Ivan mencurigainya retinopati, memberiku surat rujukan balik ke puskesmas, itu dua bulan lalu. Sampai hari ini, aku takut ke puskesmas.
Semoga Allah memberiku kekuatan.
22 Juli 2019
Tuesday, July 2, 2019
#Puisi Tentang Rindu
Hari ini kulepaskan dari hati
Cinta yang sudah lama pergi
Memendam rindu yang amat berat
Tak mampu lagi
Sekian lama memupuk rasa
gelisah mengiringi
Hidupmu untuk negeri, dan mereka
Aku terlalu lama bertahan di sini
Mengulang-ulang memory yang tak akan kembali
Ada kata yang tak terucap
Namun lebih baik begini.
Aku pergi
Jogja, 30 June 2019
#eo
Monday, June 10, 2019
#puisi Kamu Bukan Untukku
Tentang kisah kita yang tak tentu
Tentang rasa yang hilang
Tentang kamu yang bukan lagi
; pembuat bahagiaku
Tak mungkin lagi diseberangi
Tak mungkin lagi dimengerti
Tak tahu lagi harus bagaimana
Terjadi begitu saja
; kamu bukan untukku lagi
Sunday, June 9, 2019
#puisi Aku Berharap
I.
Sedemikian lama jeda kita tak berbicara
Tak saling menyapa
Aku berharap masih aku
Orang yang kau tuju dalam sepenggal lagu-lagumu tentang rindu
II.
Aku berharap
Cerita pengantar tidur kita
Bukan sekedar cerita
III.
Melihatmu dengannya
Membuatku yakin
Aku bukan satu-satunya
Aku berharap
Cemburuku tak usah ada
Saturday, June 8, 2019
#PUISI SEPERTI PAGI INI
Seperti pagi ini
Aku masih tersenyum menatap sebaris puisi tentang asmara membara
Yang kita tinggalkan di gerbang SMA
Ada setitik ingatan akan kebersamaan
Tak lama, memang
Antara satu dan dua membawa kita pada cerita dewasa, tak tertahankan
Lalu ikatan itu menjadi begitu rekat
Tak terpisah lagi bagai puber kedua
Bukan, gemanya tak sampai kesana
Hanya ada saat harus ada
Lalu lupa
karena kita tidak lagi bercinta hingga tak lagi saling menyapa
Bertemu lagi pada saat istimewa yang kausebut reuni.
Bagaimana kita saling memandang
Tanpa mengenang masa lalu
Ah rumitnya
Sunday, May 26, 2019
#puisi Tentang Sepi
Sayangku
Pesan demi pesan terbacakah
Tentang sepi yang melingkupi
Malamku hingga pagi
Hari demi hari
Tak terisi
Canda tawamu
Atau sekedar sapa
Tak pernah lagi ada
Sayangku
Beribu puisi kutulis beriring doa
Agar kau mengerti
Rinduku yang menggelayut
Tak mau pergi
Aku selalu sendiri
Di tengah perjuangan dengan mesin
Mesin hemodialisa
Kekuatanku ada pada kenangan
Akan masa indah kita
Jadi jangan pergi
Tetap disini
I love you more than I can say
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
Biar kunikmati dalam kesepianku
| #hbd to me
Wednesday, May 22, 2019
#puisi MASIH MENCINTAIMU
Di bayang jendela
Aku melihat lirikanmu
Mencari aku
Kuartikan rindu
Lalu jejakmu yang tiada
Menyadarkan pikirku
Seharusnya sudah tidak ada kamu
Karena kau tiadakan aku
Seluruh hatiku luruh
Bersama kemarau yang hadir
Di bulan mei
Membawa resah
Ingatku
Sekarang harusnya
Aku bisa berpaling
Ke lain hati
Namun hatiku
Tak mampu pergi
Masih tertinggal
Bersama aromamu disini
| Cabin, 21 Mei 2019
#Puisi Aku Ingin
Hai, Kamu. Keluarlah dan pandanglah langit. Bulan menyala terang di antara angin dan kegelapan malam. Tutup matamu dan dengarkan baik-baik. Ada nyanyian rindu dari antah berantah yang merejam jantungmu, membelah memorymu pada suatu masa, aku di sampingmu.
Lagu itu masih sama, sayangku. Di tepinya kau akan merasakan aliran sungai, begitu surgawi. Tenang dan jernih, bagaikan mimpi yang berada di sisi pagi, terlupakan namun mengambang di awang kenangan.
Beberapa baris mungkin berisi kesepian. Berapa lamakah kau jauh dariku. Tak membiarkanku menikmati sosokmu yang lebih ayu dari diriku sendiri. Kadang berubah buram, kadang cemerlang dengan senyum dan ingatan. Namun, tak tersentuh. Hanya satu dua keindahan terbias di matamu yang kusangka mencari-cari aku. Aku yang rindu.
Lalu, kau akan temukan pula pasrah karena rindu ini begitu payah. Kau menyiraminya lagi dengan bintang-bintang. Seolah tak ada cinta lain bagimu yang lebih indah, selain cintaku.
Ah, cintaku... Percayalah. Kau memang yang terindah. Aku ingin bersamamu setiap waktu.
Bagaimana? Kau setuju?
Tuesday, May 21, 2019
#puisi MASIH MENCINTAIMU
Di bayang jendela
Aku melihat lirikanmu
Mencari aku
Kuartikan rindu
Lalu jejakmu yang tiada
Menyadarkan pikirku
Seharusnya sudah tidak ada kamu
Karena kau tiadakan aku
Seluruh hatiku luruh
Bersama kemarau yang hadir
Di bulan mei
Membawa resah
Ingatku
Sekarang harusnya
Aku bisa berpaling
Ke lain hati
Namun hatiku
Tak mampu pergi
Masih tertinggal
Bersama aromamu disini
| Cabin, 21 Mei 2019
#puisi MASIH MENCINTAIMU
Di bayang jendela
Aku melihat lirikanmu
Mencari aku
Kuartikan rindu
Lalu jejakmu yang tiada
Menyadarkan pikirku
Seharusnya sudah tidak ada kamu
Karena kau tiadakan aku
Seluruh hatiku luruh
Bersama kemarau yang hadir
Di bulan mei
Membawa resah
Ingatku
Sekarang harusnya
Aku bisa berpaling
Ke lain hati
Namun hatiku
Tak mampu pergi
Masih tertinggal
Bersama aromamu disini
| Cabin, 21 Mei 2019
#puisi I'm still loving you
Airmataku tahu.
Aku mencintaimu sama
Seperti awalnya
Aku terlalu mencintaimu sungguh
Ini sakit
Friday, April 5, 2019
#puisi YOU ARE MY SUNSHINE
Kutulis ini sambil tersenyum. Lagu Sunshine berdendang di belakang otakku.
You are my sunshine
My only sunshine
You make me happy
How much I love you
...
Aku bersyukur di tengah deru cepat hidupku yang tak mudah. Ada Kamu. Kamu yang bisa membuatku tersenyum tiba-tiba bangun tidur setiap pagi, terus tersenyum hingga aku tidur lagi.
Di setiap hariku ada harapan yang dipupuk untuk bertemu denganmu. Karena satu pertemuan saja tidak cukup. Like a crush school girl. Hard crush indeed.
Mengingatmu kadang menimbulkan tanya, apakah kamu memikirkanku juga. Ketika bertemu denganmu, kau dan bahasa tubuhmu menunjukkannya. The feeling is mutual. We had it for years, and it's still going. Kamu dan aku hanya tidak punya kesempatan.
Sunshine...
Kemarin kau memegang tanganku. Mengelusnya dengan kasih sayang. Dalam sekejap hilang segala penyakit di tubuhku. Aku merasa sehat dan bahagia.
In another circumstance, Aku ingin jadi pasien dan kamu perawatnya. Seumur hiduku. Indah bukan?
Kita tidak pernah memikirkan titik ini, dulu, waktu kita memutuskan untuk bersama. Kini, tiba di titik ini, hanya bisa bersyukur kau masih ada untukku.
Kita, selalu bersama orang lain sepanjang waktu. Anehnya... Kau tak memperbolehkan aku bersama orang lain saat ada kau di udara yang sama. Aku menyukai gelisah di matamu yang kuartikan sebagai cemburu.
Matamu yang indah akan menelanku bulat-bulat, seolah untuk persediaan hingga pertemuan berikutnya. Ah, aku hanya perlu senyummu dan aku akan mencintaimu bertahun-tahun.
Sunshine...
You make me happy
How much I love you
***
The party, Kuripan, 5-4-2019
Tuesday, March 26, 2019
#puisi PUTUS ASA
I.
Aku
Putus
Asa
Cintamu
Tidak
Biasa
II.
Bening matamu
Ada gambar segala isi dunia
Ingin kutempatkan diri
Membayangi
Hingga yang tampak olehmu
Hanya aku
Mungkin terkumpul lelah
Karena kita hanya mampu diam
Tak mampu bergandengan tangan
Menanti yang tak pasti
Lalu, perlahan kerinduan menjadi gusar
Tak berkesudahan
Seperti pusaran angin
Meruntuhkan dedaunan
Kering, tak berdaya
Terbang ke permukaan bumi
Menjadi sari tanah
Cinta, tak lagi munculkan asa
Yang ada : air mata
III.
Jika sempat kauijinkan tubuh ini memeluk
Membisikkan janjijanji dan rahasia
Sekali lagi
Mengulang yang sempat
Menjaga yang tak sempat
Asaku,
Tak seputus ini
IV.
Aku bertahan pada satu asa
Dimana suatu pernah
Kau berkata
Membawa kita ke tempat rahasia
(Ke luar angkasa?)
Aku tak menceritakannya pada siapa-siapa
Sampai waktunya nanti kita putus
Oleh hal aku dan kamu tak kan tahu
V.
Kemarin aku mengirimkan pesan sederhana
Tentang rasa rindu
Yang tak pada tempatnya
Kita bijaksana
Menganggapnya sementara
Meski rahasia terlalu indah bagiku untuk mengakhirinya
Kemarin juga
Tak kutemukan pesanmu diantara kata
Yang tak pernah bisa terucap
Di hadapanmu
Meski engkau mencoba
Aku tak mengerti, mengapa lidahku kelu
Menjawabnya
Kita berusaha tertawa
Karena hidup ini tidak berbatas
Kita menguasai dunia
Dengan rahasia tentang putus aaa
Tuesday, March 5, 2019
#puisi Dream
God
I hear my dream crashing
Shattered
Become a piece of bunch of broken glasses
I can see my own reflection
Fade, ugly, meant no more
My tear wash it away
And I'm choking this very reality
But I put up
With hopes
God
Give me some mercy
To hold my tought
And face this heartbroken
Althought
My loneliness sure will kill me
Before my disease does
God
Keep me strong
#dialysiswarrior
Thursday, February 21, 2019
#Puisi Kesepianku
Adzan bergaung
Tubuh menekuk
Dalam sujud
Bercerita tentang sendirii
Dilantun doa doa yang pasrah
Mentari menghangatkan kisi
Yang terbuka
Oleh airmata marah
Dan pria yang tak berguna
Lalu di sudut hati
Ada wajah lain
Tak acuh
Namun membuat senyum
Terbit sepanjang hari
Tuhan,
Kesepian memang aneh
#happyValentineDay
Friday, January 11, 2019
#puisi Jebak
Di tengah putaran rasa
Angkuhku berdiri
Sendiri
Terhenti
Pada saat itu
Tak teredam
Angan sedikit demi sedikit sirna
Kesempatan tiada
Kerinduan hampa
Hati masih congkak
Mengharap
Yang tlah berpunya
Dan ingatan terjebak di sana
Dalam cinta
#puisi Gelisah
Kalau aku mati,
Katakan padanya aku mencintainya
mencintai keluguannya
Mencintai rasa yg disebabkan olehnya
| wan an
Friday, January 4, 2019
#cerpen Lelakiku
Sore seusai hujan, kota Wonosobo menyisakan kabut. Kota terasa tenang, kecuali di sudut taman plaza ramai orang. Para ojek pangkalan setia menunggui stanplat, siapa tau ada penumpang turun dari bus-bus antar kota.
Aku berjalan tergesa menuju pool agen travel, jam tujuh malam aku harus sudah sampai Semarang. Biasa, mendadak tugas negara.
"Mbak, tiket ke Semarang satu," ucapku pada penjual tiket.
"Jam 15.00 atau jam 15.30?"
"Jam 15.00. Lebih cepat lebih baik."
Segera dia memberiku secarik kertas tiket dan aku duduk menunggu mobil yang akan mengangkut ke Semarang.
Aku bersyukur memilih tiga puluh menit lebih awal. Tak pernah menyangka karena perbedaan waktu setengah jam itu, aku bertemu dia.
***
Sepanjang jalan aku mengantuk. Karena beli tiket mendadak aku ditempatkan di pojok belakang. Bisa untuk tidur lagi. Itu sebabnya aku tak menghiraukan orang-orang di mobil kecil travel yang berisi tujuh orang. Apalagi sopirnya.
Setengah perjalanan aku terbangun. Anak penumpang di depanku muntah-muntah. Mobil mulai berisi percakapan-percakapan kecil.
"Mbak, Semarangnya mana?" Sopir mulai bertanya padaku.
"Tugu muda aja, mas," aku menjawab, lalu pandanganku mengarah ke spion depan mencari wajah sopir.
Deg!
Jantungku berdebar.
Aku melihat garis hidungnya, kemudian bentuk bibirnya. Saat itu dia juga melirik ke spion lalu tersenyum lebar. Giginya rapi. Aku merasa wajahku bersemu merah. Tampan.
Kupalingkan wajah, pura-pura menatap barisan perbukitan Sumowono. Ah, sebentar lagi sampai.
***
"Sukun ya, mas," pasangan muda yang membawa anak menghentikan mobil.
Mereka penumpang terakhir dalam mobil selain aku, lainnya sudah turun di jalan.
Aku memandangi sopir itu keluar dan memutar untuk membuka pintu. Penumpang di depanku turun semua. Tinggallah aku sendiri di jok belakang.
Aku berniat pindah ke depan, tepat saat sopir tampan itu mengerling dan memberiku kode untuk pindah ke depan. Di dekat sopir.
Aku pindah ke depan, siapa juga yang mau pindah tengah tempat anak tadi muntah-muntah. Aku diam-diam memperhatikannya ngobrol kecil dengan anak itu dengan raut khawatir.
Sesaat kemudian, dia kembali ke mobil. Jantungku berdebar-debar sepanjang jalan.
"Siap-siap nyuci mobil," kataku.
Dia menoleh ke jok tengah, terkekeh, "ah iya... Tidak apa-apa."
Lalu tangannya memutar musik. Aku memperhatikannya. Playlist album Virza.
Kau cantik hari ini...
Dan aku suka
"Acara apa di Semarang?" Dia memulai percakapan.
"Ada workshop."
"Acaranya di mana?"
"Hotel **** dekat Simpang Lima." Itu sebabnya aku turun Tugu Muda, mobil shuttle tidak antar sampai lokasi, harus turun jalan terdekat ke Simpang Lima.
"Aku antar," katanya.
Aku menoleh. "Emang boleh?"
"Kan penumpang terakhir, lagipula tidak ada trip lagi setelah ini?"
"Pulang ke Wonosobo?"
"Tergantung nanti...," jawabnya mengambang. Lelah.
Aku mengerti.
"Tapi temani aku makan dulu."
Eh?
Aku melirik jam di tangan. "Jam enam yah...? Pantas aku juga lapar."
"Acaranya jam berapa?"
"Jam tujuh malam." Sebenarnya dinner sudah disediakan panitia. Tidak apa-apalah.
"Ini yang di tiket nomor telponmu?"
"Iya."
Dia mengeluarkan telepon genggamnya dan memencet nomor. Segera hapeku berdering.
"Kusimpan ya... Namanya Eva?"
"Iya. Kamu siapa?"
"Joni."
Aku meliriknya tak percaya.
"Joni?"
"Iya, beneran itu namaku. Perlu lihat KTP-ku?"
Aku tertawa, aku simpan nomornya dengan nama Sopir Travel.
Mobil tidak langsung ke hotel yang berada tepat di samping mall, tapi berhenti di deretan pedagang kuliner tak jauh dari situ.
Setelah mendapat tempat parkir, kami menuju pedagang nasi goreng, dia mengamit tanganku mantap sepanjang jalan. Kubayangkan kami seperti sepasang kekasih. Aku tak mampu bertatap mata dengannya saat ngobrol kecil tentang suasana Semarang malam itu, hanya memandangi trotoar. Berusaha bersikap normal, tidak seperti anak SMA kasmaran.
Sepanjang makan malam, dia memandangi siaran sepak bola di televisi, aku memandangi wajah tampan dan tubuhnya yang tinggi atletis. Makan malamku hari ini tidak mewah, tapi tetap sangat spesial.
Sampai di hotel pun aku masih terbayang-bayang.
***
"Sudah selesai acaranya?"
Sekitar jam sembilan malam aku mendapatkan pesan Joni.
"Sudah, tadi cuma pembukaan. Acaranya besok dua hari."
"Ya, istirahat."
"Kamu di mana?"
"Perjalanan pulang ke Wonosobo."
"Sambil nyetir kok bisa SMS?"
"Tidak apa-apa. Aku sendiri."
"Hati-hati lho..."
"Berarti pulang kapan?"
"Rabu."
"Bareng aku aja."
Tidak kubalas.
***
Hari-hari di Semarang kulewati dengan kesibukan. Banyak hal baru kupelajari. Aku bahkan sudah lupa pada sopir tampan bernama Joni itu.
Saat tiba waktu pulang barulah aku ingat dia. Aku mencari wajahnya di agen travel, dan mobil Luxio yang dikendarainya, tapi tidak ada. Sepanjang perjalanan pulang aku ingin mengirim pesan tapi tidak enak hati.
Malam itu di rumah aku tak henti memikirkannya.
Bip!
Sebuah pesan masuk.
"Sudah pulang?"
"Sudah."
"Maaf tadi aku ke Jogja."
"Pantesan aku cari kamu tak ada."
"Nyari aku kangen ya?"
"Enak aja."
"Aku kangen."
Aneh. Sebenarnya aku juga, tapi mana mungkin aku mengatakannya.
"Besok aku ke Jogja lagi."
Aku menghitung-hitung, "jam berapa sampai Wonosobo lagi?"
"Jam empat sore. Besok makan bareng ya?"
"Oke."
"Ada sesuatu yang aku ingin bilang?"
Wah...
"Apa?"
"Aku sudah punya istri."
Aku sudah tahu.
***
"Temani aku ke alun-alun." Pinta Joni setelah kami menyantap sate Cak Zen yang nikmat itu.
"Alun-alun?"
"Aku belum pernah ke sana."
Astaga. "Kamu orang mana sih?"
"Magelang."
Pantas.
"Aku baru seminggu di sini."
Mana mungkin aku bilang tak ada yang duduk di alun-alun jam segini, kecuali banci dan ABG pacaran.
Kami memilih bawah beringin dekat tukang ronde. Aku menjabarkan sekilas peta Wonosobo padanya. Aku bilang padanya posisi kami sekarang dekat sekali dengan mes tempat kerjanya. Hanya perlu berjalan lurus.
Ada satu hal darinya yang mencuri hatiku. Dia setype denganku. Selera musiknya sama, umur kami juga hanya terpaut satu tahun, bahkan usia anak kami sama.
"Kalau aku orang Wonosobo, mungkin dulu kamu nikahnya sama aku," katanya suatu hari.
Yeah... may be.
Dia lugu.
Hari gini mungkin hanya dia lelaki yang terang-terangan tertarik tapi kegiatannya hanya ngajak makan dan ngobrol saja. Hal itu menambah rasa sayangku padanya. Tiap hari dia menjadi tempat curhatku, tempat sampahku, tempatku berkeluh kesah.
Datanglah bila engkau menangis
Ceritakan semua yang engkau mau
Percaya padaku, aku lelakimu
Mungkin pelukku tak sehangat senja
Usapku tak menghapus air mata
Tapi ku di sini sebagai lelakimu
...
Ya, dia lelakiku.
***
Sudah beberapa bulan ini kami berteman. Aku menikmati saat-saat menemaninya makan malam dan memandunya dengan motorku keliling kota.
Favorit kami adalah duduk di alun-alun mendengarkan ceritanya tentang penumpang-penumpangnya. Aku bahkan cemburu kalau ada penumpang cantik duduk di depan dekat sopir tapi dia bisa meyakinkanku mereka cuma penumpang biasa. Ngobrol saja tidak.
"Hari ini acaranya apa?" tanyanya kadang-kadang. Kode ngajak jalan.
"Tidak ada."
"Ikut ke Jogja ayok."
Aku berpikir sebentar. Kebetulan, aku harus mengambil hape-ku yang sedang diservis di tempat Andre, temanku di Jogja.
"Memangnya tidak apa-apa?"
"Nggak. Aku bawa elf."
"Oke."
Karena aku penumpang gelap, dia menjemputku di jalan, bukan di agen.
Saat aku sudah duduk di sampingnya ia memegang tanganku erat. Jika ia melepasnya karena harus mengopling atau hal lain, aku merasa kehilangan yang dingin.
Ini kedua kali aku jadi penumpangnya. Aku hanya menemaninya ke Jogja, makan nasi padang di warung dekat pool sambil menemaninya menunggu penumpang berikutnya lalu kembali ke Wonosobo. Tidak jadi menemui Andre. Aku merasa ketemuan dengan Andre akan mengkhianatinya.
Sepanjang jalan, jika ada berpapasan dengan temannya, maka Joni akan langsung dapat telepon yang isinya menggodanya.
Para sopir ini memang ahli dalam telepon dan SMS sambil menyetir
***
"Hari ini ada acara?"
Pagi itu Joni meneleponku. Suaranya sedih.
"Ada apa?"
"Aku dipecat."
"Kok bisa? Terus kamu mau pulang ke Magelang?"
"Ayo temani aku jalan-jalan."
Inilah firasat kehilanganku tempo hari. Aku menjemputnya tanpa kata-kata dan mendengarkan saja dia menumpahkan uneg-unegnya.
Aku mengajaknya ke tempat wisata, mencoba membuatnya ceria. Ketika tengah hari, kami sudah duduk di pinggir telaga. Ia bersenandung.
Akulah yang tetap memelukmu erat
Saat kau berpikir mungkinkah berpaling
Akulah yang mampu menenangkan badai
Aku lelakimu...
Saat sore tiba, aku mengantarnya ke terminal. Dia memelukku sekejap, dan lelaki itu hilang untuk selamanya.
***
Selesai