Mama Dewi, Ia ingin jadi pengantin. Bukan karena Ia belum menikah, namun karena banyak hal yang disesalinya di hari pernikahannya.
Bapak Dewi, Ia ingin jadi pengantin, Bukannya ia tak mengakui statusnya sebagai istri, namun karena saat ia menjadi pengantin, banyak hal yang ia tak alami seperti pengantin-pengantin yang lain.
Ingin Dewi katakan pada suaminya, Ia ingin menjadi pengantin. Ia pernah ingin mengenakan pakaian cantik, kebaya putih? baju berenda penuh pernak pernik? kerudung putih panjang indah? mahkota kecil di jilbabnya berhias bunga melati... ah, tak ketinggalan... lagu sholawat atau gending jawa, 'ning-nong-ning-gung... ning-nong-ning-gung...' mengiringi pesta dimana ia dan suaminya berdua duduk dengan anggunnya bak raja dan ratu sehari, didandani secantik nyi roro kidul bersanding di pelaminan disaksikan berlusin tamu undangan.
Setiap ia melihat pengantin lain, ia hanya bisa iri dan nyeri, hanya bisa menyesal. pengantinnya bukan pengantin, karena pengantinnya tak ada gaun pengantin, tak ada foto-foto indah yang bisa dipajang di gubuk mereka, tak ada cincin kawin melingkar di jari mereka berdua yang bisa dibawanya kemana-mana dan bisa ia tunjukan pada dunia bahwa ia telah menikah. Dan diantara semua nyeri hati itu, Di hari pengantinnya Tak ada Mama!
Ah, namun impian tinggal impian, Dewi memang pengantin yang bukan pengantin. Namun ia tetaplah pengantin.
kategori : 222 kata
No comments:
Post a Comment