Saya menulis puisi ini awalnya hanya sebagai catatan curhat awal tahun (hijriyah). Namun sore harinya, saya dapat info dari mba Nessa Kartika bahwa ada lomba nulis puisi 1 Muharam di grup UNTUK SAHABAT. Deadlinnya hanya 12 jam (08.00-20.00 WIB). Dari tempo yang singkat itu, ternyata member grup UNSA cukup antusias untuk menyalurkan kreatifitasnya. Termasuk saya yang buru-buru copas dari catatan dan ngirim ke wall UNSA. Hehe...
Eh, dasi ketidaksengajaan ini nggak nyangka bisa jadi juara. Alhamdulillah.
Namun bagi saya, yang menang belum tentu yang terbaik, dan yang kalah belum tentu tidak bagus. Ini hanya soal selera juri. Jadi, saya nulis ini bukan hendak pamer, hanya ingin berbagi dengan sahabat, siapa tahu bermanfaat. :)
Sekali lagi terima kasih mas Dang Aji Sidik selaku penyelenggara, Mas Adi III selaku juri, dan mba Nessa Kartika.
(hehe, maaf crewet nih. :D)
RINDU DENDAM MUALAF
Bait-bait ayat Allah yang kau kumandangkan dari balik ruang kepatuhan, melantun lembut menusuk-nusuk pintu tobatku yang beku, rapat tabir muslihat.
Adakah lengan yang mampu menarikku dari lereng kemunafikan jika detik yang lalu aku gagal?
:Sujudku dihuni setan, sedang takbirku terhalang sendu yang aus, habis ditelan kesia-siaan.
Beberapa purnama lagi aku harus hidup kembali
Ya! tahun ini.
Atau akan kau temukan niatku menguap pada nisan di keabadian.
Taichung, 07-12-10
No comments:
Post a Comment