PURBALINGGA, Peringatan Hari Sumpah
Pemuda Propinsi Jawa Tengah dipusatkan di Kabupaten Purbalingga,
Gubernur Jateng Bibit Waluyo dalam amanat upacara mengajak agar para
pemuda untuk kembali lebih menghayati dan mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan itu untuk bisa
memfilter perkembangan zaman yang semakin maju. Apalagi untuk `IT yang
tidak mengenal istilah batasan baik ruang maupun waktu, sewaktu-waktu
kita bisa menengok kebelahan bumi bagian manapun, baik Indonesia,
Amerika ataupun Eropa. Kita harus bisa membentengi jatidiri Indonesia
dengan nilai - nilai Pancasila, kata Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo
dalam pidatonya pada acara peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke 84 di
Kabupaten Purbalinga.
Dalam kesempatan itu pula diberikan
penghargaan kepada 15 pemuda pelopor dalam berbagai bidang yang telah
melalui seleksi mulai dari tingkat kabupaten hingga ke provinsi oleh
Provinsi Jawa Tengah.
Peraih penghargaan untuk bidang keolahragaan, juara I – III Puspa Aprilia (Kota Salatiga, Endri Dwi Pramularso (Pemalang), dan Muhamad Syaeful Anam (Grobogan).
Peraih penghargaan untuk bidang
pendidikan juara I – III, Arif Sulistiono (Kota Pekalongan), Intan
Furotul Aini (Demak), dan Ibnu Fathi (Kab Pekalongan).
Bidang teknologi tepat guna, juara I – III, Imron Mashadi (Demak), Syamsu Ma’arif (Kudus), dan A’ang Khoirudin (Rembang). Kemudian bidang seni dan budaya, juara I hingga III, Danas Moro (Temanggung), Anissa Hanifa (Wonosobo), Laras Risna Hastuti (Demak), bidang pariwisata juara I – III, Edhi Suparman (Purworejo), Rahayu (Temanggung), Luthfy Avian Ananda (Rembang).
Penghargaan lomba gerak jalan 28 kilometer, juara I dari Kabupaten Blora yang diterima Adi Purwanto, juara II Kabupaten Rembang (Sunarto), dan juara III Kabupaten Kudus yang diterima oleh Bambang Widiharto.
Bidang teknologi tepat guna, juara I – III, Imron Mashadi (Demak), Syamsu Ma’arif (Kudus), dan A’ang Khoirudin (Rembang). Kemudian bidang seni dan budaya, juara I hingga III, Danas Moro (Temanggung), Anissa Hanifa (Wonosobo), Laras Risna Hastuti (Demak), bidang pariwisata juara I – III, Edhi Suparman (Purworejo), Rahayu (Temanggung), Luthfy Avian Ananda (Rembang).
Penghargaan lomba gerak jalan 28 kilometer, juara I dari Kabupaten Blora yang diterima Adi Purwanto, juara II Kabupaten Rembang (Sunarto), dan juara III Kabupaten Kudus yang diterima oleh Bambang Widiharto.
Setelah penyerahan penghargaan acara
dilanjutkan dengan pagelaran seni kolosal yang menampilkan 250 anggota
Pencak Silat Merpati Putih, dimulai dengan Tata Gerak Rangkaian Gerak
Ditempat (RGT) yang disambung dengan Jurus Tunggal versi Ikatan Pencak
Silat (IPSI) dan Penampilan seorang pengendara sepeda motor dengan mata
tertutup dan berputar keliling alun-alun, juga membuat decak kagum
masyarakat yang menyaksikannya. Seorang pengendara ini melintasi
berbagai rintangan yang dibuat oleh teman-temannya.
Selain atraksi bersepeda motor dengan mata tertutup, dua orang anggota perguruan ini juga membaca tulisan disebuah album yang ditulis oleh Gubernur Jateng. Tulisan itu dengan mudahnya dibaca hanya dengan meraba. Mata mereka sebelumnya sudah ditutup plester dan dilapisi kain.
Tak hanya itu, perguruan Merpati Putih juga menyuguhkan atraksi mematahkan es balok yang berlapis empat, bahkan salah satu peserta demo masih duduk di kelas 2 SD dengan dipukul dua stang pompa dragon.
Selain atraksi bersepeda motor dengan mata tertutup, dua orang anggota perguruan ini juga membaca tulisan disebuah album yang ditulis oleh Gubernur Jateng. Tulisan itu dengan mudahnya dibaca hanya dengan meraba. Mata mereka sebelumnya sudah ditutup plester dan dilapisi kain.
Tak hanya itu, perguruan Merpati Putih juga menyuguhkan atraksi mematahkan es balok yang berlapis empat, bahkan salah satu peserta demo masih duduk di kelas 2 SD dengan dipukul dua stang pompa dragon.
Tak mau kalah dengan penampilan Merpati Putih, Komandan Kodim 0702 Purbalingga Letkol Inf Jati Bambang turun ke lapangan mematahkan besi dengan tangan maupun dengan pahanya.
Acara dilanjutkan dengan Pagelaran Tari
Lenggasor yang dimeriahkan oleh sekitar 75 penari, Tari Lenggasor
merupakan Tari Kreasi Banyumasan yang merupakan filosofi dari kata
Lenggah dan Ngisor, kata lenggah dalam bahasa Indonesia berarti duduk,
dan ngisor dalam bahasa indonesia berarti di bawah, secara keseluruhan
berarti duduk di bawah, dimana ini menggambarkan bahwa yang lebih muda
menghormati yang tua.
Pagelaran seni diakhiri oleh pertunjukan
Rampak Kentong atau lebih populer dengan nama thek-thek, yang diikuti
sekitar 150 pemuda pemudi yang tergabung dalam grup thek-thek "KINGSAN".
Seni thek-thek membawakan beberapa lagu yang dikemas dengan apik dengan
iringan musik dari kentongan, angklung, gambang, suling, bedug besar,
bedug kecil, eret-eret, tripok/teplak, dan tamboring. Penampilan pertama
dengan lagu ’Linggamas’ (Purbalingga Banyumas), kemudian lagu Bangun
Pemuda Pemudi, Dawet Ayu Banjarnegara, Baturaden, Jaranan, dan lagu
Darah Muda.
Seni thek-thek merupakan kolaborasi
antara seni musik dengan seni tari, dimana separuh anggota memainkan
musik untuk mengiringi separuhnya lagi anggota yang menari. Musik
kenthongan atau thek - thek pada awalnya dimainkan oleh sebagian orang
yang tengah melakukan ronda. Alat musiknya dari bambu dan dimainkan oleh
sekitar 7 – 10 orang. Namun, kali ini musik kenthongan dimainkan secara
apik dengan menyuguhkan lagu-lagu yang menarik pula serta atraksi para
pemusiknya. (dpu/k)