; Untuk kau yang tak boleh kusebut namanya
Malam ini aku ditemani dengan kenangan, deretan lagu cinta dan nafas yang tercekat di tenggorokan, tak mampu keluar secara normal dari rongga hidungku. Panas seluruh mukaku dan kau tahukah apa nama cairan yang menggenang di pelupuk mataku?
Harus kuakui kepengecutanku. Menutup otakku sendiri untuk namamu. Bahkan saat aku lupa cara untuk melupakanmu, aku menyenangkan diriku sendiri untuk merasa cemburu. Berharap... itulah cara terbaik untuk menjauhkanku dengan rasaku.
Membiarkan mereka memajang satu demi satu kepedihan. Menutup mata pun aku tetap tak mampu untuk tak melihatnya. Terlalu manis, terlalu sakit.
Galauku, apakah yang kupikirkan sama dengan yang kaupikirkan?
[Pulau Dewata, UWRF 2012]
No comments:
Post a Comment