PURBALINGGA – Gubernur Jateng Bibit Waluyo mengajak kepada para pemuda untuk menghayati dan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
untuk membentengi perkembangan zaman yang semakin maju dan mengglobal. Hari ini
terjadi apa di Indonesia, jam ini pula kita bisa dilihat di Amerika, Eropa, di
mana saja seluruh dunia ini.
"Kalau lapangan sepak bola mudah dipagari, tapi
kalau NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), kita ini mau dipagari dengan
apa? Pagarnya adalah jati diri bangsa Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia
yang dimaksud adalah nilai-nilai Pancasila.,” kata Gubernur Bibit Waluyo usai
menjadi inspektur upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-84 tingkat
Jateng yang dipusatkan di alun-alun Purbalingga, Minggu (28/10).
Menurut Gubernur Bibit, pemuda Indonesia untuk maju,
mandiri, dan berdaya saing tinggi menuju Komunitas ASEAN 2015. Indonesia harus
unggul di antara negara-negara ASEAN karena jumlah penduduk negara ini sudah
mencapai 240 juta jiwa. "Harus itu, tidak boleh ditawar-tawar. Kalau
kita tidak maju, tidak mandiri, tidak berkreativitas, dan tidak berdaya saing
tinggi, kita akan kalah di antara negara-negara ASEAN," katanya. Oleh karena itu, lanjut Gubernur, pemuda Indonesia
harus bangkit, maju, mandiri, dan berdaya saing tinggi. "Caranya dengan
menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari," kata Gubernur.
Pemuda
Pelopor
Dalam peringatan HSP tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng memberikan
penghargaan kepada 15 pemuda pelopor dalam berbagai bidang. Mereka
telah
melalui seleksi mulai dari tingkat kabupaten hingga ke provinsi. Peraih
penghargaan tersebut untuk bidang pendidikan masing-masing juara I –
III, Arif Sulistiono (Kota Pekalongan), Intan Furotul Aini (Demak), dan
Ibnu
Fathi (Kab Pekalongan).
Bidang teknologi tepat guna, juara I – III, Imron Mashadi (Demak), Syamsu
Ma’arif (Kudus), dan A’ang Khoirudin (Rembang). Kemudian bidang seni dan
budaya, juara I hingga III, Danas Moro (Temanggung), Anissa Hanifa
(Wonosobo), Laras Risna Hastuti (Demak), bidang pariwisata juara I – III, Edhi
Suparman (Purworejo), Rahayu (Temanggung), Luthfy Avian Ananda (Rembang).
Bidang
keolahragaan, juara I – III Puspa Aprilia (Kota Salatiga, Endri Dwi
Pramularso (Pemalang), dan Muhamad Syaeful Anam (Grobogan). Dalam
kesempatan tersebut gubernur Jateng Bibit Waluyo juga menyerahkan
penghargaan lomba gerak jalan 28 kilometer, juara I dari Kabupaten Blora
yang
diterima Adi Purwanto, juara II Kabupaten Rembang (Sunarto), dan juara
III
Kabupaten Kudus yang diterima oleh Bambang Widiharto.
Atraksi
Merpati Putih
Peringatan
tersebut juga dimeriahkan dengan atraksi perguruan Merpati Putih
yang menampilkan 250 anggotanya. Mereka menampilkan berbagai atraksi
yang
membuat Gubernur Jateng Bibit Waluyo dan tamu undangan kagum. Penampilan
seorang pengendara sepeda motor dengan mata tertutup dan berputar
keliling alun-alun, juga membuat decak kagum masyarakat yang
menyaksikannya.
Seorang pengendara ini melintasi berbagai rintangan yang dibuat oleh
teman-temannya.
Selain atraksi bersepeda motor dengan mata tertutup, dua orang anggota
perguruan ini juga membaca tulisan disebuah album yang ditulis oleh Gubernur
Jateng. Tulisan itu dengan mudahnya dibaca hanya dengan meraba. Mata mereka
sebelumnya sudah ditutup plester dan dilapisi kain. Tak hanya itu, perguruan Merpati Putih juga menyuguhkan atraksi mematahkan es
balok yang berlapis empat serta besi cor.
Tak mau kalah dengan penampilan Merpati Putih, Komandan Kodim 0702 Purbalingga
Letkol Inf Jati Bambang turun ke lapangan mematahkan besi dengan tangan maupun
dengan pahanya.
Tarian
Lenggasor
Sementara penampilan tarian lenggasor yang diikuti sekitar 75 orang juga
tak kalah menariknya. Lenggasor merupakan tari kreasi Banyumasan yang merupakan
gabungan dari kata Lenggah dan Ngisor. Lenggah Ngisor dalam
bahasa Indonesia artinya duduk di bawah. Adat ketimuran selalu menghormati
kepada yang lebih tua atau yang dituakan dengan cara merendah. Dalam
tarian ini, Lenggasor diartikan sebagai bekti atau taat kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa dengan cara bersyukur melalui kepandaian dan kelebihan yang dimiliknya.
Kenthongan
Penampilan yang tak kalah menariknya adalah sekitar 150
pemuda-pemudi memainkan musik kenthongan atau thek-thek. Mereka yang tergabung
dalam kelompok musik kenthongan ’Kingsan’ tampil apik dan kompak. Musik
kenthongan pada awalnya dimainkan oleh sebagian orang yang tengah melakukan
ronda. Alat musiknya dari bambu dan dimainkan oleh sekitar 7 – 10 orang. Namun,
kali ini musik kenthongan dimainkan secara apik dengan menyuguhkan lagu-lagu
yang menarik pula serta atraksi para pemusiknya.
Dihadapan Gubernu jateng Bibit Waluyo dan tamu undangan serta pemuda utusan
kabupaten/kota se-Jateng, kelompok musik asal Purbalingga ini menyuguhkan enam
buah lagu. Penampilan pertama dengan lagu ’Linggamas’ (Purbalingga
Banyumas), kemudian lagu Bangun Pemuda Pemudi, Dawet Ayu Banjarnegara,
Baturaden, Jaranan, dan lagu Darah Muda.
Pelatih grup Kingsan, Joko mengatakan, grup kenthongan selain menyuguhkan
lagu-lagu juga ditampilkan para penarinya. Sedang alat musik yang dipakai, yang
semula didominasi kenthongan, kini bertambah seperti angklung, gambang, suling,
bedug besarm bedug kecil, eret-eret, tripok/teplak, dan tamboring.
Usai menyaksikan penampilan kesenian dan Merpati Putih, Gubernur Jateng
meninjau 40 stand Gelar Karya Pemuda se-Jateng. Gubernur Bibit yang didampingi
Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko mencermati satu demi satu hasil karya para
pemuda di Jateng. *www.jatengprov.go.id_Kab.Purbalingga-Humas
No comments:
Post a Comment