Aku merindukan nasi. Sungguh merindukan nasi.
Sebagai domestic workers di keluarga Chinesse Singaporean, kami memang terbiasa makan nasi hanya di malam hari. Namun karena nenek majikan yang memasak, kadang... bahkan sering, masakannya tidak halal. Makananku sehari-hari mi instan, spagetty atau pasta tak peduli pagi siang malam.
Bulan puasa hari ke sepuluh. Terlewati sudah sepertiga pertama bulan Ramadan mubarok. Meski selama ini sahur jarang, berbuka pun selalu kebingungan apa yang dimakan.
Majikan pulang sekitar pukul sembilan lebih. Artinya jika aku memilih untuk makanan yang dimasak oleh nenek, aku harus menunggu setelah mereka makan, barulah aku pun makan. Kebiasaan tak bangun saat sahur, membuatku ingin cepat-cepat makan setelah waktu berbuka tiba. Jadi aku lebih sering memasak sendiri makan malamku tanpa mengambil bahan makanan milik nenek. Lama kelamaan nenek tak lagi memasakkan jatah makan malamku. Tapi tak apalah... dimasakkan pun sering tak kumakan.
Dan aku benar-benar merindukan nasi. Bagaimanapun aku tetaplah orang Indonesia yang terlahir untuk makan nasi 3x sehari. Tak sabar rasanya segera pulang ke Indonesia, memasak sendiri apa yang ingin kumakan. Kalaupun aku malas, selalu aku bisa datang ke rumah Ibu untuk minta dimasakkan makanan kegemaranku yang sebenarnya sangat sederhana, nasi putih hangat, ikan a
sin, daun ubi talas yang dimasak dengan parutan kelapa dan sambal bawang putih. Ah,.. menetes liurku hanya dengan membayangkannya.
Hari ini sepulang kerja, majikan kembali meributkan tentang tanggal pulangku. BP3TKI ingin aku pulang tanggal 15, karena acara penyerahan hadiah dan lain-lain adalah tanggal 15-18. Namun majikan masih keukeuh tanggal 17 saja.
Mari berdoa 100x lebih dalam agar terbuka hati mereka. Insyaallah... Doa orang yang berpuasa akan diijabah.
Sebagai domestic workers di keluarga Chinesse Singaporean, kami memang terbiasa makan nasi hanya di malam hari. Namun karena nenek majikan yang memasak, kadang... bahkan sering, masakannya tidak halal. Makananku sehari-hari mi instan, spagetty atau pasta tak peduli pagi siang malam.
Bulan puasa hari ke sepuluh. Terlewati sudah sepertiga pertama bulan Ramadan mubarok. Meski selama ini sahur jarang, berbuka pun selalu kebingungan apa yang dimakan.
Majikan pulang sekitar pukul sembilan lebih. Artinya jika aku memilih untuk makanan yang dimasak oleh nenek, aku harus menunggu setelah mereka makan, barulah aku pun makan. Kebiasaan tak bangun saat sahur, membuatku ingin cepat-cepat makan setelah waktu berbuka tiba. Jadi aku lebih sering memasak sendiri makan malamku tanpa mengambil bahan makanan milik nenek. Lama kelamaan nenek tak lagi memasakkan jatah makan malamku. Tapi tak apalah... dimasakkan pun sering tak kumakan.
Dan aku benar-benar merindukan nasi. Bagaimanapun aku tetaplah orang Indonesia yang terlahir untuk makan nasi 3x sehari. Tak sabar rasanya segera pulang ke Indonesia, memasak sendiri apa yang ingin kumakan. Kalaupun aku malas, selalu aku bisa datang ke rumah Ibu untuk minta dimasakkan makanan kegemaranku yang sebenarnya sangat sederhana, nasi putih hangat, ikan a
sin, daun ubi talas yang dimasak dengan parutan kelapa dan sambal bawang putih. Ah,.. menetes liurku hanya dengan membayangkannya.
Hari ini sepulang kerja, majikan kembali meributkan tentang tanggal pulangku. BP3TKI ingin aku pulang tanggal 15, karena acara penyerahan hadiah dan lain-lain adalah tanggal 15-18. Namun majikan masih keukeuh tanggal 17 saja.
Mari berdoa 100x lebih dalam agar terbuka hati mereka. Insyaallah... Doa orang yang berpuasa akan diijabah.
-oOo-
No comments:
Post a Comment