Empat tahun yang penuh kenangan mengharu biru aku. Sambil menata tas dan barang-barang yang tersisa, ingatan akan waktu yang berlalu membuat airmataku menderas.
Saat terbang meninggalkan Indonesia menuju Negeri Singa tepat di ulang tahun anakku yang kedua--Tak lebih dari sebulan aku menyapihnya. Aku hanya mempunyai tekad untuk lepas dari beban KDRT. Namun kini aku tak lagi menyesal telah memilih untuk jauh dari keluarga karena aku yakin aku pulang bukan dengan tangan hampa.
Ada rumah permanen yang kelak bisa kuwariskan pada putraku. Ada ilmu menulis hasil menimba selama kesepianku di Singapura. Memang hanya itu yang kubawa, namun aku yakin sangat berguna nantinya.
Aku memang tak punya banyak uang. Setiap ada teman atau saudara yang bilang pulang dari luar negeri pasti bawa duit banyak. Aku hanya bisa tertawa. Mereka tak tahu bahwa uang sudah habis kukirim tiap bulan. Seolah kebutuhan keluargaku di kampung tiada habisnya dan nyaris membuatku takut pulang.
Rayuan dan rengekan axl putraku lah yang membuatku membulatkan tekad untuk pulang.
Anakku lebih membutuhkan aku mamanya daripada uang. Uang berapapun seolah tak cukup.
suamiku pun sudah bersumpah tak akan ada lagi kekerasan dalam rumah tangga kami. Aku hanya mampu percaya.
Hari ini anakku menelpon lagi. Aku makin tak sabar untuk pulang dan memeluknya.
Empat tahun kenangan, kupak rapat. Mimpi demi mimpi, telah kuikat.
kini waktunya aku kembali. Kali ini untuk selamanya...
Saat terbang meninggalkan Indonesia menuju Negeri Singa tepat di ulang tahun anakku yang kedua--Tak lebih dari sebulan aku menyapihnya. Aku hanya mempunyai tekad untuk lepas dari beban KDRT. Namun kini aku tak lagi menyesal telah memilih untuk jauh dari keluarga karena aku yakin aku pulang bukan dengan tangan hampa.
Ada rumah permanen yang kelak bisa kuwariskan pada putraku. Ada ilmu menulis hasil menimba selama kesepianku di Singapura. Memang hanya itu yang kubawa, namun aku yakin sangat berguna nantinya.
Aku memang tak punya banyak uang. Setiap ada teman atau saudara yang bilang pulang dari luar negeri pasti bawa duit banyak. Aku hanya bisa tertawa. Mereka tak tahu bahwa uang sudah habis kukirim tiap bulan. Seolah kebutuhan keluargaku di kampung tiada habisnya dan nyaris membuatku takut pulang.
Rayuan dan rengekan axl putraku lah yang membuatku membulatkan tekad untuk pulang.
Anakku lebih membutuhkan aku mamanya daripada uang. Uang berapapun seolah tak cukup.
suamiku pun sudah bersumpah tak akan ada lagi kekerasan dalam rumah tangga kami. Aku hanya mampu percaya.
Hari ini anakku menelpon lagi. Aku makin tak sabar untuk pulang dan memeluknya.
Empat tahun kenangan, kupak rapat. Mimpi demi mimpi, telah kuikat.
kini waktunya aku kembali. Kali ini untuk selamanya...
-oOo-
Terharu baca postingan ini, Mbak.
ReplyDeleteYa, yang seorang anak butuhkan adalah kasih sayang, bukan uang. Ditunggu postingannya kalau udah sampe rumah. :)
hahaha... masih belum nulis apa2
ReplyDelete