Aku diusir majikan.
Gara-garanya karena aku tetap mempertahankan keinginanku untuk pulang tanggal 15. Sebenarnya work permitku habis tepat tanggal 17. Dan majikan sudah memesan tiket untuk tanggal 17 agustus.
Namun karena ada undangan mendadak dari Panitia Lomba VOI RRI, aku diharapkan sudah pulang ke Indonesia tanggal 15. Sebagai calon penulis yang masih mencari nama di dunia kepenulisan. Aku sangat bangga dengan hal ini, itulah sebabnya aku berusaha bagaimana caranya agar majikan berubah pikiran dan melepaskanku tanggal 15.
Majikanku tak mau mengerti. Bahkan majikan memarahi pihak panitia VOI RRI dan BPN3TKI yang menghubunginya melalui email dan telepon.
Pagi buta seperti biasa aku makan sahur, lalu membaca-baca buku menunggu subuh sampai dengan majikanku bangun untuk berangkat kerja.
Sekali lagi kuutarakan keinginanku bahwa aku mantap pulang tanggal 15 saja. Tiket untuk tanggal 17 aku akan ganti dengan uang gajiku bulan juli yang masih ditahannya separuh ditambah uang gaji setengah bulan Agustus.
Majikanku marah besar dan mengusirku saat itu juga.
"I was saying to let you go home on 17. But now I dont want ready! Leave this house on Sunday!" Katanya tanpa bisa diajak kompromi.
Bagaimana mungkin aku meninggalkan rumah ini pada hari Minggu jika penerbangannya adalah hari Senin? Kenapa majikanku sangat tak masuk akal? Mengapa ia tak ikut bangga dengan penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia atas tulisanku ini? Kenapa majikanku ingin mempersulit aku? Haruskah aku mengalah dan mengubur dalam-dalam kesempatan sekali seumur hidup ini?
Jawabanku Tidak! Aku tak mau menyerah. Ini adalah mimpiku. Jalan terang untuk karir menulisku. Aku tak ingin selamanya hidup dalam kekangan majikan yang menganggapku sebagai budak. They don't need a maid, They want is a prisoner. Aku ingin merdeka mengejar cita-cita dan mimpiku. Minggu maka aku akan hengkang dari rumah ini hari Minggu.
Akhirnya aku menghubungi majikanku yang pertama di Punggol 21. Aku ceritakan segalanya apa adanya. Dan dengan tangan terbuka mereka menyuruhku tinggal di Punggol hari Minggu nanti dan akan mengantarku ke Changi Airport hari Senin.
Aku lega. Aku makin mencintai mantan majikanku ini. Keluarga yang mendatangkan aku ke Singapura. Mereka lebih mendukungku. Lebih memanusiakan aku. Aku pasti akan merindukan mereka.
Gara-garanya karena aku tetap mempertahankan keinginanku untuk pulang tanggal 15. Sebenarnya work permitku habis tepat tanggal 17. Dan majikan sudah memesan tiket untuk tanggal 17 agustus.
Namun karena ada undangan mendadak dari Panitia Lomba VOI RRI, aku diharapkan sudah pulang ke Indonesia tanggal 15. Sebagai calon penulis yang masih mencari nama di dunia kepenulisan. Aku sangat bangga dengan hal ini, itulah sebabnya aku berusaha bagaimana caranya agar majikan berubah pikiran dan melepaskanku tanggal 15.
Majikanku tak mau mengerti. Bahkan majikan memarahi pihak panitia VOI RRI dan BPN3TKI yang menghubunginya melalui email dan telepon.
Pagi buta seperti biasa aku makan sahur, lalu membaca-baca buku menunggu subuh sampai dengan majikanku bangun untuk berangkat kerja.
Sekali lagi kuutarakan keinginanku bahwa aku mantap pulang tanggal 15 saja. Tiket untuk tanggal 17 aku akan ganti dengan uang gajiku bulan juli yang masih ditahannya separuh ditambah uang gaji setengah bulan Agustus.
Majikanku marah besar dan mengusirku saat itu juga.
"I was saying to let you go home on 17. But now I dont want ready! Leave this house on Sunday!" Katanya tanpa bisa diajak kompromi.
Bagaimana mungkin aku meninggalkan rumah ini pada hari Minggu jika penerbangannya adalah hari Senin? Kenapa majikanku sangat tak masuk akal? Mengapa ia tak ikut bangga dengan penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia atas tulisanku ini? Kenapa majikanku ingin mempersulit aku? Haruskah aku mengalah dan mengubur dalam-dalam kesempatan sekali seumur hidup ini?
Jawabanku Tidak! Aku tak mau menyerah. Ini adalah mimpiku. Jalan terang untuk karir menulisku. Aku tak ingin selamanya hidup dalam kekangan majikan yang menganggapku sebagai budak. They don't need a maid, They want is a prisoner. Aku ingin merdeka mengejar cita-cita dan mimpiku. Minggu maka aku akan hengkang dari rumah ini hari Minggu.
Akhirnya aku menghubungi majikanku yang pertama di Punggol 21. Aku ceritakan segalanya apa adanya. Dan dengan tangan terbuka mereka menyuruhku tinggal di Punggol hari Minggu nanti dan akan mengantarku ke Changi Airport hari Senin.
Aku lega. Aku makin mencintai mantan majikanku ini. Keluarga yang mendatangkan aku ke Singapura. Mereka lebih mendukungku. Lebih memanusiakan aku. Aku pasti akan merindukan mereka.
Aku kecewa kenapa selalu ada manusia yang menganggap dirinya "lebih", menganggap sebangsanya sebagai budak lah, dan semacamnya. :((
ReplyDeleteApa pun yang mereka katakan ttg Mbak Nessa, Mbak Nessa tetep jadi temenku... :D
Pelukk.... <3
ReplyDelete