FIKSI |
Seperti setiap puja yang tercipta dari hembus nafasku,
menghadirkan bayangan beku akanmu.
menghadirkan bayangan beku akanmu.
Seperti kepingan rindu yang kita kumpulkan dalam pundi rahasia
yang hanya aku dan kamu yang tahu di mana tempat penyimpanannya.
yang hanya aku dan kamu yang tahu di mana tempat penyimpanannya.
Seperti juga kenangan yang belum tercipta
namun mampu mengobrak-abrik rasa.
namun mampu mengobrak-abrik rasa.
Adalah antara aku, kamu dan keajaiban kita.
Ingin kunikmati… berdua denganmu di luar angkasa
Di sana tak ada yang tau kerinduan dan cinta yang telah tertanam dalam,
menjadikan sekian rasa antah berantah menjadi sebuah motivasi merah.
Bermakna keakuan yang tak ingin kunafikkan.
Aku mencintaimu...
menjadikan sekian rasa antah berantah menjadi sebuah motivasi merah.
Bermakna keakuan yang tak ingin kunafikkan.
Aku mencintaimu...
Di sana,
tak ada yang akan bertanya mengapa kita harus berdua.
Memendam setiap rasa dalam dada,
hanya menampilkannya...
saat tiada satu pasang mata pun yang akan mengecamnya.
tak ada yang akan bertanya mengapa kita harus berdua.
Memendam setiap rasa dalam dada,
hanya menampilkannya...
saat tiada satu pasang mata pun yang akan mengecamnya.
Seratus abad mungkin tak akan membayar jangka waktu yang telah pergi,
tanpamu.
Pun di sana kau tanpaku.
Hanya kita yang akan mengerti
mengapa kita berupaya membangun sebuah kapal ke luar angkasa.
Dalam fiksi kita menerbangkannya.
Lalu sesekali kita akan menghampirinya ke sana…
Melepas kerinduan yang tak semestinya.
tanpamu.
Pun di sana kau tanpaku.
Hanya kita yang akan mengerti
mengapa kita berupaya membangun sebuah kapal ke luar angkasa.
Dalam fiksi kita menerbangkannya.
Lalu sesekali kita akan menghampirinya ke sana…
Melepas kerinduan yang tak semestinya.
Tak akan ada yang kubiarkan tahu…
Bahkan aku juga tak yakin,
aku akan memberitahumu…
sampai suatu saat kita di luar angkasa.
Bahkan aku juga tak yakin,
aku akan memberitahumu…
sampai suatu saat kita di luar angkasa.
No comments:
Post a Comment