Apa yang ada dalam pikiran kita saat teringat lebaran? Baju baru? Keluarga yang berkumpul? Kue dan makanan khas lebaran di meja?
Ya. Semua ada dalam bayanganku begitu menginjak bulan puasa. Tidak sampai lebaran pun bayangan akan keluarga handai taulan yang mudik dan berkumpul sungguh membuat rindu. Belum lagi makanan-makanan ringan yang bertebaran di meja. Di Singapura... apalagi yang kerja di majikan non-muslim manalah ada.
Suatu hari, saat sedang berbincang dengan beberapa kawan di grup BMI Singapura yang isinya mayoritas BMI seperti aku. Jesieca, salah satu anggotanya menawarkan kerupuk dan emping.
Aku yang jauh dari jangkauan akan makanan-makanan khas kampung halaman itu langsung loncat saking gembiranya. Segera kuterima tawaran Jesieca, padahal... aku dan Jesieca belum mengenal satu sama lain sebelumnya... sama sekali!
Hanya berbekal rasa senasib dan sepenanggungan sebagai perantau yang sama-sama tinggal di negeri orang. Ukhuwah selalu datang dari arah mana saja. Bahkan ukhuwah ini berbuah... berkah!
Melalui Sukma, teman yang sama-sama semula hanya kenal di FB. Jesieca menitipkan kerupuk-kerupuk itu pada Sukma yang sama-sama sekolah di SIS. Sukma tinggal hanya 4 bus stop jaraknya dari rumahku.
Hari itu karena belum tahu rutenya, aku datang ke rumah Sukma dengan naik Bukit Panjang LRT ke South View dan nyambung dengan bus nomor 300 turun 4 halte ke rumahnya. Dengan membawa bayi, bayangkan ribetnya. Tanpa tahu bahwa ada bus nomor 925 yang langsung 4 bus stop juga dari rumah Sukma ke rumahku.
Kalau diingat lagi, aku jadi geli sendiri. Kesasar memang seninya orang dolan. Kalau dolannya dapat rejeki kerupuk? Lain kali juga mau lagi.
Ya. Semua ada dalam bayanganku begitu menginjak bulan puasa. Tidak sampai lebaran pun bayangan akan keluarga handai taulan yang mudik dan berkumpul sungguh membuat rindu. Belum lagi makanan-makanan ringan yang bertebaran di meja. Di Singapura... apalagi yang kerja di majikan non-muslim manalah ada.
Suatu hari, saat sedang berbincang dengan beberapa kawan di grup BMI Singapura yang isinya mayoritas BMI seperti aku. Jesieca, salah satu anggotanya menawarkan kerupuk dan emping.
Aku yang jauh dari jangkauan akan makanan-makanan khas kampung halaman itu langsung loncat saking gembiranya. Segera kuterima tawaran Jesieca, padahal... aku dan Jesieca belum mengenal satu sama lain sebelumnya... sama sekali!
Hanya berbekal rasa senasib dan sepenanggungan sebagai perantau yang sama-sama tinggal di negeri orang. Ukhuwah selalu datang dari arah mana saja. Bahkan ukhuwah ini berbuah... berkah!
Melalui Sukma, teman yang sama-sama semula hanya kenal di FB. Jesieca menitipkan kerupuk-kerupuk itu pada Sukma yang sama-sama sekolah di SIS. Sukma tinggal hanya 4 bus stop jaraknya dari rumahku.
Hari itu karena belum tahu rutenya, aku datang ke rumah Sukma dengan naik Bukit Panjang LRT ke South View dan nyambung dengan bus nomor 300 turun 4 halte ke rumahnya. Dengan membawa bayi, bayangkan ribetnya. Tanpa tahu bahwa ada bus nomor 925 yang langsung 4 bus stop juga dari rumah Sukma ke rumahku.
Kalau diingat lagi, aku jadi geli sendiri. Kesasar memang seninya orang dolan. Kalau dolannya dapat rejeki kerupuk? Lain kali juga mau lagi.
-oOo-
No comments:
Post a Comment