Setelah sekian tahun terpaksa melewatkan segala macam acara kenegaraan, (Aku merantau ke LN sejak 2003) terutama menyangkut HUT RI. Pernah sih datang ke KBRI di Chatsword Rd untuk ikut Pesta Pemilu, tapi karena ga punya surat undangan pemilihan. Kami diusir. (Aku bersama mbak Yuni, BMI dari Cilacap)
Akhirnya, berkat cerpen Kelereng Putih yang menang di Bilik Sastra Voice of Indonesia... kali ini aku ikut upacara HUT RI langsung bersama Presiden RI di Istana Negara. Hebat yah? Aku aja masih agak ga percaya... Pengalaman yang ga bakal mungkin kulupakan seumur hidupku. Dan mungkin aja ini bakal jadi pengalaman pertama dan satu-satunya sih... :)
Pagi buta seusai sahur. Aku dan Mbak Nadia, udah sibuk banget milih outfit yang bakal kami kenakan. Kebaya? Harus itu. Aku terpaksa meminjam kebaya yang kebetulan Mbak Nadia bawa extra. Mbak Nadia pengertian banget deh. Tahu aja kalau aku ga bakal punya.
Upacara pertama jelas di halaman RRI. Ada yang lucu. Karena agak terlambat, kami terpaksa berlari-lari melintasi peserta upacara lain dan ditertawakan karena hanya kami yang saat itu berkebaya. Hadeuh... Bukan diketawakan karena kebayanya, tapi diketawain karena pake kebaya kok lari-lari. Tahu kan betapa blibetnya jarik rok kebaya itu. :D
Usai upacara di halaman RRI. Kami dirias sama Lina, penyiar RRI yang pinter ngedandannin. Setelah itu jalan dari RRI ke istana yang jaraknya hanya lima menit. Melewati para pedagang asongan dan kaki lima yang seperti melihat kami dengan iri, gitu. Ada bangga tapi miris juga. Bagaimanapun kami sama-sama rakyat Indonesia. Kenapa harus mendapat pandangan yang berbeda. Karena prestasi... :)
Jalan merdeka yang ditutup penuh dengan para tamu istana. Tentu saja kostum juga macam-macam. Meskipun kostum pria kayaknya cuma itu-itu aja jas dan dasi atau seragam mereka lengkap dengan bintang dan pangkat tertinggi yang mereka punya. Tapi yang wanita nih... lebih berwarna-warni. Ada kostum adat, ada kebaya seperti yang kukenakan dan macam-macam. Semua berusaha menunjukkan rasa nasionalisme mereka dengan cara yang berbeda.
Penjagaan ketat banget. Di setiap pintu harus melewati screening barang bawaan dan gate. Takut ada bom, itu pasti. Setelah itu para undangan diarahkan untuk mengambil goodie bag Cinderamata. Barulah dipersilakan mengambil tempat duduk di halaman istana yang sudah ditata berpodium-podium.
Jatah kami seperti tertera di Undangan dari Bu Ani SBY adalah Podium D. Letaknya di sebelah kiri podium utama. Sebelah timur halaman Istana Merdeka. Tapi ternyata, meski kami datang sangat awal sekitar 2 jam sebelum jam upacara yang tertera akan dimulai, tak ada lagi tempat duduk. Kami terpaksa berputar-putar dan dapatlah tempat duduk di bagian belakang podium D, agak teduh karena terbuka di bawah pohon. Tapi panas karrena ga kebagian AC. Tapi yang penting kami duduk karena itu tadi... Upacara belum mulai, panas dan sesaknya para undangan. Rajin juga yah... Padahal masih awal tapi para undangan sudah memadati kursi-kursi.
Beberapa hadirin tampak tertidur, mungkin karena capek sudah hadir sejak sangat pagi. Sementara upacara baru akan dimulai sesuai jadwal dua jam lagi. Jam 10. Aku juga sebenarnya ngantuk sekali. Efek padatnya acara dari sahur all the way sampai malem. Dan tadi juga dari sahur lagi. Aku sempat tertidur juga sampai seseorang nyeletuk, "bagi yang tidur harap dimandikan." Akhirnya aku bangun karena tertawa.
Menunggu upacara dimulai, aku mengamati orang-orang yang kutemui dan kuajak ngobrol. Duduk dekat aku, camat teladan Waru, Malang. Staff puskesmas teladan dari Gilimanuk, Bali. Depdagri Kalimantan selatan yang baik hati. (Tukang diminta tolong motretin hahaha...)
Istri Pak Camat, Ibu Murti yang bekerja sebagai Humas Unibraw, ikut bangga dengan keberhasilan kami. Yang pada saat itu belum sungguh-sungguh bangga pada diri kami sendiri. Kami TKW dan juga penulis yang sampai diundang ke istana Negara untuk ikut upacara Negara. Bahkan sebagai satu-satunya wakil dari seIndonesia Raya. "Apa ga bangga? Bangga dong." kata Bu Murti.
Ibu Murti sangat iri pada keberhasilan kami hingga ke istana merdeka yang adalah karena usaha kami sendiri dalam prestasi kami bidang tulis-menulis. Beliau dengan rendah hati bilang bahwa dia bisa diundang ke istana hanya karena ikut suaminya. Sementara suaminya adalah seorang camat. Menjadi teladan bukan karena dia sendiri. Seorang camat tak akan bisa apa-apa tanpa Lurah, Kadus, Ketua RW, Ketua RT dan masyarakat.
Obrolan kami berhenti saat upacara dimulai. Ada terselip rasa takjub bahwa upacara yang selama ini aku hanya ikuti dari pesawat televisi, kini kuhadiri langsung. Ini Istana Negara. Istana seluruh rakyat Indonesia, namun untuk menuju tempat ini, begitu banyak yang harus kami lewati. Luarbiasa.
Aku terharu saat dentuman detik-detik proklamasi, teringat akan perjuangan para pahlawan demi NKRI di medan perang. Dadaku sesak dan tenggorokanku tercekat oleh isak. Mataku panas karena airmata yang kutahan untuk tidak mengalir. (Aku pakai maskara... :( aneh kan kalau nanti hasil riasan Lina acak-acakan karena aku nangis?)
Ada rasa keki juga...
Karena duduk di belakang. Saat hadirin disuruh berdiri, aku harus lari ke depan untuk menyimak dengan seksama Proklamasi Kemerdekaan. Meskipun sudah hapal sejak SD tapi lain suasananya.
Kami bahkan memaksa staff RRI yang jadi potografer, Adyt, untuk memantu mengambil foto untuk dokumentasi semi pribadi. Dibilang pribadi kan nggak juga soalnya kami punya tugas untuk mengabarkannya pada BMI di Singapura, Hongkong dan seluruh dunia. Pribadi karena secara nggak resmi kami ini staff RRI, kami mewakili RRI. :D
Ada sedikit rasa kecewa saat pengibaran sang saka merah putih dan seluruh peserta upacara harus hormat, karena letak tempat dudukku di belakang dan sialnya para peserta yang berada di baris-baris depan yang tempatnya sejengkal lebih tinggi juga berdiri, membuat kami menghormat tapi tidak sukses melihat bendera yang dikibarkan. Yang tampak hanya punggung peserta upacara lain. Kami nekad maju.
Ternyata menyaksikan pengibaran bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya kali ini berefek luar biasa. Lutut melemas, badan gemetar dan rasa nasionalisme dalam dada membuncah. Ada keharuan luar biasa mengingat dari mana kami datang dan rekan-rekan di luar negeri yang tak seberuntung kami. Jangankan upacara, keluar rumah majikan untuk sekedar melihat langit pun tak bisa.
Setelah itu barulah kami mulai sibuk dengan jiwa penulis dan jurnalis kami. Mbak Nadia sibuk menggandeng Adyt nangkring di pohon untuk memotret seluruh sesi, aku mencatat semua detil jalannya upacara yang terlewat karena saking konsentrasinya tadi.
Sedang asyik membuat note di binderku, ada yang lucu saat melihat seorang anak perempuan kecil 8 tahunan berbaju merah nangis rewel sambil memeluk pohon. Ini anak mana emaknya? Kukira ada larangan membawa anak kecil? Aya aya wae… :D
Selanjutnya atraksi pesawat jet dari TNI Angkatan Udara yang super duper keren. Tepat di atas kepala. Wow… selama ini hal seperti ini hanya bisa kami lihat dari tayangan TV aja. Ada rasa excited karena kini bisa melihatnya secara live. Kereeeeeeeeen bo’
Hal yang selalu membuat kami bersemangat adalah saat lagu pahlawan dan lagu daerah dari Orkestra Gita Bahana Nusantara. Orkes ini jelas keren karena adalah hasil seleksi dari 33 provinsi se Indonesia.
Saat di gedung DPR kemarin, lagu yang muncul adalah 'gundul-gundul pacul', kali ini adalah lagu 'waru doyong'. Meski lagu dari daerah lain juga aku suka, bahkan hafal. (aku saja lupa kapan mempelajarinya) tapi seneng aja denger lagu daerah sendiri. Narsis!
Kemudian lagu bertema go green ciptaan pak SBY yang dinyanyyikan oleh si imut Arjun AFI cilik. Sungguh ikut bangga. Arjun hebat~!
DIRGAHAYU RI KE 66
SELAMAT HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE 66
Ya Allah Ya Rabbi. Aku sungguh tak bisa berkata apa-apa lagi. Speechless. Sungguh hanya syukur yang bisa kupersembahkan. Bagaimana tidak? Seorang BMI biasa-biasa saja sepertiku yang sudah bertahun-tahun terlarang tidak bisa ikut upacara akhirnya tahun ini ikut upacara langsung di Istana Negara. Bahkan dengan embel-embel sebagai wakil dari seluruh pahlawan devisa.
Salut untuk seluruh BMI sejagad!
Jiayo! Jiayo! KAYAU! Selamat Berjuang, Srikandi!
Teruslah berkarya, banggalah dengan Indonesia! Kalian pasti bisa menjadi lebih dari seorang TKW.
Babu juga bisa menulis!
-oOo-
No comments:
Post a Comment